"Di mana wanita itu, Hansel? Apa dia masih bekerja di sini?" Satu hari Alexander sudah mengetahui tentang Sherly dari Tiffany, namun dia tidak terlalu memikirkan hal itu. Tiga hari terakhir, Alexander juga sudah mengutus Joran untuk mencari tahu tentang wanita bernama Sherly, namun jejak wanita itu belum terlihat oleh sang asisten.Hansel tidak ambil pusing jika hanya Sherly yang menjadi tujuan ayahnya. Saat masih sangat muda, dia membenci kelakuan pria itu. Namun, seiring bertambahnya usia dan mulai memahami masalah orang dewasa, perlahan dia memaafkan sang ayah yang memiliki perasaan terbagi terhadap dua wanita sekaligus.Bukankah semua orang memiliki hak masing masing untuk memutuskan dengan siapakah dia bertahan? Itu alasan Alexander membagi perasaannya, sedangkan Hansel memiliki alasan yang lain meski terlihat sama di depan umum. Pada akhirnya, nasib Hansel tidak jauh berbeda dengan sang ayah. Hansel tidak dapat mencintai istri sahnya, dan akhirnya menemukan gadis muda yang ke
Alexander curiga melihat Sherly yang bersama dengan Reynand. Dia belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Siapa wanita itu? Apa dia bekerja di sini?" "Mungkin dia sekretarisnya Reynand yang baru. Aku dengar perangainya masih sama seperti dulu, suka bergonta ganti pasangan," Joran menebak, kemudian melanjutkan lagi. "Tapi aku akan memastikannya sendiri, Pak." Sama seperti Joran, Reynand adalah asisten dan orang kepercayaan Hansel, tentu orang orang di sekitarnya adalah karyawan yang cukup penting di perusahaan itu. "Reynand ...!" Karena jarak mereka cukup berjauhan dengan jarak beberapa meter, Joran memanggil dengan nada yang lantang. Selain itu, Reynand dan Sherly sudah berbalik arah, membuatnya harus segera mempercepat langkah untuk menemui keduanya."Gawat ...!" pikir Reynand. Tiga hari terakhir ini, dia telah mengarang cerita, dengan mengatakan jika wanita bernama Sherly sudah mengajukan pengunduran diri dari perusahaan itu. Dia juga berbohong tentang hubungan Sherly dan Ha
"Kapan kamu akan membawa Aarav ke rumah? Ini sudah tiga hari sejak kamu menjanjikannya padaku. Aku sudah menuruti semua yang kamu katakan, sekarang penuhi janjimu itu!" Sherly tidak bosan mengingatkan, mengulang kata kata yang sudah sering diucapkannya. "Paling tidak telepon dia sekarang, aku ingin mendengar suaranya!" Selama Sherly berbicara, Hansel tidak terlalu merespons. Dia hanya fokus pada bibir Sherly yang mengoceh seperti mulut bebek. Ketika Sherly diam, tatapannya turun ke leher jenjang wanita itu. Hasrat kelelakian Hansel membuncah detik itu juga. Mengabaikan permintaan Sherly, dia justru menarik wanita itu ke pangkuannya. "Apa apaan kamu, Hansel!" Sherly tidak setuju. Dia berusaha menahan dada Hansel meski pria itu sudah memeluknya dengan erat."Berikan aku sesuatu, Sayang! Setelah itu aku akan membawa Aarav untukmu," pinta Hansel dengan suara yang menggoda. Entah kenapa, Hansel kerap bernafsu ketika berdekatan dengan Sherly, padahal sebelumnya dia bukan tipe pria yang
"Anak itu sangat mirip denganku, bahkan dengan Vonny, kedua anak itu bagai pinang dibelah dua.""Anak yang kukandung dulu tidak pernah aku buang.""Anak kita masih hidup, dia tumbuh sehat dan cantik."Ketika melihat wajah Sherly untuk yang pertama kalinya, Hamza lupa dengan tujuannya sore itu. Dia hanya teringat dengan kata kata Ayesha. Wanita di depan matanya saat ini terlihat mirip dengan Vonny, begitu juga dengan Ayesha saat masih muda."Selamat sore, Pak!" Sherly menegur agar pria di depannya tersadar. Sherly tidak mengenal Hamza dan baru pertama kali melihat pria itu. Namun dia yakin jika kedatangan tamu tersebut sangat penting bagi Hansel."Pak ... silakan masuk!" Sherly menegur lagi. Karena pria itu masih tampak termenung, Sherly tanpa ragu mengulang sambil mengeraskan suaranya. "Pak ... silakan masuk!"Mendengar suara besar Sherly, Hansel mendongak, lalu buru buru berdiri. Dia penasaran dengan apa yang terjadi di depan pintu itu.Selama mengenal Hamza, Hansel tahu jika ayah m
{Kita harus segera bertemu, aku ingin mengetahui semua tentang anak yang kamu katakan itu!}Pada akhirnya, Hamza mengirimkan pesan pribadi setelah Ayesha menolak bertemu dengannya.*Masih dalam mode marah, Hansel kembali mengeluarkan ponselnya, lantas menghubungi Sherly untuk yang kedua kalinya.Hansel menempelkan ponsel itu di telinganya sambil melangkah keluar.Bunyi lagu jadul dari ponsel milik Sherly seketika mengisi ruangan itu. Hansel menoleh pada sumber suara. "Ponselnya di sini, itu artinya dia belum pulang." Dia pun menyesal telah mengutuk istrinya sendiri.Hansel meraih ponsel Sherly dari atas meja, lalu meninggalkan ruangan itu. Tujuannya adalah tempat kerja Sherly yang lama.Ke mana lagi wanita itu kalau bukan ke tempat kerjanya yang lama. Hansel yakin Sherly sedang menemui teman temannya yang masih lembur hingga malam hari.Benar saja, Sherly tengah duduk di antara Lala dan Zizi. Ketiga wanita muda itu sedang sibuk mengobrol seolah tidak peduli dengan aturan peusahaan. M
Tengah malam, Sherly terbangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpi itu, dia melihat banyak pihak yang menginginkan kematiannya. Meski banyak juga yang menyayangi Sherly, namun orang yang membencinya pun tak kalah banyak. Sherly mengatur nafasnya yang sudah ngos ngosan, lalu bergumam pelan. "Siapa mereka? Dan apa salahku?" Tidak hanya wanita yang terlihat dalam mimpi itu, Sherly juga merasakan kehadiran pria berumur dengan jumlah lebih dari dua orang. Semuanya ingin menyingkirkan Sherly dengan alasan yang berbeda beda.Seketika Sherly memeluk lututnya. Dia ketakutan ketika bayang bayang dari mimpi itu masih muncul di benaknya. Pada menit berikutnya, pintu kamar Sherly terbuka dari luar.Sherly segera menoleh. Ternyata Hansel baru saja kembali. Sherly bahkan tidak menyadari kepergian Hansel yang meninggalkannya malam itu.Ya, Hansel keluar pada pukul sepuluh malam untuk memenuhi panggilan dari ayahnya. Dia buru buru pergi tanpa memberitahu Sherly yang sudah tertidur lebih dulu."Ada apa
Tidak ada jawaban dari Lolita ketika Hamza bertanya. Dia justru berpikir keras tentang apa saja yang telah terjadi antara Hansel dan Sherly di belakangnya.Tidak bisa dipungkiri, Lolita cemburu besar. Semula, dia berpikir jika Sherly tidak akan berani muncul lagi di hadapan publik setelah kesepakatan mereka. Namun yang terjadi di luar dugaan Lolita. Alih alih bersembunyi dan hanya menjadi gundik untuk Hansel, Sherly justru menjadi sekretaris di dalam perusahaan yang dipimpin oleh suaminya."Loli, ayah tanya padamu, siapa wanita bernama Sherly itu? Apa Hansel pernah bercerita padamu?" Hamza bertanya lagi."Aku tidak tahu, Ayah," Lolita menjawab dengan asal. "Kami memiliki kesibukan masing masing, aku punya usaha sendiri, begitu juga dengan Hansel, jadi akhir akhir ini kami jarang bertemu, apalagi untuk mendiskusikan pekerjaan, untuk saat ini, itu sangat tidak mungkin untuk kami lakukan.""Keluarga apa seperti itu?" protes Hamza setelah mendengar penjelasan putrinya. "Kamu istrinya yang
Di dalam ruangannya, Sherly melampiaskan kemarahannya pada Santos. Tujuannya membawa pria itu ke ruangannya agar tidak ada yang mendengar perdebatan mereka."Aku kecewa denganmu, kenapa kamu melakukan ini, Santos?" marah Sherly."Apa yang salah dengan perbuatanku?" Santos balik bertanya. "Aku mencintaimu, aku sudah lama menahannya, dan sekarang, atas dorongan dari perasaanku sendiri, juga keinginan ibuku yang berharap menjadikan kamu sebagai menantunya, aku harus memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku."Sherly terdiam. Bingung cara menjelaskannya. "Ini sangat sulit bagiku, Santos.""Apanya yang sulit?" Santos meraih kedua pundak Sherly. "Katakan padaku apa yang sulit! Apa karena Hansel? Apa dia menekanmu?""Dia tidak menekanku." Sherly menunduk lesu."Lalu apa masalahnya?"Sherly masih tidak bisa menjawab. Dia tidak tega menyakiti perasaan Santos. "Tolong keluar dari sini, aku tidak bisa mengatakannya sekarang.""Aku tidak akan keluar." Santos kekeh dengan keinginannya. "Aku
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung