"Aku tawarkan lima kali lipat dari semua yang Anda sebutkan ini!" Hansel berkata dengan tegas. Tidak sedikit pun ada perhitungan untuk Sherly, karena wanita itu adalah ibu dari anaknya sekaligus wanita yang sangat dicintainya."A ... a ... apa? Benarkah kamu akan memberikan sebanyak itu?" Tidak hanya tercengang, Morgu juga mendadak gagap tatkala Hansel memberi penawaran tinggi. Bagaimana bisa Hansel berkata dengan entengnya seakan akan uang sebanyak itu tidak ada artinya bagi pria itu? Dari dalam kantong jaketnya, Hansel mengeluarkan selembar cek kosong yang telah dipersiapkan dari awal, lalu menyerahkannya pada Morgu. "Isi sendiri nominal yang Anda inginkan!"Morgu bersemangat untuk menerimanya. Staminanya juga meningkat lima kali lipat sama seperti uang yang akan dijanjikan Hansel.Namun, sebelum mengisi jumlah uang yang akan diterimanya, Morgu lebih dulu memeriksa keaslian cek tersebut. Dia adalah orang kampung yang tentu saja tidak paham dengan benda tersebut. Dan ini pertama kal
Setelah mendengar pengakuan ayahnya, tubuh Sherly seketika gemeter hebat. Dia shock, tidak menyangka jika ayah yang dihormati selama ini ternyata bukanlah ayah kandungnya.Lalu bagaimana dengan Selvi dan Rosali? Kakak dan juga ibunya itu tak kalah baik dan perhatian, apa mereka juga bukan keluarga kandung Sherly?Teringat kembali oleh Sherly, bagaimana sang ayah memperlakukannya sewaktu muda. Tidak hanya membatasi pergaulan, Sherly juga dilarang bicara dengan lawan jenis. Di saat sekolah, teman Sherly bisa dihitung dengan jari. Seluruh aktifitasnya kerap dipantau oleh sang ayah. Sherly sering mempertanyakan sikap ayahnya pada sang ibu, namun jawabannya selalu sama, jika itu semua adalah bentuk kasih sayang dan cara melindungi seorang ayah terhadap putrinya."A apa ...? Aku hanya anak angkat?" Sherly bahkan tidak kuat lagi menopang tubuhnya.Hansel yang melihat Sherly segera menangkap tubuh lunglai wanita itu. "Sherly ...!""Sherly ...." Secara bersamaan, Selvi dan Rosali mendekati S
Plak ... Pluk.Braagh ... bruuugh.Pukulan dan tendangan di tubuh Morgu datang bertubi-tubi hingga pria itu jatuh tak berdaya di atas tanah. "Aku sudah membayar semua uang yang pernah kamu berikan padaku, Ronald, lalu apa lagi yang kamu inginkan dariku?" Morgu mengiba dengan wajah yang sudah babak belur. Tubuhnya juga sudah setengah cacat akibat dihajar habis-habisan oleh para preman bayaran.Ronald berdiri angkuh di samping mobilnya. Setelah menerima uang pemberian Morgu, bukannya memberi ampun, dia justru tidak berpuas diri dengan nominal uang yang sudah berada di tangannya."Aku bahkan memberi bunga lebih, tapi kenapa kamu masih menghajarku?" Dengan mulut yang sudah mengucurkan darah segar, Morgu menanyakan niat pria itu.Ronald segera membuang batang rokoknya yang masih tersisa setengah, lantas berjalan angkuh mendekati Morgu. "Kamu tahu apa yang aku inginkan, tapi kenapa masih menanyakan hal yang tidak penting itu?" Setelahnya, Ronald berjongkok untuk meraih dagu kotor Morgu. D
Bersama dengan Clara sang asisten, Lolita saat ini tengah membagi bagikan bonus pada para karyawannya. Wanita berusia tiga puluh enam tahun itu sedang menikmati euforia kebahagiaannya setelah mendapat kabar dari sang pengacara.Ya, Hansel telah membatalkan rencana perceraian dengan Lolita. Satu kemenangan bagi Lolita yang mana dia masih tetap menyandang status nyonya Rossel."Setiap satu orang akan mendapatkan amplop dan bingkisan, jadi semuanya pasti akan kebagian," kata Lolita dengan senangnya. Tidak ada yang lebih membahagiakan baginya selain bertahan sebagai menantu tertua di keluarga Rossel."Terima kasih, Bu Lolita!" Kata kata itu terucap silih berganti dari para karyawan yang jumlahnya belasan itu. Semua membungkuk sopan dan memuji kebaikan Lolita.Usai melaksanakan kegiatan singkat tersebut, Lolita segera kembali ke dalam ruangannya. Dia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Sembari menutup mata, kini Lolita memikirkan rencana berikutnya, bagaimana cara yang lebih mudah untuk mempeng
"Mau ke mana sepagi ini?" Nader bertanya ketika melihat Hansel sudah berpakaian rapi. Jarum jam dinding masih berada di atas angka lima, tapi rekannya itu sudah bersiap siap meninggalkan kamar hotel."Mau ke mana lagi menurutmu," Hansel menjawab dengan cuek, lalu memasang sepatunya. Sudah tiga hari berlalu, Hansel belum juga berhasil mendapatkan apa yang dinginkannya. Tujuan Hansel ke kampung itu jelas untuk menikahi Sherly, namun hingga beberapa hari berlalu pernikahan yang diidamkan belum juga terjadi. Sherly bahkan menolak menginap di hotel yang sama dengan alasan ingin menemani ibunya di rumah sakit."Nikahi dia secepatnya, jadi kamu tidak uring uringan seperti ini!" Nader yang tadinya masih rebahan segera mengangkat tubuhnya, memaksakan diri untuk segera bangun dan menyusul Hansel. "Apa aku perlu ikut? Rasanya aku tidak tega juga melihatmu pergi sendirian.""Tidak perlu, aku bisa sendiri." Hansel membuka pintu kamar yang mereka tempati selama beberapa hari. Sebelum melangkah ke
Jarak hotel tempat Hansel menginap tidak begitu jauh dari rumah sakit. Cukup berjalan kaki dan menyebrangi jalan raya saja. Hansel hanya butuh waktu sekitar lima menit saja untuk tiba di rumah sakit.Akan tetapi, pagi itu Hansel harus menunggu Nader yang masih berada di kamar mandi."Lama juga kamu sikat giginya! Aku yakin setelah ini kamu akan dihubungi perusahaan iklan pasta gigi untuk pemasaran mereka." Hansel menyindir setelah Nader keluar dari kamar mandi. Dia harus menghabiskan waktu lima belas menitnya hanya untuk menunggu pria keturunan Arab itu."Astaga, cerewet sekali kamu, Bro," balas Nader sembari mengeringkan wajahnya menggunakan handuk berwarna putih. "Sherly juga belum tentu sudah bangun sepagi ini. Apa kamu ingin mengganggu tidurnya?""Sherly selalu terbangun di jam seperti ini. Itu sudah menjadi kebiasaan baginya." Tinggal bersama Sherly, membuat Hansel banyak mengetahui rutinitas wanita itu. "Baiklah, ayo berangkat sekarang!" Nader tidak berganti pakaian lagi. Dia m
Hansel memperhatikan kembali waktu dari panggilan Morgu pada Ronald. Tercatat kurang lebih dua puluh menit yang lalu. Itu artinya Sherly belum lama meninggalkan rumah sakit."Mobil tadi sangat mencurigakan," gumam Hansel setelah mematikan panggilan sepihak. "Aku juga berpikiran sama," balas Nader. Hansel segera menyerahkan ponsel Morgu pada Nader. "Segera check nomor Ronald dari ponsel ini, dan hancurkan setelah itu!" titah Hansel, lantas mengeluarkan ponselnya sendiri untuk menghubungi pihak yang berwajib."Apa yang kalian bicarakan?" Rosali menimpali. Dia tidak paham dengan ke mana arah obrolan kedua pemuda itu. "Apa kalian melihat Ronald mendatangi rumah sakit?" Hansel menoleh sekilas pada Rosali, namun tidak ada waktu untuk menjelaskannya pada wanita itu. "Kami harus harus segera pergi, Bu Rosali," ucap Hansel khawatir.Melihat raut wajah cemas Hansel, Rosali menjadi panik dan berpikiran yang bukan bukan. "Mau ke mana kalian? Apa terjadi sesuatu pada Sherly? Apa Sherly dalam bah
Lebih dari setengah jam di dalam kamar mandi, Sherly akhirnya keluar. Itu pun setelah Ronald menggedor gedor pintu kamar mandi berulang kali.Sembari meremas ujung piyamanya yang belum berganti sedari tadi, Sherly berkata dengan suara yang sangat pelan. "Maaf, aku sungkan untuk keluar. Tidak ada pakaian ganti untukku, makanya aku bingung untuk keluar dari dalam kamar mandi.""Aku sudah terlalu lama menunggumu," Ronald mendesis kesal. Sejurus kemudian, mata nakal pria yang kini berusia 40 tahun itu tertuju pada penampilan dan gerakan kecil yang dilakukan Sherly. Terlihat sederhana, namun daya tariknya melebihi efek dari mengkonsumsi anggur merah, bisa membuat siapa pun yang melihatnya mabuk kepayang.Ah ... Ronald tidak sabar lagi untuk melemparkan Sherly ke atas ranjang, lalu menindih dan menggumuli wanita itu, menuntaskan nafsu birahi yang sudah bertahun tahun tertunda.Menyadari cara pandang Ronald, Sherly segera memohon. "Bisakah kamu mengantarkan aku ke rumah kak Selvi? Aku harus
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung