Saat sampai di kampus, Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan.
"Lalu, Kenapa?" tanyaku.
"Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa.
"Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael.
"Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa.
"Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael.
"Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa.
"Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku.
"Benar juga." Kata Daffa.
Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami.
"Kenapa Vita tidak ada di kelas?" tanyaku.
"Mungkin dia tidak akn masuk." Kata Rafael.
"Kenapa?" tanyaku.
"Aku juga tidak tahu." Kata Rafael.
"Apa kamu tidak tahu alasan Vita tidak masuk ke kampus?" tanya Daffa.
"Benar, mungkin kamu tahu." Kata Rafael.
"Tidak, aku juga tidak tahu." Kata Ilham.
"Nanti juga dia akan mengajari kita semua." Kataku.
"Benar juga, dia akan menghubungi Daffa." Kata Rafael.
"Kenapa dengan kamu ini?" tanya Daffa.
"Apa yang salah dengan ucapan aku? Aku hanya bilang Vita akan menghubungi kamu, Daffa." Kata Rafael.
"Memangnya aku siapa? Kenapa Vita harus menghubungi aku?" tanya Daffa.
"Kalian itu dekat wajar jika aku bilang seperti itu, bukan?" tanya Rafael.
"Terserah kamu saja, aku tidak peduli." Jawab Daffa.
Vita datang dengan berpenampilan yang berbeda. Dia yang bisanya berpenampilan modus dan elegan menjadi sederhana.
"Vita!" Kataku.
"Seperti ada yang berbeda dari dia tapi apa?" tanya Daffa.
"Mungkin saja dia mengubah sesuatu." Kata Rafael.
"Kamu mengubah penampilan, Vita?" tanya Ilham.
"Benar, penampilan dia berubah." Kata Rafael.
"Benar sekali, aku mengubah penampilan menjadi sederhana." Kata Vita.
"Kenapa?" tanya Ilham.
"Karena aku ingin mencoba hal yang beda saja." Jawab Vita.
"Hal yang beda tapi kenapa mendadak seperti ini?" tanya Daffa.
"Tidak apa apa." Jawab Vita.
"Begitu." Kata Daffa.
"Apa kelas belum dimulai?" tanya Vita.
"Belum, Vita." Kata Ilham.
"Kenapa kamu melihat seperti itu?" tanya Vita kepada Ilham.
"Tidak, aku hanya terpukau melihat kamu." Jawab Ilham.
"Aku tahu aku cantik tapi kamu tidak perlu melihat aku seperti itu. Kamu sungguh membuat aku kesal." Kata Vita.
"Kenapa?" tanya Ilham.
"Karena aku tidak menyukai itu." Kata Vita.
"Maaf jika itu membuat kamu tidak suka." Kata Ilham.
Dosen datang dan memuliakan kelasnya. Selesai kelas itu kami makan siang bersama di kantin. Lalu, kami memakan makanan yang sangat enak.
"Ayo kita masuk ke kelas!" Kataku.
"Benar sebentar lagi pelajaran akan dimulai." Kata Rafael.
Kami masuk ke kelas dan mulai belajar.
"Sekian pelajaran dari saya, semoga bermanfaat. Dan sampai bertemu besok pagi. Saya akan memasuki kelas kalian di jam pagi hari. Jadi, kalian harus datang tepat waktu dan jangan sampai terlambat. Kalian tahu saya tidak akan memberi informasi penting jika kalian terlambat." Kata dosen.
Dosen itu pergi dari kelas dan kami semua pulang.
"Vita, aku ingin berbicara sesuatu di sini." Kata Ilham.
"Ada apa?" tanya Vita.
"Apa kamu ingin menjadi kekasih aku? Aku sangat mencintai kamu sejak lama. Dan sekarang aku sudah mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan perasaan aku ini." Kata Ilham.
"Apa? Kamu bercanda, bukan?" tanya Vita dengan sangat terkejut.
"Tidak, aku serius." Jawab Ilham.
"Itu artinya kamu hanya membuat keberanian kamu menjadi hal tidak berguna. Karena ku tidak akan pernah menerima kamu menjadi kekasih aku. Kamu tidak sadar kalau kita ini jauh berbeda. Kita tidak dapat bersama." Kata Vita.
"Tapi kenapa?" tanya Ilham.
"Karena kamu bukan tipe pria yang aku suka. Aku hanya mencintai Daffa bukan pria lain. Jadi, kamu melakukan hal yang tidak berguna karena aku tidak akan pernah menerima kamu." Kata Vita.
Vita pergi dari kampus dan daffa mengatar dia pergi.
"Kita makan dulu saja." Kata Daffa.
"Baik, aku juga sudah sangat lapar." Kata Vita.
"Begitu nanti setelah makan Aku akan mengantar kamu pulang ke rumah." Kata Daffa.
"Kenapa kamu bersikap baik terhadap aku? Biasanya kamu dingin dan tidak peduli terhadap aku." Kata Vita.
"Karena kita teman." kata Daffa sambil bingung menjawab apa.
"Benar juga, kita teman tapi aku berharap lebih terhadap kamu, Daffa." Kata Vita.
"Sudah kamu jangan banyak bicara, kita pergi saja dari sini." kata Daffa.
Lalu, aku dan Rafael menghampiri Ilham dan Rafael berkata sesuatu kepada Ilham.
"Kamu dengar! Cinta tidak harus saling memiliki. Mungkin kebahagian Vita itu tidak bersama kamu. Kamu tahu dia mencintai Daffa. Bukannya aku melarang kamu jatuh cinta tapi kamu sadar mencintai siapa. Vita dan kamu itu senada berbeda sudah pasti dia akn menolak kamu." Kata Rafael.
"Aku sudah berpikir kamu itu bijak tapi akhirnya kamu berbicara seperti itu terhadap Ilham." kataku.
"Bukannya aku jahat tapi dai harus tahu itu tidak mungkin. Dan benar apa yang aku pikirkan Vita pasti menolak dia." Kata Rafael.
"Kamu benar, Rafael." kata Ilham.
"Tentu saja, tapi aku ingin memberi tahu bahwa ketika kamu berani menyatakan perasaan kepada seseorang kamu harus berani untuk mengalami penolakan. Karena tidak setiap kisah cinta berakhir dengan baik. Dan itu akan membuat kamu lebih dewasa dalam bersikap." Kata Rafael.
"Aku tidak menyangka kamu bisa bijak seperti itu. Kamu keren sekali, Rafael. " Kataku.
"Tentu saja, aku ini memang keren kamu tahu itu, bukan?" tanya Rafael.
"Baik, aku akan pergi ke toilet dulu." Kataku.
"Silahkan, aku akan menunggu kamu di sini." kata Rafael.
Aku pergi ke toilet dan Rafael masih berbicara dengan Ilham.
"Apa itu alasan kamu?" tanya Ilham.
"Apa maksud kamu?" tanya Rafael.
"Kamu tidak menyatakan perasan kamu terhadap Ayuna karena kamu belum siap ditolak. Benar, bukan?" tanya Ilham.
"Tidak, seorang Rafael takut dolitolak. Itu tidak mungkin terjadi." Kata Rafael.
Aku kembali dari toilet dan mendengar perkataan Ilham dan Rafael. Ternyata Rafael mencintai aku. Aku menang bodoh karena tidak menyadari apa ayang dia rasakan. Tapi aku tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Rafael atau siapa pun. Aku harus menjelaskan ini kepada Rafael saat kita berdua.
"Aku sudah selesai." Kataku.
"Ayo kita pulang!" Kata Rafael.
"Benar, kita harus pulang bersama." Kata Ilham.
"Baik, aku ikut dengan kalian berdua." Kataku.
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa. "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa. "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita. "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita. "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa. "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita. "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa. "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita.
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael."Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku."Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku."Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael."Tidak perlu." kataku."Harus." kata Rafael."Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku."Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael."Tunggu dulu." kataku."Tunggu apa lagi?" tanya Rafael."Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku."Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut."Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku."Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan."Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku."Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa."Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael."Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham."Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita."Maafkan aku Vita,
Mereka bertiga menghampiri tempat itu. Ternyata itu adalah semacam pasar banyak yang menjual makanan dan minuman. Pembeli juga sangat ramai."Ternyata ini pasar." Kata Rafael."Benar sekali, ayo kita beli makanan." Kata Daffa."Ayo kita beli sekarang!" Kata Ilham.Setelah mereka melihat tas mereka bertiga. Tidak ada uang yang mereka miliki."Apa kamu memiliki uang?" tanya Daffa."Tidak, ini sangat aneh. Aku tidak pernah pergi tanpa membawa uang. Apa aku lupa membawa uang? Yang benar saja ini." Kata Rafael."Bagaimana ini aku juga tidak membawa uang?" tanya Ilham."Apa mereka semua akan memberikan kita makanan?"tanya Daffa."Tentu saja tidak, kamu gila atau bodoh." Kata Rafael."Benar, kita tidak saling kenal. Mereka pasti tidak akan memberikan makanan secara gratis kepada kita." Kata Ilham."Tapi kita tetap harus mencoba karena ini satu satunya car
Mereka terdiam dan tidak menjawab apa pun saat kami tanah tentang apa yang terjadi."Kenapa kalian diam saja? Apa yang terjadi tadi?" tanyaku."Benar, kenapa kalian sangat ketakutan sekali?" tanya Vita."Kita.." Kata Ilham yang terhenti karena Daffa dan Rafael melarang dia."Kenapa kalian melarang Ilham untuk berbicara?" tanyaku."Katakan apa yang terjadi!" Kata Vita."Bagaimana ini? Mereka tidak akan berhenti bertanya jika kita tidak menjawab." Kata Ilham."Baik, mereka tidak akan berhenti. Kita beritahu saja mereka berdua." Kata Daffa."Kalian yakin? Nanti mereka akan ketakutan." kata Rafael."Tidak apa apa, kita akan menjaga mereka. Penjual itu juga tidak dapat mengejar kita ke hutan ini. Jadi kita akan aman di sini." Kata Daffa."Jadi, kami sedang mencari makanan. Dan kami masuk ke pasar setan." kata Rafael."Saat kami memasuki tempat itu. Bany
"Tentu saja, Ayuna itu juga seorang wanita. Apa salahnya jika dia merasa takut?" tanya Rafael."Sudah, aku tidak takut hanya saja aku memiliki perasaan yang tidak enak. Mungkin saja kalian benar." kataku."Tentu saja, kita akan terus berjalan sampai ke ujung jalan arah kanan." Kata Vita."Benar, supaya kita cepat menemukan jalan keluar dari hutan ini." kata Daffa."Baik, aku akan mengikuti kalian semua." Kata Ilham.Aku dan yang lain terus berjalan dan setelah lama berjalan akhirnya kami bisa melihat ujung jalan arah kanan itu. Suasana terasa berbeda dari arah kiri itu. Di pasar setan, kita masih bisa melihat cahaya tapi di sini terasa sangat gelap dan dingin. Jauh lebih buruk dari pada di hutan. Aku merasa perasaan aneh ini menjadi nyata. Tapi aku harus mengikuti mereka semua supaya kami dapat menemukan jalan keluar dari tempat aneh ini. Aku sudah lelah berada di sini. Aku ingin kembali ke tempat aku."Ke
Ketika kami semua memasuki tempat itu suasana langsung berubah yang tadinya hening menjadi banyak suara burung hantu. Burung hantu itu tidak berhenti bersuara seakan ingin memberikan peringatan kepada kami semua. Keanehan semakin terjadi ketika semua hewan berkata merah bermunculan di tempat ini. Aku merasa ini bukan tempat yang baik dan ingin berusaha mengajak semua teman aku untuk keluar dari tempat ini."Teman teman, kita sebaiknya.." kataku yang terhenti karena Vita berbicara."Ada apa ini? Kenapa semua terasa aneh dan menyeramkan di tempat ini?" tanya Vita."Aku juga tidak tahu Vita, yang pasti ini bukan hal yang baik." Kata Daffa."Sebaiknya kita pergi dari tempat ini." Kata Ilham."Tadi kamu ingin berbicara apa, Ayuna?" tanya Rafael."Sama seperti Ilham, menurut aku juga kita harus keluar dari tempat ini." Jawabku."Benar aku juga merasakan hal yang sama, ini terlalu banyak keanehan yan
Aku berhenti sesaat dan mereka semua bertanya."Kenapa? Apa kamu lelah?" tanya Rafael."Tidak tapi aku merasa aneh dengan tatapan kakek tua itu. Apa kita berhenti saja dan kembali ke hutan lagi?" tanyaku."Sudah hentikan!" teriak Vita sambil marah."Apa maksud kamu berteriak kepada Ayuna?" tanya Rafael."Aku bosan mendengar kalian semua bertanya hal itu terus. Aku juga tidak memaksa kalian ikut dengan aku." Jawab Vita."Benar, Vita dan aku tidak memaksa kalian bertiga." Kata Daffa."Ayuna hanya ingin kita semua dalam keadaan selamat saja." Kata Ilham."Sudah tidak apa apa, aku memang salah karena banyak bertanya terus. Aku tahu itu pasti mengganggu kalian semua. Maafkan aku." Kataku."Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah." Kata Rafael.Aku berhenti bicara supaya tidak terjadi pertengkaran. Kami semua harus kompak supaya dapat mencari jalan keluar dengan tep
Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi
Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia. "Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita. "Lepaskan!" teriak Vita. "Tidak akan!" Kataku. "Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita. "Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku. "Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri. "Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.
Nyai Sri Pergi menuju tempat pintu gaib itu. Akhirnya Nyai Sri sampai di pintu gaib itu dan terus memanggil namamu adiknya. "Yanti!" teriak Nyai Sri sambil terus mencari adiknya. Lalu, mereka berdua bertemu. Seakan tidak percaya bahwa. Ini akan terjadi. Hari yang telah ditunggu oleh mereka berdua. "Kak Sri!" Kata Yani. "Kamu dari mana saja? Kakak telah mencari keberadaan kamu di setiap tempat. Kakak sedih kenapa kamu meninggalkan kakak dan ibu?" tanya Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Aku tidak tahan sedangkan semua perlakuan mereka semua terhadap aku. Aku lelah dan tidak tahu apa salah aku terhadap mereka semua." jawab Yanti sambil meneteskan air mata. "Seharusnya kamu cerita kepada kakak, kakak tidak akan membiarkan kamu dan ibu tersakiti. Meski kakak sendiri juga tersakiti. Kakak juga tidak tahu harus berbuat apa." Kata Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Tidak ada yang datang
Akhirnya kami semu asalkan di perbatasan kampung Lamuna ini. Setelah beberapa hari menelusuri hutan ini. Kami bersembunyi dari tempat perbatasan supaya Cokro Artomojo tidak mengetahui keberadaan kita semua."Jika tahu tempat ini, aku tidak akan berjalan menelusuri hutan yang sangat luas itu sampai merasa kelaparan dan juga kelelahan. Jarak dia ternyata begitu dekat dengan kita semua." Kata Vita."Benar, itu artinya dia selalu berada dekat dengan Nyai Sri." Kata Daffa."Mungkin saja kesalahan dia mengikat dia dengan Nyai Sri. Jadi, tempat mereka berada sangat dekat. Tapi anehnya kenapa Nyai Sri tidak dapat mengetahui keberadaan Cokro Artomojo itu?" tanya Ilham sambil merasa heran."Mungkin saja terlalu sakit untuk memikirkan keberadaan dia. Untuk ingat hal lain juga begitu menyakitkan." Jawabku."Itu benar, lebih baik kita menunggu keberadaan Cokro Artomojo dan kita langsung menangkap dia dengan sangat cepat." Kat
"Bagus itu." Kataku.Kami semua melanjutkan perjalanan dan menelusuri hutan. Tanpa tahu informasi tentang Cokro Artomojo, kami terus mencari dia. Setelah beberapa hari menelusuri hutan tidak menemukan yang bernama Cokro Artomojo. Sulit mencari dia, aku juga belum memimpikan seperti apa dia. Tapi aku tidak boleh menyerah sebab aku tidak memiliki pilihan lain."Bagaimana ini? Kita sudah menelusuri hutan ini tapi tetap belum menemukan Cokro Artomojo itu." Kata Vita sambil kelelahan."Benar ini, jika kita tidak mengetahui apa pun tentang dia. Bagaimana secara kita menemukan dia?" tanya Daffa."Kita harus terus mencari jangan putus asa." Jawab Ilham."Kalian pikir hanya kalian berdua yang merasa lelah? Aku, Ayuna dan Ilham juga merasakan hal yang sama. Tapi kami tidak mengeluh dan terus mencari." Kata Rafael."Itu memang sudah tugas kalian bertiga. Kami itu hanya membantu kalian saja." kata Daffa sambil marah.&
Pada malam hari, kami semua tertidur. Aku mulai bermimpi lagi tentang sebuah tempat yang tak asing bagi aku. Tapi aku masih belum mengetahui tempat apa itu. Tempat itu dihuni oleh seorang pria tua yang entah berasal dari mana dan tidak diketahui siapa dia. Aku terus memperhatikan dia dengan teliti. Aku sangat penasaran siapa dia. Tidak biasanya mimpi aku tidak jelas sama sekali. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam mimpi aku ini. Terasa Sangat berbeda dari Semua mimpi yang aku alami saat berada di kampung Lamuna ini. "Aku tidak boleh tertangkap oleh Nyai Sri atau mereka semua. Nyai Sri pasti menyuruh anak pembawa perdamaian itu untuk mencari aku. Tapi aku tidak bisa pergi dari tempat ini. Tempat ini seolah mengikat jiwa aku untuk tetap berada di tempat ini." Kata pria tua itu. Aku terus melihat wajah dia meski tidak jelas sama sekali. Aku terus memperhatikan dia. Tempat ini sungguh terasa tidak asing bagi aku. Tapi aku tetap tidak dapat mengingat tem
Saat sampai di kampung Lamuna, kami semua langsung bertemu dengan Nyai Sri. Dengan wajah yang terlihat sangat marah dan juga tatapan penuh kebencian. Nyai Sri mendekati Yudi, dan langsung memukul dia sampai Yudi tidak berdaya. Pertarungan yang begitu dahsyat terjadi. Nyai Sri tidak memberi ampun sedikit pun terhadap Yudi. Dengan penuh amarah dan dendam, Nyai Sri langsung tanpa henti menyiksa Yudi. Aku ingin sekali menghentikan pertarungan mereka berdua tapi aku sangat mengerti perasaan yang dialami oleh Nyai Sri. Rasa kesal, malu, sedih dan juga menderita menyatu dalam hati Nyai Sri. Dia sangat marah terhadap Yudi. Aku tidak bisa menghentikan pertarungan mereka berdua. Lalu, Yudi berbicara kepada aku."Ayo bertindak! Kenapa kamu diam saja? Sebagai anak pembawa perdamaian harus menghentikan pertarungan seperti ini. Jangan membiarkan ini terjadi. Dendam dan juga amarah akan semakin membesar dan juga tidak dapat terkendali." kata Yudi sambil berteriak kepada aku.&nbs
Pagi hari datang, aku terbangun dari tidur. Semua teman aku juga sudah bangun tidur."Ayuna, kamu sudah bangun?" tanya Rafael."Sudah." Jawabku."Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham.Aku tersenyum sebab setiap pagi Ilham selalu bertanya hal yang sama. Itu terdengar lucu sekali bagi aku."Kenapa kamu tersenyum? Apa ada yang lucu?" tanya Rafael."Tidak, hanya saja setiap pagi Ilham selalu saja bertanya hal yang sama. Apa aku bermimpi? Dan menang benar, aku bermimpi." Jawabku."Begitu, aku hnya ingin mengetahui saja mimpi kamu." Kata Ilham."Apa isi mimpi kamu, Ayuna?" tanya Daffa."Aku bermimpi tentang gadis kecil yang aku temui kemarin ternyata dia bernama Yanti. Dia adalah adil dari Nyai Sri." Jawabku."Benarkah?" tanya Vita sambil terkejut."Benar sekali, dahulu mereka tinggal bertiga dengan ibunya. Kasihan sekali hidup mereka sudah menjadi
Yudi kembali ke tempat duduk dan berbicara dengan pak Jaka."Bagaimana? Apakah yang dikatakan oleh Ning sih?" tanya pak Jaka."Maaf pak Jaka, acara ini masih belum selesai. Kita harus menunggu sebentar lagi." Jawab Yudi."Baik kalau begitu, saya akan menunggu Sri. Dia sangat cantik sampai saya merelakan waktu saya untuk menunggu dia. Padahal saya masih banyak urusan yang belum diselesaikan malam ini." Kata pak Jaka."Terima kasih, pak Jaka!" Kata Yudi.Akhirnya acara pertunjukan selesai, dan Sri dijebak oleh Ningsih."Sri, ikut aku!" Kata Ningsih."Maaf tapi aku ingin segera pulang. Aku sangat lelah sekali." Kata Nyai Sri."Sudah ikut saja, aku akan mempertemukan kamu dengan ibu kamu." Kata Ningsih."Apa kamu serius?" tanya Nyai Sri."Aku sangat serius, ayo ikut dengan aku!" jawab Ningsih."Baik, aku ilang mengikuti kamu." Kata Nyai Sri.