Tengah malam, Sherly terbangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpi itu, dia melihat banyak pihak yang menginginkan kematiannya. Meski banyak juga yang menyayangi Sherly, namun orang yang membencinya pun tak kalah banyak. Sherly mengatur nafasnya yang sudah ngos ngosan, lalu bergumam pelan. "Siapa mereka? Dan apa salahku?" Tidak hanya wanita yang terlihat dalam mimpi itu, Sherly juga merasakan kehadiran pria berumur dengan jumlah lebih dari dua orang. Semuanya ingin menyingkirkan Sherly dengan alasan yang berbeda beda.Seketika Sherly memeluk lututnya. Dia ketakutan ketika bayang bayang dari mimpi itu masih muncul di benaknya. Pada menit berikutnya, pintu kamar Sherly terbuka dari luar.Sherly segera menoleh. Ternyata Hansel baru saja kembali. Sherly bahkan tidak menyadari kepergian Hansel yang meninggalkannya malam itu.Ya, Hansel keluar pada pukul sepuluh malam untuk memenuhi panggilan dari ayahnya. Dia buru buru pergi tanpa memberitahu Sherly yang sudah tertidur lebih dulu."Ada apa
Tidak ada jawaban dari Lolita ketika Hamza bertanya. Dia justru berpikir keras tentang apa saja yang telah terjadi antara Hansel dan Sherly di belakangnya.Tidak bisa dipungkiri, Lolita cemburu besar. Semula, dia berpikir jika Sherly tidak akan berani muncul lagi di hadapan publik setelah kesepakatan mereka. Namun yang terjadi di luar dugaan Lolita. Alih alih bersembunyi dan hanya menjadi gundik untuk Hansel, Sherly justru menjadi sekretaris di dalam perusahaan yang dipimpin oleh suaminya."Loli, ayah tanya padamu, siapa wanita bernama Sherly itu? Apa Hansel pernah bercerita padamu?" Hamza bertanya lagi."Aku tidak tahu, Ayah," Lolita menjawab dengan asal. "Kami memiliki kesibukan masing masing, aku punya usaha sendiri, begitu juga dengan Hansel, jadi akhir akhir ini kami jarang bertemu, apalagi untuk mendiskusikan pekerjaan, untuk saat ini, itu sangat tidak mungkin untuk kami lakukan.""Keluarga apa seperti itu?" protes Hamza setelah mendengar penjelasan putrinya. "Kamu istrinya yang
Di dalam ruangannya, Sherly melampiaskan kemarahannya pada Santos. Tujuannya membawa pria itu ke ruangannya agar tidak ada yang mendengar perdebatan mereka."Aku kecewa denganmu, kenapa kamu melakukan ini, Santos?" marah Sherly."Apa yang salah dengan perbuatanku?" Santos balik bertanya. "Aku mencintaimu, aku sudah lama menahannya, dan sekarang, atas dorongan dari perasaanku sendiri, juga keinginan ibuku yang berharap menjadikan kamu sebagai menantunya, aku harus memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku."Sherly terdiam. Bingung cara menjelaskannya. "Ini sangat sulit bagiku, Santos.""Apanya yang sulit?" Santos meraih kedua pundak Sherly. "Katakan padaku apa yang sulit! Apa karena Hansel? Apa dia menekanmu?""Dia tidak menekanku." Sherly menunduk lesu."Lalu apa masalahnya?"Sherly masih tidak bisa menjawab. Dia tidak tega menyakiti perasaan Santos. "Tolong keluar dari sini, aku tidak bisa mengatakannya sekarang.""Aku tidak akan keluar." Santos kekeh dengan keinginannya. "Aku
"Aku permisi dulu," Hansel berpamitan pada rekan kerjanya. Setelah itu langsung menuju sebuah ruangan, mengikuti Sherly dan Ayesha. Di depan sebuah kamar, Hansel ingin menguping pembicaraan kedua wanita beda usia itu. Namun, ruangan itu tertutup rapat hingga dia tidak dapat mendengarkan apa pun. "Ccck ... sial!" Hansel mendesah. "Apa yang ingin mereka bicarakan?" Tujuan Hansel hanya ingin memastikan kenyamanan Sherly saat berada dalam pesta. Dia tidak ingin ada orang yang menggangu istrinya. Ketika tidak mendapatkan apa pun, dia hanya bisa mondar mandir di depan pintu.Pada saat itu, Jared datang dan melihat Hansel. Karena sudah mengetahui niat Ayesha, dia ingin mengetahui rencana istrinya itu selanjutnya. Namun yang terlihat pertama kali adalah Hansel, membuat pria itu keheranan."Hansel ...!" tegur Jared pada pria muda di depannya. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"Terkejut dengan kemunculan Jared, Hansel tampak panik. Tidak bisa mengelak, dia pun akhirnya berkata jujur. "A
Hansel meraih lengan Aarav, membawa putranya untuk mendekati Sherly. Sedikit sulit baginya untuk membujuk anak kecil itu agar mau mengikutinya."Dia akan tidur di sini," ucap Hansel setelah berdiri di depan Sherly. "Habiskan waktumu bersamanya!" "Benarkah?" Rasa bahagia itu tidak dapat disembunyikan lagi. Sherly segera berjongkok untuk memeluk putranya. "Mommy sangat merindukanmu, Aarav. Mommy senang kamu mau menginap lagi di sini."Hansel tersenyum melihatnya. Tidak seperti Sherly dan Hansel, Aarav justru merasa marah dengan pertemuan itu. Ucapan Lolita masih terngiang ngiang di telinganya jika dia adalah anak yang dibuang, lalu dipelihara dengan baik oleh ibu asuhnya. Bagaimana mungkin dia bisa menerima dengan baik wanita yang telah menelantarkannya?Akan tetapi, adanya Hansel di antara mereka membuat Aarav berpura pura ramah, seakan dia masih menerima Sherly sebagai ibunya. Apa yang dilakukannya malam ini adalah sebuah keterpaksaan.Menyadari sikap Aarav yang berubah drastis, Han
"Aku tidak menyukaimu, aku menyesal pernah menerimamu," kebencian di hati Aarav tidak tertahankan lagi. Kemarahan itu meledak karena semakin risih dengan sikap Sherly yang tidak berhenti membujuknya. Ketika Sherly menampilkan kasih sayangnya dan bersikap lembut, Aarav menganggap semua itu hanya topeng.Sherly shock berat mendengar teriakan putranya. Kedua matanya membulat sempurna. Juga napasnya seperti terhenti detik itu juga. Dunianya seakan runtuh."Aarav ...!" sebut Sherly dengan suara yang lirih dan dia diam di tempat, tak berani mendekati anaknya lagi. "Jangan panggil namaku lagi!" Seperti anak yang tidak memiliki sopan santun, Aarav meneriaki ibu kandungnya. "Aku ingin pulang, aku tidak mau bersamamu lagi."Tubuh Sherly menegang. Sontak saja dia memegang dadanya. Bersamaan dengan itu, air matanya mengalir dengan begitu deras. Sherly tidak tahu apa yang terjadi, dan dia tidak berani bertanya karena Aarav juga sudah menangis sesenggukan ketika memarahinya.Sherly justru merasa
Sherly berada di depan pintu kamar utama di mana Aarav tengah mengunci diri di dalamnya. Dia tak henti hentinya berusaha membujuk, memohon agar sang anak membuka pintu.Alih alih dituruti oleh Aarav, Sherly justru mendengar jika anak kecil itu sedang memberontak di dalam kamar. Bahkan beberapa kali terdengar suara barang dibanting dengan sangat keras, membuat Sherly terkejut dan akhirnya berhenti memohon. Sherly terduduk lemas. Air mata wanita itu juga masih mengalir deras. Ketika melihat layar ponsel di tangannya, penglihatannya tampak berembun akibat air mata yang keluar tanpa henti."Kamu ke mana, Hansel?" Saat ini, Sherly sangat membutuhkan suaminya. Hanya pria itu yang dapat menangani sang anak. Sherly tidak memiliki orang asing untuk berbagi. Selain tidak bisa mengatasi Aarav seorang diri, Sherly juga khawatir terjadi hal buruk pada anaknya. Pada akhirnya, dia mengalah dan membiarkan Aarav menenangkan diri sendiri.Sementara di kediaman utama keluarga Rossel, Hansel terpaksa m
Sherly merasa tertekan dengan pilihan yang diberikan Hansel. Selama hidupnya, ini yang selalu ingin dihindarinya. Bagaimana mungkin Hansel dan Aarav memintanya untuk satu atap dengan Lolita?Apa yang akan terjadi jika di dalam satu rumah dihuni oleh dua orang istri? Sherly enggan untuk mengiyakan, tapi dia juga ingin selalu bersama putranya.Saat ini, Sherly nyaris kehilangan putranya, bagaimana jika mereka sudah tidak pernah bertemu lagi?Usai sarapan, Aarav turun dari meja makan. "Jangan ada yang mengikutiku, aku bisa melakukan apa pun tanpa bantuan kalian!"Aarav akan mandi dan dia tidak ingin Sherly datang membantunya.Sekali lagi Sherly merasa terpojokkan dengan posisinya. Dia menunduk sedih. Sakit hati, tentu saja dia merasakan itu. Anak yang menjadi tujuannya bertahan dengan terang terangan telah menjaga jarak dengannya.Melihat ekspresi Sherly, Hansel berkata, "Aku sudah katakan dari awal jika perceraianku dan Lolita harusnya dilanjutkan saja, karena dia tidak mungkin mengalah
Hansel ingin mengejutkan istrinya setelah mereka kembali, namun kejutan itu satu persatu telah datang dengan sendirinya.Ya, orang tua Sherly lebih dulu masuk ke dalam ruangan itu. Rosali langsung memeluk Sherly, diikuti Selvi serta keluarga kecilnya. Sedangkan Morgu terlihat menunduk malu setelah memasukkan ruangan tersebut. Dia bahkan tidak berani menyaksikan kedekatan antara Sherly dan Selvi, juga dengan istrinya yang sangat menyayangi Sherly."Ayah ...!" Sherly menyebut panggilan itu pada Morgu. Meski pria tua itu bukan ayah biologisnya dan terang-terangan memutus hubungan dengannya, namun Sherly tetap menganggapnya sebagai ayah."Ayah, kemarilah!"Seketika Morgu terharu dengan panggilan itu. Dia langsung memeluk Sherly. "Ayah minta maaf, ayah sangat jahat padamu, ayah egois telah memanfaatkanmu selama ini," ucapnya dengan penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya," balas Sherly dengan ikhlas. "Bagiku, kamu tetaplah ayahku."Saat itu, Rosali kembali mengusap rambut Sherly. Dia jug
"Sherly ...!" Hansel berbisik di telinga istrinya untuk membangunkan wanita itu. "Sherly ... bangunlah, ini aku datang."Perlahan, Sherly mengerjapkan matanya dengan malas. Pada kehamilan yang kedua ini, dia mudah mengantuk. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya juga letih selama perjalanan. Itu sebabnya Ronald membiarkan Sherly beristirahat untuk malam ini saja, tapi dengan tangan yang terikat."Hansel ...." Dengan sebelah tangannya, Sherly mengucek mata. Dia masih ragu dengan penglihatannya yang samar-samar. "Kamu datang, ini benar benar kamu yang datang?" dia bertanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah bagian dari mimpi."Ya, ini aku datang," Hansel membenarkan. Untuk meyakinkan Sherly, dia mengecup bibir wanita itu sebanyak tiga kali. "Tetap tenang di sini!"Seterusnya, Hansel langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tangan Sherly. "Apa kamu tahu kuncinya diletakkan di mana?" tanya Hansel setelah berusaha mencari kunci borgol yang mengikat tangan She
Setelah mendapatkan serangan dari anak buah Yoga, Hamza masih tidak menyesali perbuatannya. Alih-alih melarang atau meminta penjelasan secara detail, dia justru mendorong para penjahat itu agar melanjutkan misi mereka."Bawa saja dia pergi, terserah kalian ingin melakukan apa, aku tidak peduli dengan keselamatan wanita pembawa sial ini!" Hamza membiarkan, bahkan senang melihat Sherly digotong oleh orang yang tidak mereka kenal."Ayah, kenapa kamu begitu tega pada Sherly?" Lolita tak berdaya karena ruang geraknya dihalangi oleh Hamza dan orang suruhan ayahnya. Pada saat Sherly dibawa oleh sekelompok penjahat itu, Lolita terduduk lemas di atas lantai. Untuk beberapa menit lamanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia berteriak, merasa buruk karena tidak dapat memberi bantuan pada adiknya yang tengah hamil.'Cepatlah datang, Hansel!' ujar Lolita dalam hati. Dia telah mengirimkan pesan pada Hansel sebelum memasuki gedung tersebut."Sudahlah , jangan bertingkah bodoh seperti ini seolah-olah d
"Bagaimana bisa kalian gagal mendapatkan Sherly?" Ronald murka mengetahui dua orang suruhannya telah didahului oleh orang lain. "Kalian sudah lebih dulu berada di sana, bahkan sejak pagi telah memasuki rumah itu, apa kalian tidak melihat ada orang yang mencurigakan?" "Maaf, Pak Ronald, kami tidak mengetahui jika pria itu juga menginginkan Sherly." Salah satu dari kedua pria itu menjawab. "Terlalu banyak yang melihat ke arah Sherly, kami kesulitan untuk menebak siapa saja yang ingin menculiknya malam itu.""Bodoh ...! Kalian memang bodoh, tidak berguna!" bentak Ronald. Tidak terima dengan alasan itu. Seandainya, tidak ada yang mengikuti langkah Ronald setiap saat, dia sudah mengambil tindakan sendiri. Kebencian Ronald terlalu tinggi untuk Sherly dan Hansel membuat pria itu rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk membalaskan dendamnya."Jangan gegabah seperti itu, Ronald!" Yoga tiba-tiba muncul di ruangan itu. Dia menepuk pundak Ronald, lalu berkata lagi. "Aku sudah tahu siapa
Mansion mewah dengan fasilitas terlengkap di kota itu mendadak mengalami masalah internal dalam hal penerangan. Hal itu tentu menumbuhkan kecurigaan bagi para penghuni rumah atau tamu malam itu.Terutama Hansel yang telah kehilangan Sherly dalam hitungan detik. Begitu cahaya lampu kembali menerangi ruangan demi ruangan, hal pertama yang Hansel lakukan adalah mencari keberadaan istrinya."Sherly ... Sherly ...!" Hansel memanggil manggil istrinya sembari berjalan mondar mandir. Dengan wajah panik, dia menyusuri setiap ruangan terdekat dari tempat awal mereka berdiri.Sebagai pemilik mansion, Hilman langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya untuk memeriksa kondisi keamanan di rumah tersebut. "Periksa semua di sekitar rumah, jangan ada satu pun yang terlewat! Jika ada yang mencurigakan, segera melapor!"Sang asisten bergerak melaksanakan tugasnya. "Kenapa dia bisa menghilang sendiri?" Alexander keheranan. "Di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan ini, kenapa hanya wani
Sherly berusaha menarik tangannya dari genggaman Hansel, namun pria itu tidak membiarkannya lepas. "Hansel ... semua orang melihat kita. Tolong lepaskan tanganku, yakinkan keluargamu dan aku akan menjaga Aarav!" dia mencari aman.Hansel tidak setuju. Dia justru bersemangat untuk membawa Sherly dan Aarav menuju keluarganya. "Kita hadapi bersama!" ujarnya."Apa maksudnya ini?" Meski paham dengan tujuan Hansel, Hilman tetap bertanya, dan dia melakukan itu hanya untuk menjaga wibawanya yang terkenal tegas di depan rekan rekan keluarga mereka.Hansel sama sekali tidak gentar menghadapi Hilman. Ketika sudah berdiri tepat di hadapan sang kakek, dia memperkenalkan istrinya lebih dulu. "Wanita yang aku bawa ini namanya Sherly. Bukankah Kakek ingin bertemu dengannya? Aku sudah membawanya, tolong terima dia menjadi menantu di keluarga ini sebagai istriku!" pinta Hansel dengan suara yang datar. Tidak ada keraguan, namun dia masih terlihat waspada jikalau Hilman tidak menerima kehadiran Sherly.B
Setelah beberapa hari berlalu, Vonny masih tidak bisa menerima kehadiran Sherly sebagai adiknya. Dia terlalu benci dengan wanita itu, lalu bagaimana caranya untuk melupakan permusuhan mereka?Kemarahan dalam diri Vonny semakin meledak tatkala mengetahui jika Sherly sudah melaksanakan pernikahan dengan Hansel dan mereka juga sudah memiliki anak yang selama ini diasuh oleh Lolita. "Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan semua yang harusnya menjadi milikku, Sherly. Aku akan menghancurkan hidupmu." Vonny menatap gambar gambar Santos ketika bersama dengan Sherly. Foto itu terlihat intim, berpelukan, berciuman, membuat siapa pun yang melihatnya akan percaya jika keduanya tengah menjalin hubungan serius."Dengan semua ini, aku akan mempermalukanmu di depan keluarga Hansel. Lihat saja, Sherly, semua orang akan semakin jijik melihatmu. Dan aku yakin Hansel tidak akan menerimamu lagi." Vonny menganggap Sherly memiliki keberuntungan hanya karena kemiripan mereka. "Jangan harap aku akan mengan
Ketika Santos bergerak ke arahnya, Sherly langsung mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan pria itu. "Berhenti di situ, jangan mendekat!" dia masih trauma dengan perlakuan Santos padanya."Aku hanya ingin bicara sebentar, Sherly, aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Santos diam di tempat. "Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali kebodohanku itu.""Bukankah Hansel menyuruhmu untuk menyelesaikan masalahmu di perusahaan ini?" Sherly mengingatkan Santos dan mengabaikan ucapan pria itu. "Tolong segera keluar dari sini!" pintanya lagi.Untuk meyakinkan Sherly, Santos segera berlutut di hadapan Sherly. Dia mengatupkan kedua tangannya, merendahkan diri agar Sherly percaya padanya. "Tolong maafkan aku, Sherly, aku tidak akan bisa tenang sebelum mendapat maaf darimu. Tujuanku datang hari ini juga hanya ingin mendapat maaf darimu.""Aku bersumpah atas nama ibuku, aku sudah menyesali semua perbuatanku waktu itu. Aku khilaf, Sherly, tolong maafkan aku!"
Sembari meletakkan botol minumannya di atas meja, Sherly memberi kode pada Hansel agar tidak buru-buru mengungkapkan hubungan mereka di depan wanita paruh baya itu.Mereka berdua sama sama tahu jika kondisi Farah tidak terlalu bagus untuk menerima berita yang mengejutkan. "Aku paham," ucap Hansel dengan suara yang pelan. Setelah itu, dia lebih dulu berdiri untuk menyambut Santos dan Farah."Selamat siang, Hansel!" Farah terlihat lebih bersemangat, maka dia lebih dulu menyapa. "Apa kedatangan kami mengganggumu?""Tidak sama sekali, Bibi," sambut Hansel dengan ramah. "Ayo duduk dulu!"Saat itu Sherly juga mendekat, namun dia tidak ingin bicara pada Santos. Kemarahannya terhadap pria itu belum sepenuhnya hilang. Maka dia hanya bertegur sapa dengan Farah, dan membantu wanita itu untuk duduk di sofa tepat di sebelahnya. Santos mengikutinya. Rasa bersalah terhadap Sherly membuat pria itu diam seribu bahasa. Hingga detik ini, dia belum mendapat kesempatan untuk meminta maaf secara langsung