"Tentu saja, Ayuna itu juga seorang wanita. Apa salahnya jika dia merasa takut?" tanya Rafael.
"Sudah, aku tidak takut hanya saja aku memiliki perasaan yang tidak enak. Mungkin saja kalian benar." kataku.
"Tentu saja, kita akan terus berjalan sampai ke ujung jalan arah kanan." Kata Vita.
"Benar, supaya kita cepat menemukan jalan keluar dari hutan ini." kata Daffa.
"Baik, aku akan mengikuti kalian semua." Kata Ilham.
Aku dan yang lain terus berjalan dan setelah lama berjalan akhirnya kami bisa melihat ujung jalan arah kanan itu. Suasana terasa berbeda dari arah kiri itu. Di pasar setan, kita masih bisa melihat cahaya tapi di sini terasa sangat gelap dan dingin. Jauh lebih buruk dari pada di hutan. Aku merasa perasaan aneh ini menjadi nyata. Tapi aku harus mengikuti mereka semua supaya kami dapat menemukan jalan keluar dari tempat aneh ini. Aku sudah lelah berada di sini. Aku ingin kembali ke tempat aku.
"Ke
Ketika kami semua memasuki tempat itu suasana langsung berubah yang tadinya hening menjadi banyak suara burung hantu. Burung hantu itu tidak berhenti bersuara seakan ingin memberikan peringatan kepada kami semua. Keanehan semakin terjadi ketika semua hewan berkata merah bermunculan di tempat ini. Aku merasa ini bukan tempat yang baik dan ingin berusaha mengajak semua teman aku untuk keluar dari tempat ini."Teman teman, kita sebaiknya.." kataku yang terhenti karena Vita berbicara."Ada apa ini? Kenapa semua terasa aneh dan menyeramkan di tempat ini?" tanya Vita."Aku juga tidak tahu Vita, yang pasti ini bukan hal yang baik." Kata Daffa."Sebaiknya kita pergi dari tempat ini." Kata Ilham."Tadi kamu ingin berbicara apa, Ayuna?" tanya Rafael."Sama seperti Ilham, menurut aku juga kita harus keluar dari tempat ini." Jawabku."Benar aku juga merasakan hal yang sama, ini terlalu banyak keanehan yan
Aku berhenti sesaat dan mereka semua bertanya."Kenapa? Apa kamu lelah?" tanya Rafael."Tidak tapi aku merasa aneh dengan tatapan kakek tua itu. Apa kita berhenti saja dan kembali ke hutan lagi?" tanyaku."Sudah hentikan!" teriak Vita sambil marah."Apa maksud kamu berteriak kepada Ayuna?" tanya Rafael."Aku bosan mendengar kalian semua bertanya hal itu terus. Aku juga tidak memaksa kalian ikut dengan aku." Jawab Vita."Benar, Vita dan aku tidak memaksa kalian bertiga." Kata Daffa."Ayuna hanya ingin kita semua dalam keadaan selamat saja." Kata Ilham."Sudah tidak apa apa, aku memang salah karena banyak bertanya terus. Aku tahu itu pasti mengganggu kalian semua. Maafkan aku." Kataku."Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah." Kata Rafael.Aku berhenti bicara supaya tidak terjadi pertengkaran. Kami semua harus kompak supaya dapat mencari jalan keluar dengan tep
"Kamu benar Ilham, kita tidak boleh menyerah." Kataku."Itu benar." Kata Ilham."Bintang masih bisa terlihat meski tertutup oleh langit. Itu ungkapan yang sangat indah menurut aku." Kataku."Benar, terkadang keindahan bisa berada di depan mata kita." kata Ilham sambil melihat aku.Ilham melihat ke arah aku saat berbicara seperti itu. Aku merasakan sesuatu yang tidak biasa dan aku ingin tersenyum. Mungkin karena Ilham adalah teman yang sangat baik dan dia terkadang bisa menjadi sangat bijak. Meski semua orang melihat dia bukan seperti pria sempurna. Tapi menurut aku dia keren sldnegan cara dia sendiri. Dia pandai dan bijak, terkadang pemikiran kami menjadi sama."Kenapa kamu diam saja, Ayuna?" tanya Ilham."Tidak apa apa, aku hanya berpikir apa kita harus pergi ke kampung Lamuna. Aku tidak tahu kenapa tapi perasaan aku tentang kampung itu sangat buruk. Seperti kampung itu lebih buruk dari pasar setan. Aku tahu ak
Setelah kami menelusuri jalan, kami sampai di sebuah perkampungan yang terasa sangat berbeda. Di sini terasa seperti menakutkan dan juga sangat sepi. Seperti tidak ada tanda kehidupan dan membuat kami terus merasaa aneh. Kami berjalan masuk dan di depan jalan terdapat tulisan di papan kayu yang sudah lama dan tidak kokoh."Selamat datang di Kampung Lamuna." Kata Vita sambil membaca tulisan papan kayu itu."Ternyata ini kampung Lamuna." Kata Daffa."Kenapa jantung aku terus berdebar?" tanyaku."Sama Ayuna, aku juga merasa seperti itu." Jawab Rafael."Mungkin ini hanya karena kita terlalu lelah berjalan dan banyak berpikir." Kata Ilham."Kenapa kamu berpikir seperti itu Ilham?" tanyaku."Kita harus berpikir baik supaya sesuatu yang terjadi kepada kita juga baik." Jawab Ilham."Benar yang dikatakan oleh Ilham, kita harus tenang." Kata Rafael."Baik." Kataku."Ayo
"Banyak sekali makanan di sini." Kata Vita."Tentu saja, ini semua untuk kalian." kata Kuhar."Apa? Kita baru saja saling bertemu dan mengenal satu sama lain, tidak mungkin kamu sudah menyiapkan semua makanan ini untuk kami semua." Kataku."Benar, kita belum pernah bertemu sebelumnya." Kata Rafael."Aku sudah mengetahui akan ada yang bertemu ke rumah jadi aku menyiapkan ini semua." Kata Kuhar."Yang benar saja ini, aneh sekali." Kata Ilham."Benar Ilham ini, memang aneh." Kataku."Kalian terlalu banyak curiga, kita harus memakan ini semua supaya kita tidak mati kelaparan." Kata Daffa."Benar itu." Kata Vita."Tapi aku.." kataku."Kalau kamu tidak ingin, tidak perlu makan saja." Kata Vita."Baik, aku akan percaya dengan kamu dan Daffa." Kataku."Tentu saja, kamu harus percaya kepada kami. Ini memang sudah waktunya untuk kita makan
"Tidak, aku tidak bermaksud apa pun. Maaf jika aku membuat kamu terkejut dan tidak nyaman." Kata Kuhar sambil tersenyum aneh dan menakutkan."Saya permisi ke kamar dulu." Kata Vita."Silahkan." Kata Kuhar.Vita langsung bergegas pergi kemana kamu kami. Di terus berjalan sambil ketakutan. Lalu, Vita bertemu dengan Daffa dan dia sangat terkejut."Ah!" teriak Vita sambil ketakutan."Ada apa, Vita?" tanya Daffa sambil merasa khawatir."Tidak, aku hanya terkejut dan tidak menyangka ada kamu." Kata Vita."Baik kalau begitu, maaf aku membuat kamu terkejut dengan kedatangan aku yang mendadak." Kata Daffa."Baik, kamu ingin ke mana, Daffa?" tanya Vita."Aku ingin ke toilet." Jawab Daffa."Ke toilet?" tanya Vita."Benar, memangnya kenapa?" tanya Daffa."Tidak, aku hanya ingin pergi ke kamar bersama kamu. Kamu tahu aku itu penakut meski tid
Aku dan Vita pergi ke kamar tidur.kami. "Benar yang dikatakan Daffa, kita harus bertahan supaya kita masih bisa makan dan minum." Kata Vita. "Tetap saja aku tidak nyaman berada di sini tapi aku tahu kita harus bertahan." Kataku. "Benar, kamu harus sabar berada di sini. Apa yang dikatakan oleh Daffa itu benar, tidak ada yang namanya hantu. Suara itu mungkin hanya perasaan kamu saja. Itu biasa terjadi ketika kita berada di tempat seperti ini." Kata Vita. "Bukan, aku yakin itu. Suara di tempat lain aku tidak pernah merasa takut seperti ini. Aku juga merasa ada sesuatu yang terjadi dahulu dan kita harus memecahkan masalah di sini. Mungkin saja itu dapat membantu kita keluar dari kampung Lamuna." Kataku. "Masalah? Yang terjadi dahulu? Apa maksud perkataan kamu, Ayuna?" tanya Vita. "Itu dia yang ingin aku cari tahu. Aku merasa pernah ada peristiwa tidak baik di sini." Kataku. "Dari mana kamu tahu?"
Aku mencoba untuk tidur dan melupakan suara tadi. Tapi aku tetap tidak bisa tidur. Aku pergi keluar kamar dan pergi ke luar rumah. Ternyata Rafael dan Ilham berada di luar rumah juga. Mereka sedang berbicara tentang suara yang aku dengar tadi. "Suara yang terdengar oleh Ayuna itu berasal dari mana?" tanya TTL Rafael. "Aku juga tidak tahu suara itu berasal dari mana tapi aku merasa jika suara itu ada hubungannya dengan keanehan kampung Lamuna ini." Jawab Ilham. "Apa maksud perkataan kamu, Ilham?" tanya Rafael. "Bisa jadi di kampung Lamuna ini terdapat sebuah peristiwa yang menyedihkan dahulu dan hantu mulai membalas dendam kepada para penghuni kampung ini. Dengan cara membuat pendatang seperti kita terganggu dan ingin pergi dari kampung ini." Kata Ilham. "Apa alasan hantu itu melakukan semua ini kepada kita? Apa yang telah dilakukan oleh para warga di kampung Lamuna ini? Kenapa kamu merasa seperti itu, Ilham?" tany
Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi
Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia. "Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita. "Lepaskan!" teriak Vita. "Tidak akan!" Kataku. "Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita. "Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku. "Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri. "Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.
Nyai Sri Pergi menuju tempat pintu gaib itu. Akhirnya Nyai Sri sampai di pintu gaib itu dan terus memanggil namamu adiknya. "Yanti!" teriak Nyai Sri sambil terus mencari adiknya. Lalu, mereka berdua bertemu. Seakan tidak percaya bahwa. Ini akan terjadi. Hari yang telah ditunggu oleh mereka berdua. "Kak Sri!" Kata Yani. "Kamu dari mana saja? Kakak telah mencari keberadaan kamu di setiap tempat. Kakak sedih kenapa kamu meninggalkan kakak dan ibu?" tanya Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Aku tidak tahan sedangkan semua perlakuan mereka semua terhadap aku. Aku lelah dan tidak tahu apa salah aku terhadap mereka semua." jawab Yanti sambil meneteskan air mata. "Seharusnya kamu cerita kepada kakak, kakak tidak akan membiarkan kamu dan ibu tersakiti. Meski kakak sendiri juga tersakiti. Kakak juga tidak tahu harus berbuat apa." Kata Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Tidak ada yang datang
Akhirnya kami semu asalkan di perbatasan kampung Lamuna ini. Setelah beberapa hari menelusuri hutan ini. Kami bersembunyi dari tempat perbatasan supaya Cokro Artomojo tidak mengetahui keberadaan kita semua."Jika tahu tempat ini, aku tidak akan berjalan menelusuri hutan yang sangat luas itu sampai merasa kelaparan dan juga kelelahan. Jarak dia ternyata begitu dekat dengan kita semua." Kata Vita."Benar, itu artinya dia selalu berada dekat dengan Nyai Sri." Kata Daffa."Mungkin saja kesalahan dia mengikat dia dengan Nyai Sri. Jadi, tempat mereka berada sangat dekat. Tapi anehnya kenapa Nyai Sri tidak dapat mengetahui keberadaan Cokro Artomojo itu?" tanya Ilham sambil merasa heran."Mungkin saja terlalu sakit untuk memikirkan keberadaan dia. Untuk ingat hal lain juga begitu menyakitkan." Jawabku."Itu benar, lebih baik kita menunggu keberadaan Cokro Artomojo dan kita langsung menangkap dia dengan sangat cepat." Kat
"Bagus itu." Kataku.Kami semua melanjutkan perjalanan dan menelusuri hutan. Tanpa tahu informasi tentang Cokro Artomojo, kami terus mencari dia. Setelah beberapa hari menelusuri hutan tidak menemukan yang bernama Cokro Artomojo. Sulit mencari dia, aku juga belum memimpikan seperti apa dia. Tapi aku tidak boleh menyerah sebab aku tidak memiliki pilihan lain."Bagaimana ini? Kita sudah menelusuri hutan ini tapi tetap belum menemukan Cokro Artomojo itu." Kata Vita sambil kelelahan."Benar ini, jika kita tidak mengetahui apa pun tentang dia. Bagaimana secara kita menemukan dia?" tanya Daffa."Kita harus terus mencari jangan putus asa." Jawab Ilham."Kalian pikir hanya kalian berdua yang merasa lelah? Aku, Ayuna dan Ilham juga merasakan hal yang sama. Tapi kami tidak mengeluh dan terus mencari." Kata Rafael."Itu memang sudah tugas kalian bertiga. Kami itu hanya membantu kalian saja." kata Daffa sambil marah.&
Pada malam hari, kami semua tertidur. Aku mulai bermimpi lagi tentang sebuah tempat yang tak asing bagi aku. Tapi aku masih belum mengetahui tempat apa itu. Tempat itu dihuni oleh seorang pria tua yang entah berasal dari mana dan tidak diketahui siapa dia. Aku terus memperhatikan dia dengan teliti. Aku sangat penasaran siapa dia. Tidak biasanya mimpi aku tidak jelas sama sekali. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam mimpi aku ini. Terasa Sangat berbeda dari Semua mimpi yang aku alami saat berada di kampung Lamuna ini. "Aku tidak boleh tertangkap oleh Nyai Sri atau mereka semua. Nyai Sri pasti menyuruh anak pembawa perdamaian itu untuk mencari aku. Tapi aku tidak bisa pergi dari tempat ini. Tempat ini seolah mengikat jiwa aku untuk tetap berada di tempat ini." Kata pria tua itu. Aku terus melihat wajah dia meski tidak jelas sama sekali. Aku terus memperhatikan dia. Tempat ini sungguh terasa tidak asing bagi aku. Tapi aku tetap tidak dapat mengingat tem
Saat sampai di kampung Lamuna, kami semua langsung bertemu dengan Nyai Sri. Dengan wajah yang terlihat sangat marah dan juga tatapan penuh kebencian. Nyai Sri mendekati Yudi, dan langsung memukul dia sampai Yudi tidak berdaya. Pertarungan yang begitu dahsyat terjadi. Nyai Sri tidak memberi ampun sedikit pun terhadap Yudi. Dengan penuh amarah dan dendam, Nyai Sri langsung tanpa henti menyiksa Yudi. Aku ingin sekali menghentikan pertarungan mereka berdua tapi aku sangat mengerti perasaan yang dialami oleh Nyai Sri. Rasa kesal, malu, sedih dan juga menderita menyatu dalam hati Nyai Sri. Dia sangat marah terhadap Yudi. Aku tidak bisa menghentikan pertarungan mereka berdua. Lalu, Yudi berbicara kepada aku."Ayo bertindak! Kenapa kamu diam saja? Sebagai anak pembawa perdamaian harus menghentikan pertarungan seperti ini. Jangan membiarkan ini terjadi. Dendam dan juga amarah akan semakin membesar dan juga tidak dapat terkendali." kata Yudi sambil berteriak kepada aku.&nbs
Pagi hari datang, aku terbangun dari tidur. Semua teman aku juga sudah bangun tidur."Ayuna, kamu sudah bangun?" tanya Rafael."Sudah." Jawabku."Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham.Aku tersenyum sebab setiap pagi Ilham selalu bertanya hal yang sama. Itu terdengar lucu sekali bagi aku."Kenapa kamu tersenyum? Apa ada yang lucu?" tanya Rafael."Tidak, hanya saja setiap pagi Ilham selalu saja bertanya hal yang sama. Apa aku bermimpi? Dan menang benar, aku bermimpi." Jawabku."Begitu, aku hnya ingin mengetahui saja mimpi kamu." Kata Ilham."Apa isi mimpi kamu, Ayuna?" tanya Daffa."Aku bermimpi tentang gadis kecil yang aku temui kemarin ternyata dia bernama Yanti. Dia adalah adil dari Nyai Sri." Jawabku."Benarkah?" tanya Vita sambil terkejut."Benar sekali, dahulu mereka tinggal bertiga dengan ibunya. Kasihan sekali hidup mereka sudah menjadi
Yudi kembali ke tempat duduk dan berbicara dengan pak Jaka."Bagaimana? Apakah yang dikatakan oleh Ning sih?" tanya pak Jaka."Maaf pak Jaka, acara ini masih belum selesai. Kita harus menunggu sebentar lagi." Jawab Yudi."Baik kalau begitu, saya akan menunggu Sri. Dia sangat cantik sampai saya merelakan waktu saya untuk menunggu dia. Padahal saya masih banyak urusan yang belum diselesaikan malam ini." Kata pak Jaka."Terima kasih, pak Jaka!" Kata Yudi.Akhirnya acara pertunjukan selesai, dan Sri dijebak oleh Ningsih."Sri, ikut aku!" Kata Ningsih."Maaf tapi aku ingin segera pulang. Aku sangat lelah sekali." Kata Nyai Sri."Sudah ikut saja, aku akan mempertemukan kamu dengan ibu kamu." Kata Ningsih."Apa kamu serius?" tanya Nyai Sri."Aku sangat serius, ayo ikut dengan aku!" jawab Ningsih."Baik, aku ilang mengikuti kamu." Kata Nyai Sri.