Beranda / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 20 -semakin benci

Share

Chapter 20 -semakin benci

Penulis: Aliannaxsya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"10 menit, cepat bicara!"

Meskipun tidak di sambut dengan baik oleh Savana, Arka tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang di kasih oleh Savana.

"Jenni menjebak ku, sengaja. Dia menyuruh orang untuk mencampuri obat itu dengan minuman yang aku pesan. Begitu kejadiannya, jadi... " Arka menggantung ucapannya, bukannya menyia-nyiakan waktu, tapi ia bingung harus memulainya darimana.

"5 menit lagi." Sargah Savana cepat. Rasanya memuakkan mendengar penjelasan Arka.

"Aku ingin bersama mu lagi, menikah dan menghabiskan seluruh hidup ku dengan mu." Dengan lantang Arka mengucapkan isi hatinya yang sedari tadi bungkam.

Rasanya Savana ingin tertawa dengan penjelasan Arka kali ini, "really? Anda sedang tak bercanda kan?" Sungguh dengan sikap sok keren dengan datang ke apartemennya seperti sekarang ini, sama sekali tidak membuat Savana tersentuh.

Arka menatap sendu Savana, wanita yang dulu selalu bersikap santai kepadanya dan berkeluh kesah kepadanya, sekarang seolah tengah berbicara dengan orang asi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 21 -melarikan diri

    Setelah kepergian Arka, punggung Savana merosot ke bawah, terduduk di lantai yang dingin. Dengan kasar ia menghapus air matanya. Ia benci kepada pria pengecut dan egois. Ia benci pria yang bernama Arka, mungkin itu terjadi sejak hari ini saat pria itu datang ke apartemennya.Meskipun Savana membenci Jenni dan Arka. Tapi tidak dengan anak yang di kandung oleh Jenni, meskipun ia tak ada niatan untuk memiliki seorang anak dalam jangka waktu dekat, tapi jika tuhan memberinya maka ia akan menerimanya. Makanya Savana marah saat Arka membicarakan bayi tak bersalah itu seolah pria itu tak peduli."Argh!! Arka sialan!" ****Dengan tatapan kosong dan sebelah tangan menahan perut bagian bawah, Jenni terus melangkah kan kakinya yang entah mau kemana.Rencananya tidak begini, semuanya terjadi karena dia! pria gila dengan seribu kelicikannya. Jenni seperti boneka yang hanya menjadi pion pria itu. Jenni lelah, ia ingin berhenti dan menjalani hidup seperti biasanya."Hah... maafkan ibu sayang...."

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 22 -Emosi meluap

    Berakhirlah mereka di mobil. Aiden bukan orang yang suka menyimpan dendam, meskipun Savana kekasihnya membenci Jenni, tapi ia yakin jika wanita itu melihat Jenni berjalan sendirian tengah malam begini, sebenci apapun kekasihnya itu pasti akan membantu.Terlebih Jenni tengah mengandung.Aiden menoleh ke samping kursi penumpang, "kenapa tidak pulang? Ini sudah malam, tidak baik untuk perempuan hamil." Jenni hanya diam tak bergeming, kepalanya penuh dengan per- andai-andaian. Sebenarnya Aiden tak ingin ikut campur, tapi melihat kondisi wanita di sampingnya ini tak memungkinkan, ia akan sedikit ikut campur untuk membantu wanita di sampingnya.Tadinya Aiden akan mengantarkan Jenni ke hotel terdekat saja, tapi melihat kondisinya, ia urungkan.Wanita kedua yang masuk ke dalam apartemennya adalah Jenni. Bahkan Lea yang notabenenya kakak kandungnya, belum pernah memasuki apartemennya."Aku akan menelfon teman ku untuk menemani mu malam ini." Jenni menoleh ke arahnya. Aiden menatap lurus ke a

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 23 -tidak bisa

    "Nyamuk! Nyamuk!" Sindiri Ben, dengan tangan yang seolah menangkap nyamuk.Savana sama sekali tak bergeming dari posisinya. Memeluk erat lengan Aiden dengan kepala bersandar di bahunya. Jenni duduk di sofa single, sedangkan Ben duduk di samping Savana, di sofa yang menampung 3 orang."Apa rencana mu?" Tanya Aiden, setelah temannya memeriksa Jenni, ternyata kondisi wanita hamil itu buruk. Di tambah cerita Savana perihal kedatangan Arka tadi pagi.Dan tentang keputusan untuk membantu, Savana lah yang menyuruhnya, bahkan tanpa berfikir lama. Aiden juga pasti membantu mau Savana melarang sekalipun, tapi tentu di fikirkan dahulu."Mengganggu saja bisanya." Savana melirik Ben yang terus menyindir Jenni. Entah sejak kapan temannya itu berubah seperti ibu-ibu rempong."Cepat jawab!" Seru Savana, ia menatap tajam mata terang milik Jenni.Tanpa mereka ketahui, di bawah meja tangan Jenni saling meremas. Meskipun raut wajahnya biasa saja, bahkan tatapannya, tapi di dalam lubuk hati yang paling da

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 24 -masalau yang kelam

    8 tahun yang lalu~"Cukup Savana saja! Aku tak ingin memiliki seorang anak lagi!!" Teriak seorang wanita paruh baya yang terlihat masih muda menggelegar di seluruh penjuru ruangan.Perempuan itu Renata Yudistira, Renata menjatuhkan tubuhnya kasar ke arah sofa di belakangnya. Ia menatap suaminya tajam.Delio beranjak ke dekat sang istri. Ia berlutut di depan Renata, meremas kuat kedua tangan sang istri, menatap dengan penuh permohonan."Hanya dengan ini ayah ku memberikan perusahaannya untuk ku, untuk keluarga kita. Kau juga Savana. Aku tak ingin kalian hidup susah seperti ini, aku tak ingin kau klelelahan bekerja sekaligus mengurus Savana dan juga aku. Aku ingin yang terbaik untuk keluarga kita." Seru Delio dengan suara parau.Renata menatap Delio tak percaya, "hanya itu alasan mu? Bukannya kita sudah setuju untuk masalah kerja kita tanggung bersama, dan Savana pun mengerti pekerjaan orang tuanya, dan untuk masalah ekonomi. Kita sama sekali tidak kekurangan, semua kebutuhan kita tercu

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 25 -alasan kali ini

    "Ayolah... kau putrinya! Ayah mu sedang sakit, jelas kau harus menjenguknya!" Savana tak mengidahkan suara cempreng sepupunya. Ia terus fokus terhadap monitor di depannya.Tok! Tok! Tok!"Masuk!" Seorang karyawan masuk dengan setumpuk dokumen di tangannya. Savana menurunkan kacamatanya sedikit, "apa ada masalah?" Karyawan itu mengangguk kecil, "hanya beberapa ketidak cocokkan bahan bu. Dan ini sudah di perbaiki oleh tim kami, tolong di periksa lagi." Jelas karyawan itu dengan rinci.Megan yang melihat kesibukan Savana mendengus kesal, setelah karyawan itu meninggalkan ruangan, Megan kembali menghadap Savana. Kali ini bukan iming-iming yang di tawarkan pamannya. Ia pure membantu pamannya yang sedang sakit dan ingin di jenguk oleh putrinya."Kau tidak merindukan ayah mu kah?" Tangan Savana terhenti saat akan mengambil dokumen di mejanya.Sepupunya itu terlalu mengganggu dan sok tau, "bisa diam tidak? Ini jam kerja ku, dan aku tak ingin di ganggu." Ucap Savana dingin dan penuh penekana

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 26 -putus dengan Aiden

    Siang ini Savana berniat mengunjungi kantor sang kekasih, ingin memberi kejutan atas kepulangannya dari Paris hari ini. Ia juga sengaja tidak membalas pesannya sejak kemarin."Kosongkan jadwal ku Ben!" Ben memandang Savana sinis, "Ch, kemana perginya ke- profesionalan mu saat bekerja heh? Demi kekasih yang sudah lama kau rindukan, rela lembur depan monitor." Sindir Ben.Savana memutar bola matanya malas, ia menunjukan arlojinya tepat di wajah Ben, "sekarang waktunya makan siang! Dan setahu ku, hari ini tidak ada janji penting!" Bela Savana, kalian ingat bukan Savana paling tidak suka di rendahkan, apalagi masalah pekerjaan."Baiklah, CEO Val's Corp yang terhormat. Aku percaya pada mu." Ucap Ben dengan nada bercanda."Eh... kau tau Clarissa tidak?" Tanya Ben dengan wajah penasaran, ia sudah dari tadi ingin menanyakan hal itu, tapi ia tahan karena masih jam kerja.Savana langsung menggeleng. Mendengar namanya saja sangat asing di telinganya.Ben langsung memutar kursi kerjanya menghada

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 27 -Menyerah

    Tidak ada kata maaf atau penjelasan panjang, kini Savana sudah berada di apartement milik Jenni. "Kau pindah apartement?" Tanya Savana sedikit kaget. Saat pertama kali masuk ke dalam apartement Jenni yang sekarang ia di buat culture shock oleh perebuhan kebiasaan Jenni.Salah satunya tempat tinggal. Ia ingat betul Jenni tidak bisa berada di teman yang sempit dan juga keramaian. Dan sekarang... kebalikannya. Gedung apartemen yang hanya 10 lantai, di tambah betapa kecilnya space apartemen itu.Dengan segelas air putih di tangannya, Jenni menghampiri Savana, "sekarang aku misikin, dan semua tabungan ku, tersisa tinggal satu. Dan itu untuk biayaya hidup putri kecil ku." Jenni tersenyum kecil sembari mengusap perut buncitnya.Sungguh, Savana sangat terkejut mendengarnya. "Kau tidak meminta tanggung jawab Arka?" Savana sedikit menikkan suaranya, kembali terbawa emosi.Jenni mendekat dan duduk di sebelahnya, mengusap pelan bahu Savana, "kau tau, selama ini aku menahan untuk bicara santai be

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 28 -Duka lara

    Savana berjalan lunglai menuju ruang jenazah, sulit untuk menerima kenyataan. Bahkan mereka belum bertemu dan berbaikan. Dan sekarang... Savana menghampirinya, dan semuanya... sudah terlambat."Keluarga pasien?" Savana menoleh ke sumber suara. Seorang suster yang akan membawa jenazah ayahnya."Tu-tunggu dulu." Untuk mengeluarkan suara saja rasanya sulit sekali, "s-saya putrinya..." Savana menunduk dalam-dalam, apakah ia pantas mengatakan itu.Suster tersebut mengangguk mengerti, lalu suster itu pergi dari ruangan ayahnya memberikan privasi untuknya. Dengan tangan gemetar Savana mengangkat tangannya untuk membuka kain putih yang menutupi seluruh badan ayahnya. "Hiks... maafkan aku ayah..." kaki Savana lemas hingga membuatnya berlutut dengan tangan menggenggam tangan ayahnya. Ia tak berani untuk membuka kain tersebut."Maaf... maaf... karena keras kepala ku, kau begini... bahkan... di saat kau membutuhkan ku, aku tak ada di samping mu!! Maafkan aku ayah... ku mohon jangan pergi dulu!!

Bab terbaru

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 54- rumor Ben

    Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 53 -Pulang

    Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 52 -Pemilik K' Entertaiment

    "Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava

DMCA.com Protection Status