Setelah mengucapkan kata yang menyakitkan itu, Aarav segera turun dari ranjang untuk menjauhi ibunya. "Aku tidak pernah membuangmu, Aarav, itu tidak akan pernah terjadi, kamu pasti sudah mendapat berita yang salah." Sherly bergerak beberapa langkah, mendekat pada sang anak . "Dengarkan aku, Aarav, aku sangat menyayangimu. Aku juga tersiksa berpisah darimu selama lima tahun ini. Coba kamu pikirkan, jika aku dengan sengaja melakukan itu, lalu untuk apa aku mencarimu?" Sherly menjelaskan dengan cara yang sederhana, berharap sang anak paham dengan posisinya saat itu.Akan tetapi, Aarav tidak tersentuh dengan penjelasan itu. Dia sudah mendapat jawaban itu dari awal. Lolita dan Hannah telah mengatakan padanya jika Sherly telah setuju sebelum keluarganya menyingkirkan Aarav dari hidup mereka.Sherly berjongkok di hadapan putranya. Kedua bola matanya sudah berembun saat menatap wajah polos Aarav yang dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. "Kamu harus tahu jika saat aku melahirkanmu, ayah
Belum ada respon dari Sherly, Hansel semakin khawatir dibuatnya."Sherly ...!" Hansel memanggil lagi, lalu menyentuh wajah istrinya. "Tubuhmu dingin sekali, aku akan membawamu berobat." "Mmmmm ...!" Sherly hanya melenguh tanpa membuka mata. Kesadarannya belum penuh hingga dia tidak menyadari jika Hansel sudah menggendong dan membawanya keluar kamar.Pagi itu, Hansel masih menggunakan pakaian tidur ketika melintasi ruang makan. Ada Hannah, Aarav dan juga Lolita yang sedang menikmati sarapan. Ketiganya menoleh serentak."Hansel ...!" Hannah menegur lebih dulu. "Ada apa dengannya, mau ke mana kamu membawanya?" Hannah bahkan belum pernah bicara empat mata dengan putranya mengenai pernikahan diam diam itu. "Sherly sedang sakit, tubuhnya sangat dingin, aku harus membawanya ke rumah sakit," jawab Hansel, kemudian melanjutkan langkahnya.Lolita menunduk sedih. Dia cemburu lagi. Sepanjang hidupnya bersama Hansel, dia tidak pernah mendapatkan perhatian dari suaminya itu. 'Sampai kapan ini ak
Tentang keluarganya, Hansel juga tidak peduli. Sekarang yang paling penting baginya hanya Sherly dan anak yang dikandung istrinya itu. Begitu mendengar kabar kehamilan Sherly, Hansel memutuskan untuk segera mengatakan yang sebenarnya pada keluarga besarnya. Dia sudah tidak bisa menyembunyikan masalah itu lebih lama lagi di mana Sherly, dan Lolita menjadi dua wanita yang tersakiti dalam hubungan pernikahannya.Hansel tidak bisa lebih lama lagi mempertahankan pernikahan dengan Lolita sementara dia tidak bisa memberi cinta dan perhatian pada istri pertamanya itu. Begitu juga pada Sherly, Hansel tidak rela melihat wanita yang sangat dicintainya itu tidak mendapat pengakuan padahal mereka akan segera memiliki dua orang anak."Anak ...?" Sherly memastikan pendengarannya. "Apa yang kamu maksud dengan anak?" tanyanya keheranan.Hansel segera mengangkat kepalanya, mendekati Sherly, lalu mengecup kening istrinya. "Anak kita, Sherly. Kamu sedang hamil sekarang, kata dokter usianya masih sangat
"Dia pantas mendapatkan itu." Sherly menatap wanita di depannya dengan penuh kebencian. Amarah menguasainya. Pengaruh bayi dalam dirinya telah mendorong Sherly untuk melawan. Dia tidak ingin terlihat lemah lagi. Di hadapan siapapun itu, Sherly tidak ingin tertindas. Tepat ketika Vonny mengangkat tangan dan hendak menyerang, Sherly berdiri dan mendorong dada wanita itu lebih dulu.Vonny terpental jauh, karena dorongan Sherly cukup kuat. "Kurang ajar kamu, beraninya kamu melawanku!" Vonny bertambah murka. Dengan cepat dia berdiri untuk memberi pelajaran baru pada Sherly.Biasanya Sherly lebih memilih diam dan mengalah jika diserang oleh orang orang yang tidak menyukainya. Tapi kali ini, dia akan membuang sikap itu. Sudah cukup hidupnya dihina, dan dijadikan sebagai sasaran kemarahan orang lain."Aku akan membunuhmu!" Vonny menarik rambut Sherly. "Aku akan membuatmu menyesal seumur hidup."Sherly tidak tinggal diam. Dengan kedua tangannya, dia juga meraih kepala lawannya. Alhasil, ked
Sherly menolak untuk kembali ke rumah sakit jika hanya ingin mengobati luka di kakinya. "Ini hanya luka kecil, bisa diobati di mana pun," ucapnya sembari meraih kotak p3k, lalu mulai membersihkan luka di kakinya.Hansel tidak memaksa lagi. Dia mengemudikan mobilnya menuju kediaman mereka dan membiarkan Sherly mengatasi luka di kakinya.Sesampainya di rumah, Hansel menggendong Sherly menuju kamar mereka. Pada akhirnya, dia memperlakukan sang istri seperti wanita yang sedang sakit parah dan Sherly tidak bisa menolak lagi.Sekali lagi, Lolita hanya bisa menyaksikan keintiman suaminya bersama Sherly. Ketika keduanya melintas dari ruang tamu menuju kamar, Lolita tengah bersama dengan Aarav. Mereka melihat dengan jelas bagaimana suami istri itu saling bertukar perhatian.Sherly mengalungkan tangannya di leher sang suami. "Hansel ... biarkan aku berjalan, aku tidak enak jika Lolita melihat kita seperti ini!"Hansel tidak mengindahkan permintaan Sherly. Dia membawa Sherly ke dalam kamar tanpa
Lolita sontak terkejut mendengar permintaan Hansel. Dia refleks berdiri dan mendekati pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu. "Ini tidak masuk akal, Hansel.""Apanya yang tidak masuk akal?" tanya Hansel dengan dingin. "Bukankah kamu sudah lama tidak mendapat nafkah batin dari suamimu? Aku rasa alasan itu bisa kamu gunakan untuk menggugatku.""Jika kamu ingin menceraikan aku, ceraikan saja!" Lolita pasrah dengan nasib pernikahannya. "Tidak perlu menyuruhku, karena aku tahu maksudmu itu. Kamu hanya ingin semua orang menganggap aku sebagai wanita yang tidak bisa mempertahankan pernikahan ini kan?"Hansel tersenyum miring. "Dugaanmu salah, Lolita.""Aku benar, tidak usah menyangkalnya!" Kali ini, Lolita membentak Hansel, karena tidak dapat membendung perasaannya lagi.Dengan sikap tenangnya, Hansel mengeluarkan ponsel dari kantongnya. Dia membuka sebuah aplikasi, lalu memutar video yang ada di dalamnya. "Lihat ini dengan baik!" seru Hansel sembari menunjukkan ponsel di tangannya.
Ketika dokter keluarga memasuki rumah itu, Hannah juga baru tiba. Ekspresinya juga terlihat biasa saja, karena mengira bahwa kedatangan dokter tersebut adalah untuk memeriksa kesehatan Sherly.Akan tetapi, ketika melihat sang dokter memasuki kamar Lolita, Hannah mulai panik. Dia setengah berlari mengejar pria berseragam putih itu. Di dalam kamar, Hannah melihat Lolita terbaring lemah. Saat sang menantu tengah diperiksa oleh dokter, dia mendekati Hansel untuk meminta penjelasan. "Ada apa dengan Loli? Tadi sore dia masih menghubungi mama, tidak terjadi apa pun.""Mama tidak usah khawatir, Lolita hanya kelelahan saja," jawab Hansel. "Sebaiknya mama temani dia, aku harus keluar.""Mau ke mana kamu?" Hannah tidak terima. "Lolita membutuhkan kamu, bukan mama. Jangan yang kamu pikirkan cuma si Sherly itu saja, Lolita ini adalah istrimu yang sesungguhnya!" "Ma, aku tidak ingin berdebat. Dokter ada di sini, jadi Mama bisa tanyakan sendiri keadaan Lolita." Setelah mengatakan itu, Hansel kelua
Dua hari kemudian.Keadaan Sherly mulai membaik setelah rutin meminum vitamin dan juga susu ibu hamil. Dia sudah jarang mengalami morning sickness. Semenjak hamil, sikap Sherly mulai berubah. Dia menjadi wanita yang manja, ingin selalu berdekatan dengan suaminya dan selalu menjadikan Hansel sebagai support system terbaiknya. "Kamu tidak usah kerja lagi!" Hansel melarang ketika Sherly ingin mengikutinya ke kantor."Aku tidak ingin kerja, aku hanya ingin bersamamu," Sherly merengek sambil memeluk erat tubuh Hansel. "Aku tidak akan bisa makan dan minum kalau belum mencium wangi tubuhmu.""Apa yang kamu bilang? Apa aku tidak salah dengar?" Hansel ingin tertawa, dia serasa tidak percaya. Ini pertama kalinya Sherly berkata jujur dan menganggapnya pria sempurna. Mendadak Hansel merasakan bahwa dia adalah pria paling beruntung di muka bumi ini.Jika wanita hamil selalu bersikap manja seperti yang dilakukan Sherly, Hansel dengan senang hati akan menghamili istrinya setiap tahun."Aku merasak
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung