Tiba-tiba, sebuah sosok melesat dan menendang lutut Harison.Harison sontak menjerit. Dia refleks melepaskan tangannya dan jatuh berlutut ke atas lantai.Alyana pun terhuyung dan terjatuh ke dalam pelukan Nathan. Barulah setelah itu dia bisa melihat dengan jelas bahwa sesosok orang itu adalah pengawal Nathan, Steven.Steven langsung menghujani Harison dengan pukulan dan tendangan tanpa belas kasihan. Alhasil, Harison hanya bisa terkapar tidak berdaya di atas lantai sambil muntah darah.Alina yang ketakutan pun buru-buru melangkah maju untuk memohon, "Pak Nathan, tolong ampuni dan lepaskan Kak Harison! Dia bertindak seperti tadi cuma karena lagi terbawa emosi ...."Nathan bahkan tidak memandang Alina, dia terus menatap Harison dengan dingin.Steven juga tidak kunjung berhenti menghajar. Dia mencengkeram kerah baju Harison dan berulang kali meninju perut pria itu dengan kencang.Harison sama sekali tidak bisa melawan. Tubuhnya meringkuk menahan rasa sakit, rasanya organ-organnya remuk.A
Harison kembali teringat akan penghinaan yang dia alami saat pelelangan. Amarahnya pun tersulut, ekspresinya menjadi lebih gelap dan mengerikan."Kak Harison, tindakan kakakku sudah sejauh ini ..." bisik Alina. "Apa Kak Harison masih ingin memaafkannya? Mungkin saja kakakku sudah berpindah hati ...."Alina sontak terkejut saat Harison menggebrak tepi tempat tidur."Dia nggak akan mungkin berpindah hati."Dia adalah yang paling mengenal Alyana, dia tahu betul hanya ada dirinya dalam hati Alyana. Mana mungkin Alyana bisa berubah pikiran semudah itu?Sorot tatapan Harison yang penuh tekad membuat Alina jadi merasa kesal. "Tapi, tadi dia menggunakan uang dari Kak Harison untuk ....""Dia tahu aku ada di sana, mereka sengaja melakukannya untuk memprovokasiku.""Aku sudah menyelidiki soal Alya dan Nathan, mereka memang nggak punya hubungan apa-apa," kata Harison sambil mengepalkan tangannya. "Walaupun mereka satu rumah, mereka menjalani hidup masing-masing.""Lagian, tadi Alyana juga membant
Harison dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Setelah mengetahui bahwa Alyana dan Nathan sudah pulang ke Kota Anjelo, dia langsung mengurus prosedur kepulangannya agar lebih cepat.Kabar bahwa dia sudah menyinggung Nathan diterima lebih dulu oleh Keluarga Gandhi dibandingkan dengan kepulangannya.Itu sebabnya begitu Harison masuk, suasana yang mencekam langsung menyambutnya.Janet bergegas menghampiri Harison sambil berpura-pura menyeretnya ke atas. "Aduh, kasihan anakku! Sini Ibu mau lihat seberapa parah lukamu ....""Berhenti!"Rekasa berseru dengan marah dan menatap Harison dengan tajam. "Kalau dia masih bisa jalan masuk ke rumah, itu berarti lukanya nggak begitu parah."Rasanya jantung Janet seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia buru-buru berujar memohon, "Tuan Besar, Harison masih muda dan perlu banyak belajar. Tolong Tuan Besar ....""Dia sudah punya karier dan hampir menikah, tapi masih perlu banyak belajar? Kalau gitu sih dia memang harus diberi pelajaran."
"Mau ke mana kamu!" bentak Rekasa.Harison pun berhenti berjalan dan menggertakkan giginya. "Aku nggak akan pernah menemui Alyana lagi. Kalau memang bisa, biarkan saja dia mati di luar sana.""Kamu ...."Rekasa yang merasa sangat murka pun langsung melemparkan tongkatnya, lalu menunjuk-nunjuk Janet sambil mengumpat, "Lihat itu anakmu! Memang buah nggak pernah jatuh jauh dari pohonnya!"Janet merasa sangat sedih, dia hanya menundukkan kepalanya dan tidak berani menjawab. Dia benar-benar membenci Alyana.Mau sampai kapan sih wanita itu menyiksa putranya!...Di sisi lain, Alyana belum mengetahui perihal ini. Dia bahkan belum menyentuh ponselnya semenjak bangun.Andreas sudah datang ke vila pagi-pagi sekali dan menghabiskan sepanjang pagi bermain gim bersama Alyana di ruang tamu. Setelah menerima telepon, dia langsung mengajak Alyana ke lokasi syuting.Alyana duduk di dalam mobil van sembari mendengarkan permohonan sepenuh hati dari agennya Andreas."Tuan Muda, bisakah lebih serius sediki
Alyana pun berbalik badan. Alina mengisyaratkan tim di belakangnya untuk pergi dulu, baru berjalan menghampiri Alyana.Alina melirik Andreas dan langsung bisa menduga apa yang sedang terjadi. Dia pun berujar sambil tersenyum, "Kakak sibuk banget, ya ...."Padahal beberapa hari yang lalu Alyana pergi bersama Nathan, sekarang sudah kembali dengan Andreas.Alina belum pernah mendengar ada orang yang sakit parah masih punya energi untuk berhubungan dengan dua pria secara bersamaan."Kak Harison bilang Kakak sakit parah, kami semua khawatir banget sama Kakak."Rasa khawatir itu hanya ada di mulut Alina saja, sorot tatapannya justru tampak riang seolah sedang menantikan sebuah tontonan yang bagus."Kapan Kakak pulang? Ayah dan Ibu mau bertemu Kakak."Alina pun berjalan mendekat sambil berpura-pura khawatir, padahal dia sebenarnya bersikap munafik. "Bagaimanapun juga, kita ini 'kan keluarga. Kami bisa menemani Kakak ke dokter."Alyana langsung balas mencibir di dalam hati. Mana mungkin mereka
Waktu itu, Alyana mengira bisa mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya apabila mengalah.Kenyataannya, mereka justru makin banyak menuntut. Alina akhirnya berhasil pergi ke luar negeri dan membuat namanya terkenal lewat karya-karyanya. Dia bahkan mampu menggelar pameran fotografinya sendiri.Di momen tergelap hidupnya, Harison datang menghangatkannya bak sinar matahari. Itu sebabnya Alyana mengabdikan segalanya bagi pria itu ....Alyana meredakan lamunannya, hatinya terasa sedih.Intinya, dia saja yang terlalu bodoh. Apa gunanya menyesali semua hal ini sekarang?Apa gunanya membicarakan soal hobi dan minatnya di saat umurnya hanya tinggal sebentar lagi?Binar senang dalam sorot tatapan Alyana pun memudar dan dia berjalan menjauh....Setengah jam kemudian, giliran Andreas untuk menjalani sesi foto. Alyana sendiri menunggunya di ruang tunggu.Dia sedang meringkuk di atas sofa dan membolak-balikkan halaman majalah dengan bosan saat tiba-tiba mendengar suara pintu terbuka. Alyana refl
"Kamu!"Alina sontak bangkit berdiri, lalu bergegas menghampiri Alyana hendak menampar wanita itu.Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya malah dicengkeram entah dari mana."Nona Alina, manusia beradab itu menyelesaikan masalah baik-baik, bukan dengan kekerasan. Ini sudah nggak baik-baik, pakai kekerasan pula. Cuma orang jahat yang kayak gitu.""Yah, tapi karena kamu berasal dari keturunan penculik, mana mungkin juga kamu punya bibit gen yang baik?" kata Andreas dengan nada yang terdengar sedikit lebih dingin walaupun ekspresi pemuda itu tampak santai.Alina marah sekali, tetapi dia hanya bisa menatap Andreas sambil menggertakkan giginya. Sorot tatapan Alina tampak seperti ingin memakan orang."Jangan buang-buang waktumu di sini," sahut Andreas sambil tersenyum kecil dan mendorong Alina menjauh dengan santai. "Pacarmu lagi butuh bantuan banget tuh, kamu malah sok-sokan di sini.""Padahal yang didapatkan cuma seorang bajingan idiot yang nggak berguna, tapi malah bangga banget."Andreas
"Alin, harusnya aku menurut padamu dan mewaspadai Nathan. Aku salah karena sudah terlalu percaya pada Alyana. Aku sama sekali nggak menyangka dia akan bertindak sejauh ini. Dia bahkan rela menjual perusahaan demi memaksaku."Alina hampir tidak bisa menahan rasa gembiranya. Meskipun begitu, dia tetap berujar dengan nada berpura-pura kaget, "Apa? Jadi, Kakak ....""Ya, dalang dibalik semua ini adalah Grup Moran."Sorot tatapan Harison tampak tajam. Dia akhirnya menyadari kenapa Alyana melakukan hal ini.Karena Alyana berniat menggunakan Nathan untuk memberi tahu Harison bahwa perusahaan akan bangkrut tanpa wanita itu.Dasar wanita bodoh satu itu. Dia sibuk menjalankan niat jahatnya untuk melawan keluarganya sendiri, tetapi dia tentu tidak menyangka Nathan juga hanya memanfaatkannya."Terus ... sekarang bagaimana?" tanya Alina dengan ragu."Tadi pagi ada beberapa pemegang saham yang meneleponku, mereka semua ingin menarik investasi yang sudah mereka berikan."Harison mengernyit, dia terli
Kualitas makanan toko itu sesuai dengan reputasinya, tetapi Alyana sudah tidak nafsu makan.Andreas tahu suasana hati Alyana sedang kurang baik, jadi dia mengantar Alyana pulang ke Vila Mimosa lebih cepat."Kak."Andreas menatap Alyana yang turun dari mobil dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa Kakak jadi marah pada Paman gara-gara ucapan Harison?""Nggak kok. Kamu hati-hati di jalan, ya."Alyana langsung berjalan menuju vila.Andreas pun menundukkan kepalanya dan mengirim pesan kepada Nathan untuk melaporkan secara singkat apa yang terjadi di toko makanan penutup.Nathan melirik pesan yang baru masuk ke ponselnya itu bertepatan dengan bunyi Alyana yang mendorong pintu dan berjalan masuk.Alyana sedang mengganti sepatu di pintu masuk. Dia sontak terkejut saat melihat sepatu kulit pria di lemari sepatu. Ternyata hari ini Nathan pulang cukup cepat.Begitu memasuki ruang tamu, Alyana langsung disambut oleh tatapan Nathan.Mereka berdua pun terdiam.Alyana mengangguk dan hendak naik ke ata
Harison tidak bisa lagi mengendalikan emosinya yang seolah mendidih. Dia pun berjalan menghampiri Alyana, lalu menggebrak meja dan mencondongkan tubuhnya menatap Alyana. "Seru?""Menarik juga melihat mantan pacarku pergi kencan buta," jawab Alyana dengan santai.Kata-kata "mantan pacar" itu menusuk ulu hati Harison dengan tepat.Dia mencengkeram pergelangan tangan Alyana dengan kuat, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Alyana, kamu mau melangkah sejauh apa sebelum sudi kembali? Kamu tahu nggak kamu nyaris menghancurkan perusahaan?"Alyana sontak kebingungan.Bukankah Harison sendiri yang hampir menghancurkan perusahaan?Harison sendiri yang mengambil jalan pintas dan melakukan pembongkaran menggunakan kekerasan, semua itu tidak ada hubungannya dengan Alyana."Harison, bisa nggak sih kamu nggak usah selalu menuduh orang? Kayak anjing gila saja main gigit orang," sahut Alyana dengan ekspresi dingin."Oh.""Kamu masih mau berpura-pura?" cibir Harison. "Kalau bukan kamu yang memberi t
Sesampainya di toko makanan penutup, Andreas memesan sesuai dengan panduan yang dia baca secara daring. Dia juga berkata dengan bangga kepada Alyana, "Kak, kujamin Kakak bakal suka banget sama makanannya!""Kalau gitu, aku ucapin terima kasih dulu," kekeh Alyana.Suasana di Vila Mimosa sangat tenang dan jarang kedatangan tamu, tetapi tetap saja rasanya agak terlalu sepi.Nathan selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Alyana sendiri tidur lebih cepat dan bangun siang demi menjaga kesehatannya. Itu sebabnya mereka jarang bertemu walaupun tinggal serumah.Untungnya, Andreas akan selalu datang bermain dengannya setiap kali sedang luang. Dengan begitu, Alyana tidak mati bosan di dalam rumah yang besar itu.Pokoknya, hari ini Alyana bertekad mentraktir Andreas.Setelah memutuskan, Alyana pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan sementara Andreas pergi ke kamar mandi.Saat berbalik, Alyana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Tepat saat dia hendak meminta maaf, dia justru mencium aroma
Royan pun menghela napas dan berkata, "Anggap saja ini adalah kompensasi dari Keluarga Imano untuknya."Alina memeluk Royan yang mengalah dengan gembira, lalu berkata dengan manja, "Sudah kuduga, Ayah memang pengertian banget!"...Seminggu kemudian, Alyana akhirnya mendapatkan kabar itu juga.Asisten Harison-lah yang meneleponnya.Alyana sendiri yang merekrut asisten itu, jadi asisten itu juga tahu bahwa usaha dan kerja keras Alyana-lah yang membesarkan perusahaan selama ini.Asisten itu berpikir sejenak sebelum melaporkan kabar itu kepada Alyana."Apa ... Kak Alyana akan menyesal?"Waktu itu Alyana begitu bertekad untuk mendapatkan pembagian saham sehingga sekarang Alina-lah yang menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dalam sekejap.Alina juga tidak perlu membantu Harison dari balik layar seperti yang Alyana lakukan. Alina dapat berdiri di samping Harison untuk mengelola perusahaan bersama-sama secara sah.Asisten itu merasa kasihan kepada Alyana, itu sebabnya dia bertanya sepert
Setelah mengantar Alyana ke Vila Mimosa dengan selamat, Andreas pun mengirim pesan dan melapor kepada Nathan.Nathan melirik ponselnya dengan sedikit acuh tak acuh."Berbeda dari rencana kita, perusahaannya Harison nggak menerbitkan saham baru.""Untuk saat ini, kondisi perusahaan Harison berhasil stabil berkat investasi pribadi Alina," ujar asisten Nathan melaporkan hasil penyelidikannya."Nominalnya cukup besar, jadi seharusnya nggak bisa Alina tarik sekaligus. Aku sudah memeriksa catatan transaksi di rekening pribadinya, ternyata ada rekening luar negeri yang mentransferkan uang padanya belum lama ini."Asisten itu mengangguk sedikit. "Sayangnya, kami nggak bisa menemukan informasi yang lebih mendetail karena rekening ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi.""Sepertinya Alina bukan orang sembarangan."Nathan mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke atas laporan.Di rencana awalnya, Nathan memprediksi Harison yang sudah tidak mampu lagi menahan tekanan akan menerbitkan saham
Mana mungkin ucapan Alyana tadi adalah sebuah fakta? Tentu saja itu semata-mata adalah titik sensitif bagi Janet maupun Alina....Setelah keluar dari rumah sakit, Alyana melihat Andreas yang sedang memegang sebuket bunga besar di kejauhan. Pemuda itu sedang tersenyum padanya di bawah sinar matahari.Mawar merah yang Andreas bawa tampak hangat, tetapi justru senyuman Andreas-lah yang terlihat lebih cerah dan cemerlang.Alyana berjalan menghampiri Andreas dan tersenyum dengan tidak berdaya. "Apa kamu harus heboh begini?""Tentu saja! Setiap kali Kakak keluar dari rumah sakit setelah kemoterapi, aku akan membelikan Kakak bunga. Kalau kondisi Kakak sudah benar-benar membaik, nanti kubawakan sekeranjang bunga!"Andreas menjejalkan buket bunga itu ke dalam pelukan Alyana. "Kak, Kakak lebih cantik daripada bunga."Alyana hanya balas tersenyum.Dia tahu betul seperti apa penampilannya. Dia menyadari bahwa Andreas berkata seperti itu demi menghiburnya.Tenaga dan semangat Alyana sudah banyak t
"Cuma hampir."Alyana tetap menyahut dengan cuek, lalu menoleh menatap Jacob. "Aku pulang dulu, Dokter Jacob.""Oke."Jacob mengiakan, lalu hendak mengantar Alyana keluar.Namun, Janet bergegas melangkah maju dan menghalangi mereka. "Jangan mencoba kabur, Dokter Jacob! Aku sudah sampai mengejarmu ke sini, jadi hari ini kamu harus melakukan pemeriksaan!""Alyana, aku tahu kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu kesal gagal memiliki Harison!"Janet tersenyum dengan puas, lalu berkata dengan nada sinis, "Nggak usah dibawa sedih, kamu harusnya bahagia. Orang bilang yang namanya mencintai itu nggak harus memiliki. Kamu juga berharap Harison dapat menjalani hidup yang lebih baik, 'kan?"" ... "Jacob akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.Tentu saja Jacob juga sudah mendengar tentang kericuhan yang Alyana sebabkan dengan merusak pesta pertunangan dan menyebabkan keributan besar di perusahaan.Wanita di depan mereka ini adalah ibu dari si bajingan itu.Jacob pun mengernyit dan hendak
Jika bukan karena takut menakuti Alyana, kadang Nathan merasa ingin mengikat wanita itu dan langsung mengirimnya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.Nathan memang tidak pandai bicara, tetapi dia punya banyak tenaga dan sarana. Masalahnya, Nathan enggan menggunakan sumber dayanya itu terhadap Alyana, itu sebabnya dia terus menunda hingga sekarang."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, pokoknya kamu harus menjalani kemoterapi."Nathan sengaja menggunakan nada mengancam, dia tidak menerima kata "tidak".Meskipun Alyana tidak mengerti, hatinya terasa hancur saat melihat orang-orang di sekitar tempat tidurnya.Di saat pria yang dia cintai dan keluarganya berharap dia mati, orang luar justru yang berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya tetap hidup.Ibarat sedang tergantung di tebing, Alyana mengulurkan tangannya ke atas dengan putus asa sambil mengira orang-orang di atas akan menariknya. Pada kenyataannya, mereka justru malah menginjaknya.Saat terjatuh, Alyana baru menyadari bahwa a
Di Rumah Sakit Alanda.Jacob membaca hasil pemeriksaan yang baru saja dia terima di ruangannya, ekspresinya berubah menjadi agak serius. "Kondisi Nona Alyana makin parah."Nathan hanya diam, auranya terasa begitu mencekam sampai-sampai satu ruangan itu terasa lebih dingin.Andreas berdiri diam di samping, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Padahal selama ini Alyana sehat-sehat saja, bahkan beberapa waktu lalu sempat dinas bersama Nathan.Terkadang dia lupa Alyana itu sedang sakit.Namun, dia malah tertampar kenyataan.Saat membawa Alyana ke rumah sakit, Andreas yang setinggi 180 cm itu seolah menjelma menjadi anak kecil. Pemuda itu bahkan nyaris menangis.Mana mungkin Andreas tidak panik di saat orang yang awalnya baik-baik saja mendadak pingsan?"Kok dia bisa pingsan?"Begitu mendengar nada bicara Nathan yang serius, Andreas pun buru-buru menjawab, "Hari ini ... aku mengajak Kakak ke tempat pemotretan. Ternyata kami malah bertemu Alina di studio ....""Aku meminta Kakak untuk