Sekujur tubuh Hansel menegang mendengarnya. Dia mengumpulkan nyawanya dalam sekejap. Setelah duduk, Hansel mengucek mata sekali lagi untuk membaca nama si pemanggil. Tertulis nama Kak Selvi.Hansel yakin jika wanita yang mengoceh di ujung sana adalah kakak kandung Sherly.[Kenapa kamu diam saja, Sherly? Apa kamu masih di sana?] Selvi bertanya.[Aku tahu kamu sedih dan tidak bisa terima, tapi kamu harus tahu jika ternyata ayah dan ibu bukan orang tua kandungmu. Jadi kali ini, mereka memintamu untuk berbakti pada mereka sebagai balasan karena telah membesarkanmu.][Sherly, biar pun kenyataannya seperti itu, tapi aku sangat menyayangimu. Selamanya, kamu akan tetap menjadi adikku, adik yang sangat aku sayangi.]Bukannya menjawab, Hansel justru meletakkan ponsel Sherly di atas nakas, kemudian beranjak menuju kamar mandi.Satu yang membebani pikirannya adalah pernikahan yang telah diatur oleh orang tua Sherly. Dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.Betapa tidak sopannya, Hansel membi
Saat istirahat makan siang, Santos memilih meninggalkan kantor. Dia menuju rumah kontrakan Sherly yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan tempatnya bekerja."Ke mana kamu, Sherly?" Santos kecewa, karena pintu kamar itu masih terkunci dari dalam.Santos kembali menghubungi ponsel Sherly. Panggilan selalu tersambung, namun tidak ada jawaban."Apa yang sebenarnya terjadi?" Santos menatap sekelilingnya yang tampak sepi. Merasa bingung, Santos akhirnya meninggalkan tempat itu. Karena tidak ada yang bisa diharapkan untuk mendapatkan informasi, dia pun kembali ke kantor.Di kantin, Santos melihat Zizi tengah makan siang bersama teman-temannya yang lain. Dia segera menghampirinya.Masih dalam posisi berdiri, Santos bertanya pada Zizi. "Kamu yakin tidak tahu apa pun tentang Sherly?" Ekspresi Zizi seketika berubah. Tadinya dia sedang bercengkrama dengan teman-temannya, namun kedatangan Santos yang tiba-tiba membuatnya tergugup."Aku tidak tahu, Pak," ucap Zizi bingung."Jangan bohong
"A apa?" Sherly kehabisan kata-kata. Mulutnya hanya bisa menganga, namun tidak bisa mengeluarkan suara. "Aku ingin menikahimu," Hansel mengulangi lagi. "Apa kamu bersedia menjadi istriku?" Setelah mengutarakan keinginannya, Hansel berniat untuk mendekati Sherly. Dia ingin bicara dari hati ke hati.Namun, ketika Hansel baru saja berdiri, Sherly sudah bergerak lebih dulu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, wanita itu langsung berlari menuju kamar Aarav.Hanya bisa melongo, Hansel sama sekali tidak menghentikan Sherly. Dia paham jika ibu dari anaknya itu pasti terkejut dengan ungkapan hatinya yang terdengar blak-blakan.'Dia pasti butuh waktu,' pikir Hansel.Di dalam kamar, Sherly menatap Aarav yang sudah tertidur pulas. Beberapa hari ini, dia beristirahat di kamar yang sama. Tidak hanya berbagi ruangan, Sherly dan Aarav juga selalu bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing.Keduanya saling merasa nyaman dan terobati pada rasa rindu yang mendera. Jika Sherly teringat dengan putr
Karena belum menyadari siapa orang yang menjawab panggilannya, mulut Hansel masih saja berceloteh tentang Sherly, menunjukkan rasa bahagianya terhadap wanita itu."Apa kubilang, Rey, ini adalah cara yang paling efektif. Aku telah membuktikannya sendiri, Sherly pasti akan menerima lamaranku," Hansel bercerita dengan semangat."Oh shitt...!" Rey mendesah pelan. Dia tidak tahu lagi harus meletakkan mukanya di mana. Mungkin sudah puluhan kali Santos bertanya padanya, namun jawaban pria itu selalu sama. Rey selalu mengatakan jika dia tidak mengetahui keberadaan Sherly. Adapun tentang Hansel, Rey telah memberi alasan bahwa atasan mereka itu sedang bepergian ke luar negeri dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan."Rey, kamu masih di sana?" Dari ujung telepon, Hansel memastikan. Menyadari jika dirinya seperti bicara seorang diri saja, dia mulai meninggikan suaranya. "Halo ... Rey, kamu masih mendengarkanku, kenapa tidak bicara?" protesnya.Merasa bersalah, Rey segera merampas ponselnya
Pagi-pagi buta, Santos keluar dari kediaman Rey. Lebih tepatnya, dia baru akan pulang setelah sepupunya itu bersedia memberikan alamat villa yang ditempati Hansel saat ini. Cinta Santos benar-benar dalam pada Sherly. Tanpa mendengar penjelasan Rey dan memikirkan hal yang lainnya, pagi itu, dia langsung berangkat menuju villa pribadi milik Hansel."Jangan ada keributan!" Rey masih memberi peringatan pada Santos yang sudah berada di dalam mobil. "Kamu harus mendengarkan mereka lebih dulu, baru mengambil tindakan!""Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tidak usah mengajariku." Setelah mengatakan itu, Santos tancap gas meninggalkan kediaman Rey.Sepeninggal Santos, Rey mendesah lagi. Bingung mendapati situasi itu, dia pun berniat menghubungi Hansel kembali, memberitahu jika Santos telah mengetahui keberadaan mereka.Akan tetapi, panggilan yang dilakukan Rey tidak sekali pun terjawab. Dari tadi malam dia sudah berusaha menghubungi atasannya itu untuk meminta pendapat, namun tidak mendapat
Sherly tertegun mendengar percakapan Hansel dan Aarav. Jantungnya berdetak kencang tatkala mengetahui bahwa anak yang tidur bersamanya beberapa hari ini adalah orang yang dicari-cari keberadaannya.Pantas saja Aarav terlihat sangat mirip dengan foto yang ditunjukkan Sita. Bahkan nyaris sama. Tidak ada perbedaan sama sekali, karena anak yang ada di dalam foto adalah Aarav sendiri. "Apa ini mimpi? Aarav benar-benar anakku," gumam Sherly dengan suara yang lirih.Sherly melangkah perlahan menuju anak dan ayah itu. Sambil mengamati punggung Hansel, dia berhenti sejenak. 'Bagaimana kalau dia hanya berbohong?' pikirnya lagi.Mengingat Hansel tengah menginginkannya sebagai istri kedua, Sherly berpikir jika ini bisa saja adalah sebuah trik Hansel untuk memiliki Sherly.Saat Sherly sedang berpikir, Aarav sudah menoleh ke arahnya."Mommy Sherly ada di sini, Daddy." Aarav memberitahu dan menunjuk wanita yang berdiri di belakang mereka.Sherly masih terpana dengan berita mengejutkan itu. Ketika Aa
Satu-satunya alasan Sherly bungkam adalah istri Hansel. Sejak awal dia tidak ingin dicap sebagai wanita perusak rumah tangga orang. Jika saat kehamilannya, Sherly menemui Hansel untuk meminta pertanggungjawaban, itu sama saja melempar kotoran baru pada wajah kedua orang tuanya."Menurutmu apa yang akan dipikirkan warga sekitar tentangku? Hamil di usia yang masih sangat muda dengan pria yang sudah memiliki keluarga, itu sama saja merebut suami wanita lain. Bukankah itu perilaku yang sangat keji?" Sherly tidak sanggup membayangkannya."Aku paham sekarang." Hansel mengangguk. Rasanya ingin memeluk Sherly untuk mengurangi beban wanita itu. "Tapi sekarang kamu sudah tahu kan keadaan rumah tanggaku. Aku dan Lolita tidak akan pernah saling mencintai. Dalam perjanjian, kami akan mengakhiri hubungan pernikahan ini jika salah satu di antara kami menemukan pasangan yang cocok," jelasnya.Ya, kini setelah mengetahui kehidupan rumah tangga Hansel yang berjalan tidak normal, Sherly akan mulai membu
Sherly belum menyadari tatapan nakal Hansel. Dia masih dalam posisi menunduk, bajunya juga dibiarkan saja melorot ke bawah. Terlalu sibuk melayani putranya, Sherly pun mengabaikan Hansel yang tengah lapar mata."Mommy, buatkan aku omelette juga!" Aarav masih mengunyah sosis bakar, tapi dia sudah meminta makanan yang lainnya."Baiklah, pangeran kecilku," ucap Sherly patuh. Dia senang putranya meminta.Apa yang tidak akan diberikan Sherly pada putranya. Seandainya Aarav memintanya untuk melintasi hujan badai hanya untuk mendapatkan sesuatu, dia tidak akan pikir panjang untuk melakukannya."Kalau kamu minta makan ini dan itu, lalu kapan daddy memiliki kesempatan untuk makan?" Hansel protes pada anaknya. "Sebaiknya habiskan dulu makanan di piringmu, baru minta yang lain!""Aku mintanya sama mommy. Kalau Daddy juga ingin makan, minta saja sama mommy." Sadar akan prioritas yang diberikan Sherly padanya, Aarav tidak khawatir jika Hansel akan menegurnya.Meski usianya masih sangat muda, Aarav
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung