"Mau ke mana sepagi ini?" Nader bertanya ketika melihat Hansel sudah berpakaian rapi. Jarum jam dinding masih berada di atas angka lima, tapi rekannya itu sudah bersiap siap meninggalkan kamar hotel."Mau ke mana lagi menurutmu," Hansel menjawab dengan cuek, lalu memasang sepatunya. Sudah tiga hari berlalu, Hansel belum juga berhasil mendapatkan apa yang dinginkannya. Tujuan Hansel ke kampung itu jelas untuk menikahi Sherly, namun hingga beberapa hari berlalu pernikahan yang diidamkan belum juga terjadi. Sherly bahkan menolak menginap di hotel yang sama dengan alasan ingin menemani ibunya di rumah sakit."Nikahi dia secepatnya, jadi kamu tidak uring uringan seperti ini!" Nader yang tadinya masih rebahan segera mengangkat tubuhnya, memaksakan diri untuk segera bangun dan menyusul Hansel. "Apa aku perlu ikut? Rasanya aku tidak tega juga melihatmu pergi sendirian.""Tidak perlu, aku bisa sendiri." Hansel membuka pintu kamar yang mereka tempati selama beberapa hari. Sebelum melangkah ke
Jarak hotel tempat Hansel menginap tidak begitu jauh dari rumah sakit. Cukup berjalan kaki dan menyebrangi jalan raya saja. Hansel hanya butuh waktu sekitar lima menit saja untuk tiba di rumah sakit.Akan tetapi, pagi itu Hansel harus menunggu Nader yang masih berada di kamar mandi."Lama juga kamu sikat giginya! Aku yakin setelah ini kamu akan dihubungi perusahaan iklan pasta gigi untuk pemasaran mereka." Hansel menyindir setelah Nader keluar dari kamar mandi. Dia harus menghabiskan waktu lima belas menitnya hanya untuk menunggu pria keturunan Arab itu."Astaga, cerewet sekali kamu, Bro," balas Nader sembari mengeringkan wajahnya menggunakan handuk berwarna putih. "Sherly juga belum tentu sudah bangun sepagi ini. Apa kamu ingin mengganggu tidurnya?""Sherly selalu terbangun di jam seperti ini. Itu sudah menjadi kebiasaan baginya." Tinggal bersama Sherly, membuat Hansel banyak mengetahui rutinitas wanita itu. "Baiklah, ayo berangkat sekarang!" Nader tidak berganti pakaian lagi. Dia m
Hansel memperhatikan kembali waktu dari panggilan Morgu pada Ronald. Tercatat kurang lebih dua puluh menit yang lalu. Itu artinya Sherly belum lama meninggalkan rumah sakit."Mobil tadi sangat mencurigakan," gumam Hansel setelah mematikan panggilan sepihak. "Aku juga berpikiran sama," balas Nader. Hansel segera menyerahkan ponsel Morgu pada Nader. "Segera check nomor Ronald dari ponsel ini, dan hancurkan setelah itu!" titah Hansel, lantas mengeluarkan ponselnya sendiri untuk menghubungi pihak yang berwajib."Apa yang kalian bicarakan?" Rosali menimpali. Dia tidak paham dengan ke mana arah obrolan kedua pemuda itu. "Apa kalian melihat Ronald mendatangi rumah sakit?" Hansel menoleh sekilas pada Rosali, namun tidak ada waktu untuk menjelaskannya pada wanita itu. "Kami harus harus segera pergi, Bu Rosali," ucap Hansel khawatir.Melihat raut wajah cemas Hansel, Rosali menjadi panik dan berpikiran yang bukan bukan. "Mau ke mana kalian? Apa terjadi sesuatu pada Sherly? Apa Sherly dalam bah
Lebih dari setengah jam di dalam kamar mandi, Sherly akhirnya keluar. Itu pun setelah Ronald menggedor gedor pintu kamar mandi berulang kali.Sembari meremas ujung piyamanya yang belum berganti sedari tadi, Sherly berkata dengan suara yang sangat pelan. "Maaf, aku sungkan untuk keluar. Tidak ada pakaian ganti untukku, makanya aku bingung untuk keluar dari dalam kamar mandi.""Aku sudah terlalu lama menunggumu," Ronald mendesis kesal. Sejurus kemudian, mata nakal pria yang kini berusia 40 tahun itu tertuju pada penampilan dan gerakan kecil yang dilakukan Sherly. Terlihat sederhana, namun daya tariknya melebihi efek dari mengkonsumsi anggur merah, bisa membuat siapa pun yang melihatnya mabuk kepayang.Ah ... Ronald tidak sabar lagi untuk melemparkan Sherly ke atas ranjang, lalu menindih dan menggumuli wanita itu, menuntaskan nafsu birahi yang sudah bertahun tahun tertunda.Menyadari cara pandang Ronald, Sherly segera memohon. "Bisakah kamu mengantarkan aku ke rumah kak Selvi? Aku harus
Setelah mendapat izin dari pemilik hotel, Hansel dapat dengan mudah mengakses setiap tamu yang menginap di kamar hotel tersebut.Kecurigaan mereka meningkat tatkala salah satu staf mengatakan jika rekaman cctv mendadak rusak sejak pagi. Mahes yang sudah terbiasa menginap beberapa hari di salah satu kamar hotel tersebut, menyatakan jika semua fasilitas dan keamanan sangat terjamin. Sangat jarang mengalami masalah internal."Tidak ada yang namanya Ronald," Nader memberitahu pada Hansel usai melakukan pengecekan."Mungkin saja dia menggunakan status yang lain," Hansel tidak mudah percaya. "Kalian tahu sendiri kan jika Ronald lumayan berkuasa di daerah ini, jadi dia pasti bisa dengan mudah menyuruh seseorang untuk memanipulasi data di hotel ini.""Lalu langkah apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Nader meminta pendapat."Sangat mudah, kita hanya perlu mengumpulkan nomor kamar yang baru disewa mulai pagi hari ini, Ronald pasti ada dalam daftar salah satunya!" Hansel sangat yakin denga
Satu satunya pria yang menjadi fantasi liar Sherly hanyalah Hansel. Sejak melakukan hubungan terlarang dengan pria itu, Sherly belum pernah berpikiran untuk menjalin hubungan dengan pria lain. Bahkan pada Santos yang cukup dekat dengannya, Sherly tidak berniat mengubah pemikirannya itu.Kini, ketika Sherly tengah berusaha melewati nafsu birahinya, pria yang berada di depan mata adalah orang yang sangat dibencinya. "Tolong biarkan aku pergi!" Sherly meminta berulang ulang. "Aku tidak ingin melakukannya denganmu.""Tapi kamu sangat membutuhkan aku, Sherly. Jika kamu keluar, siapa yang akan membantumu? Biarkan aku melakukan tugasku, akan aku tunjukkan jika aku jauh lebih hebat daripada Hansel!"Ronald telah menyuruh pelayan bayarannya itu untuk meletakkan obat perangsang dengan dosis yang tinggi. Jadi dia paham jika Sherly tidak akan bisa mengontrol hasrat seksualnya.Hawa nafsu telah mengalahkan semuanya. Ronald yang sudah menyuruh orang suruhannya untuk menjemput mereka, kini lupa den
Wajah Hansel seketika berseri seri dengan pengakuan cinta Sherly. Rasa manis di bibirnya juga masih terasa walau ciuman singkat mereka sudah terlepas beberapa detik."Apa yang kamu katakan tadi, Sherly?" Saking bahagianya, Hansel meminta Sherly untuk mengulang."Ronald menjebakku lagi, dia memasukkan obat perangsang pada minumanku," jawab Sherly dengan napas terengah engah."Bukan yang itu," Hansel menggoda. "Yang pertama kali kamu bilang. Aku ingin mendengarnya sekali lagi!Sherly yang sudah gemuruh dengan birahinya mengabaikan godaan Hansel. Dengan fasih dia mengungkapkan perasaannya. "Aku mencintaimu, Hansel. Aku butuh bantuanmu lagi.""Dengan senang hati, Sayangku." Hansel segera mendaratkan bibirnya pada bibir Sherly, lalu mengangkat tubuh Sherly menuju ranjang.Hari itu terasa sangat indah bagi Hansel. Dia merasa seperti berada di dalam surga terindah. Akhirnya, dia mendapatkan pengakuan dari wanita yang juga dicintainya. Untuk kedua kalinya, Sherly berakhir di ranjang bersama
Usai melakukan pembayaran, Sherly melihat jenis vitamin yang sering dikonsumsi oleh ibunya. Berniat untuk membelikannya, dia menunjuk benda dalam etalase itu, lalu meminta pada sang karyawan di apotek tersebut."Tolong ambilkan vitamin ini dua kotak!" pinta Sherly.Setelah mengambil dan menyerahkannya pada Sherly, pekerja itu juga menyebutkan harga. "Ada yang lain lagi, Bu?" tanya Sherly kemudian."Tidak ada, terima kasih." Sherly menyerahkan uang kes untuk pembayaran. "Ambil saja kembaliannya!" "Sherly Maghfira ...!" seorang wanita memanggil dengan suara yang lantang.Sherly segera menoleh pada sumber suara. Dia akan segera meninggalkan apotek tersebut, dan kebetulan juga mengenal suara itu. "Mindy ...!" sebut Sherly pada wanita yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. "Kamu kerja di sini?" dia menebak karena melihat pakaian yang dikenakan temannya itu adalah seragam petugas kesehatan."Ya, aku kerja di sini sebagai apoteker," Mindy menjawab dengan angkuh. "Aku mendapatkan pekerj
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung