Wirma tiba di Jakarta, sebelumnya ia memang sempat memberi kabar pada Tian juga Ardan jika akan singgah sejenak setelah usai pekerjaannya.
"Ayah, lama nggak nunggunya?" tanya Tian dengan begitu manja serta tawa riangnya.
"Tidak cukup lama, hanya membuat rambut ayah semakin memutih saja." candanya.
Tian pun tertawa, ia merangkul lengan Wirma masuk ke dalam rumah. Namun Tian tak menyadari jika sejak tadi Sarah terus memperhatikannya, karena jarak yang kurang jelas membuat Sarah tak bisa mengenali Wirma saat itu.
Dengan seringai liciknya Sarah pergi meninggalkan rumah Tian, namun ketika mobilnya berjalan keluar mobil Ardan justru berjalan masuk hingga keduanya tak sempat berpapasan.
"Astaga, suami pulang bukannya di sambut malah asyik di sini."
Ardan masuk dan melihat istrinya sedang tertawa riang bersama ayahnya, ia pun dengan sengaja ingin menggoda Tian dengan
Malam semakin larut, Tian serta Ardan juga sudah terbuai dengan mimpi indahnya. Namun di tengah dinginnya malam itu, dua pasang mata tengah tengah mengintai rumah Tian."Ini rumahnya?""Ya.""Lalu apa tugas gue?"Sarah terdiam, ia sejenak memikirkan ulang rencana yang sudah siap di depan matanya. Ada rasa ragu yang tiba-tiba menyergapnya, entah kenapa ia merasa ragu ingin melakukan rencananya dengan Nick."Jangan bilang sekarang loe ragu sama rencana loe sendiri? Come on sayang, dia udah nyakitin loe jadi wajar dapat hukuman kecil.""Loe bener juga, dia memang pantas mendapatkan hukuman itu. Toh itu juga profesinya kan?"Nick menyeringai, tak menyangka tugas yang di berikan Sarah begitu mudah dan menguntungkannya. Bagi Nick ini adalah tugas paling menyenangka, selain bisa mendapatkan uang dengan cepat ia juga bisa bersenang-senang tanpa biaya."Bagus, lalu kapan kita mulai rencananya? Apa malam ini juga?""Jangan g
Beno datang bersama Ardan menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan Arnold, Rosalia sebenarnya ingin jika Tian ikut serta bersama suaminya namun ia tak bisa memaksa sebab jadwal kuliah Tian yang padat."Senang bekerja sama dengan tuan Arnold," seru Ardan seraya berjabat tangan dengan Arnold."Tentu, saya harap ini akan menjadi pembuka jalan untuk bisnis kita yang lainnya."Semua orang saling bersulang merayakan keberhasilan kerja sama ini, nampak begitu banyak wajah bahagia serta tawa menghiasi siang ini."Andai Tian ada disini pasti dia akan bahagia sama seperti mereka," batinnya.Beno mendekati Ardan, ia menepuk bahu Ardan hingga membuatnya terkejut. "Nanti juga pulang ketemu, kangennya di tahan dulu." godanya.Benar, Ardan begitu merindukan istri kecilnya itu sangat-sangat merindukannya. Arnold dapat melihat itu dengan jelas di wajah Ardan, membuat hatinya menghangat dengan fakta itu.Di tengah perjamuan it
Ardan yang penasaran mendatangi tempat yang ada di foto kiriman Wira, sesampainya di sana ia di sambut Wira yang kebetulan akan keluar dari tempat latihan."Ar, kok loe kesini sih?" tanyanya."Emang kenapa, kan tunangan gue ada disini juga.""Aduh mampus gue," batinnya ketika melihat Ardan masuk meninggalkannya.Ardan berjalan masuk dan mulai mencari keberbagai sudut ruangan, matanya terus mengedar mencari sosok yang di kenalnya."Ar balik aja yuk, kita kumpul sama anak-anak." ajak Wira yang tak enak hati dengan temannya."Di mana Tian, kasih tahu gue di mana tempatnya."Rasanya sudah tak bisa lagi melindungi Tian, Wira dengan terpaksa menunjukkan di mana Tian berlatih dengan pelatihnya.Dan benar saja, dengan matany sendiri kini Ardan menyaksikan istrinya tengah bergelut dengan senapan berbahaya di tangannya. Mark yang saat itu hanya berdiri di belakang terkejut dengan kehadiran Ardan, ia segera memberi salam dengan nada
Pertengkaran di rumah itu membuat Lecy begitu sakit hati dengan oma nya, semua kata-kata kasar bahkan hinaan Larasati lontarkan hanya untuk meluapkan amarahnya pada Lecy yang juga cucu kandungnya.Cara Larasati membeda-bedakannya dengan Ardan sudah sangat menyakitinya, kini harus kembali di tambah dengan kenyataan jika sebenarnya Larasati tak pernah mengakui Lecy sebagai cucunya."Ibu benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya berfikiran begitu. Lecy anak kandung Wirma, dia juga cucu Ibu.""Tidak bisa, aku hanya mengakui cucu yang berbakat seperti Ardan bukannya pecundang seperti Lecy itu."Cukup ibu hina anak saya," tangis Dewi pecah mendengar hinaan demi hinaan Larasati lontarkan pada putrinya."Bahkan saya juga tidak pernah berfikir untuk mengakui anda sebagai keluarga saya, saya masih punya sopan santun masa berkenalan dengan orang tanpa etika." seru Lecy."Lihatlah mulut pedas putrimu itu, begitu menjijikkan sama seperti anak teman kalian ya
Siang hari Tian terbangun dari tidurnya, ia merasa begitu lemah dengan sekujur tubuh terasa sakit semua. Mencoba bersandar di kepala ranjang Tian kembali menatap sisi kosong di sebelahnya."Kak Ardan," lirih tangisnya.Tian benar-benar merindukan suaminya, baru semalam mereka berpisah namun rasa rindu Tian sudah tak mampu di bendungnya. Ia terus menangis menatap kosong sisi ranjang tempat Ardan biasa tertidur.Dering ponsel membuat Tian menghentikan tangisannya, ia sangat berharap jika itu adalah panggilan dari suami yang tengah di rindukannya."Huft, ternyata bukan." lirihnya penuh rasa kecewa.Mark menghubungi Tian, ini seharusnya menjadi jadwal Tian kembali melakukan pelatihan menembaknya namun sudah satu jam Mark menunggu nona mudanya itu tak kunjung datang."Baiklah nona, semoga anda segera pulih." serunya sebelum memutus sambungannya.Mark segera membereskan semua peralatan Tian, memasukkannya kembali ke dalam tas yang sudah ter
Wira terlihat begitu antusias memperlihatkan desain baju yang akan digunakannya saat wisuda, Bayu juga Nico tak kalah antusias hingga ikut menyombongkan baju desain terbaik keduanya.Ambar hanya bisa tertawa melihat ketiga temannya yang tengah meributkan siapa yang keren di antara ketinganya, namun pandangan matanya kini menatap Ardan yang hanya diam dengan lamunannya."Loe kenapa Ar? Ada masalah?" tanya Ambar yang mendekat.Ardan menggelengkan kepalanya, ia kembali menenggak kopi di tangannya. Entah mengapa bayangan Tian sedang menangis membuat hatinya merasa tak tenang. Bayangan itu terasa begitu nyata hingga suara tangis itu jelas di telinganya."Loe lagi ada masalah ya, cerita lah sama kita siapa tahu bisa bantu." sahut Nico yang ikut bergabung dengan semuanya.Ardan menegakkan tubuhnya, ia menatap satu persatu temannya yang kini tengah menatapnya. Ia kembali menggelengkan kepala dan menenggak habis minumannya."Gue balik duluan ya, kali
Darah Ardan mendidih melihat kondisi istrinya saat ini, penuh darah di bawah kungkungan laki-laki lain membuat jiwa monster dalam dirinya bangkit saat itu juga.Nick begitu terkejut dengan kedatangan beberapa orang, ia yang masih terdiam di atas tubuh Tian di dorong dengan kasar hingga tubuhnya terlempar."Nona bangun nona, " panik Beno melihat keadaan nona mudanya.Lecy begitu syok ketika melihat kondisi Tian saat ini, baju penuh darah dengan robekan di beberapa bagian begitu jelas terlihat di matanya.Tian yang melihat kedatangan suaminya merasa lega hingga ia menutup matanya, Arga masih mematung menatap istrinya yang sudah tak sadarkan diri. Namun kini kilatan mata itu menatap tajam Nick yang berada tak jauh dari tempat istrinya."Laki-laki brengsek!"Ardan melangkah dan menghajar Nick dengan membabi buta, Nick tak mampu mengimbangi kekuatan Ardan hingga ia harus pasrah dengan bogeman demi bogeman di terimanya. Wajahnya sudah tak la
Sudah satu minggu Tian di rawat di rumah sakit, acara wisuda Ardan juga sudah semakin dekat dengan waktunya. Hubungan yang semula renggang kini perlahan kembali erat kembali, Ardan semakin protektif pada Tian setelah kejadian kemarin."Makan dulu ini.""Nggak mau, nggak enak Kak.""Katanya mau pulang, kenapa susah banget makannya."Tiba-tiba Tian bangkit dari tidurnya, membuat Ardan terkejut hingga hampir menjatuhkan mangkuknya. "Astaga sayang, bisa tidak hati-hati.""Kak, bukannya minggu depan kakak wisuda ya?""Hm.""Kalau gitu aku mau keluar hari ini juga."Ini adalah kesekian kalinya Tian membahas hal yang sama setelah keduanya berbaikan, rasanya lelah Ardan terus mengulang kata-katanya. Kali ini Ardan hanya diam dengan sesekali menggerakkan tangan maupun kepalanya.Lecy sudah kembali tiga hari yang lalu, Ardan yang sudah mengetahui masalah adik juga oma nya berjanji akan segera membereskannya. Hal itu me
Han segera masuk setelah mendapat instruksi dari tuan nya, dengan beberapa anak buahnya ia menerobos masuk begitu saja.Niken tak bergeming dengan kedatangan Han, ia menatap santai beberapa orang yang kini ada di depan matanya.Ve terluka lengan nya akibat sabetan pisau, ia merintih menahan perih dengan darah yang terus mengalir.Axel melangkah semakin maju, mengikis jarak antara dirinya juga Niken. Tak ada perlawanan apapun dari wanita itu pada awal nya.Namun saat Axel berusaha membawanya keluar, tiba-tiba Niken berbalik dan menyerang Ardan dengan pisau yang ada di balik baju nya."Awas," seru Han.Dengan cepat Han mendorong tubuh Ardan hingga tak sampai terkena pisaunya.Niken meronta, ia histeris karena gagal melakukan rencanannya. Gagal sudah semua yang sudah ia rencanakan sebelumnya. I
Ve berlari ke sudut ruangan, ia benar-benar takut dengan Niken yang semakin menggila itu. Rasa penyesalan kini tengah menggerogoti hatinya perlahan.Ingin sekali Ve kabur saat itu juga, namun kakinya begitu lemah dengan apa yang terjadi di depan matanya."Lo bebas mau ngapain aja, please biarin gue pergi dari gudang busuk ini."Niken menatap tajam Ve yang adalah kaki tangan nya itu, ia merasa geram dengan semua yang wanita itu serukan sedari tadi."Bisa diam nggak, atau lo mau nasih lo sama seperti dia." tunjuknya pada Cyra ynag sudah benar-benar tak berdaya.Niken kembali mengarahkan matanya pada Cyra, menatap penuh kemenangan pada gadis yang bersimbah darah di bawahnya."Hari ini lo bakal mati, hari ini adalah hari terakhir lo melihat dunia yang hitam ini.""Hhhahhahaaaaaaaaaaaaaa.."
Di kantor, Arvan masih tak habis pikir dengan sikap istri kecilnya itu. Tiba-tiba datang seolah tak ada apa-apa, namun tiba-tiba pergi begitu saja.Ia pun memanggil Han ke dalam ruangannya."Bagaimana semuanya?""Semua sudah saya bereskan, Tuan. Semua perjanjian kerja sama kita juga sudah selesai tanpa pinalti sepeserpun."Arvan tersenyum miring, ia kembali mengingat rencananya bersama Han tentang client barunya itu. Awal nya ia berniat bermain-main terlebih dahulu, namun karena rasa cemburu dan keputusan istrinya itu membuat Arvan segera memutuskan semua kerja sama mereka."Lalu bagaimana tanggapan pihak mereka? Terutama perusahaan nya.""Tan Haxel mengatakan akan mendatangi anda sendiri untuk menyampaikan semua permintaan maaf dari mereka. Beliau juga meminta untuk tidak menghapus atau mengecualikan perusahaan mereka dari k
Cyra menatap berang perempuan yang duduk bersebelahan dengan suamimya itu, terlebih suaminya itu hanya diam tak menanggapi diri nya. Membuat Cyra mau tak mau meninggalkan meja itu dan kembali ke meja nya sendiri."Udah dong, mungkin clienrt nya itu." ucap Gabriel mencoba menenangkan adiknya itu.Namun apa yang di lakukan Gabriel malah semakin menyulut panas di hari Cyra. Ia masih tak hentinya memberi tatapan tajam pada Arvan yang duduk tak jauh dari tempatnya.***Malam semakin larut, namun sepasang suami istri itu masih betah saling diam dan mengabaikan.Arvan masih kesal dengan istrinya lantaran berani menyentuh laki-laki lain di depan matanya. Sedang Cyra merasa kesal lantaran suaminya itu lebih memilih wanita jadi-jadian nya itu.Tidur saling memunggungi membuat Cyra tak bisa meme
Hari ini Arvan mengajak serta Yomi untuk mengikuti rapat tentang kerja sama keduanya nanti. Sebuah layar plasma menunjukkan kerangka bangunan dari model apartemen garapan keduanya.Yomi nampak kagum dengan desain juga kejelasan kerangka bangunan yang di tampilkan oleh pihak Arvan, ia tak pernah menyangka jika semua akan di persiapkan dengan sangat matang."Bagaimana ibu Yomi, apa ada yang ingin anda sampaikan setelah presentasi team saya?" tanya Arvan.Yomi masih terdiam, matanya menatap pada gambar tiga dimensi bangunan apartemen itu."Sempurna."Satu kata yang lolos begitu saja dari bibir manisnya, entah karena kekaguman nya atau bahkan memang di lebih-lebihkan nya."Mungkin ada yang ingin anda koreksi, jadi team saya bisa sekalian kerjanya.""Tidak, untuk sementara ini sudah lebih
Dokter Lita tak henti-hentinya mentertawakan panggilan sayang Cyra untuk suami baru nya itu."HHhahhahahha, aduh sakit perut gue.""Gue tembak sampai mati loe kalau masih ketawa," teriak Arvan dari dalam ruangan nya.Sedang Cyra, gadis itu hanya duduk sembari memainkan ponselnya. Eh, lupa udah nggak gadis lagi (hheheh :D)"Siap abang siomay," ledek Lita hingga tawanya kembali meledak."Udak kali kak ketawanya, nggak kering tuh gigi emang nya?""Ya habis kamu lucu banget sih."Cyra hanya mengangkat bahu nya acuh, ia kemudian berjalan menuju meja makan. Mengecek menu untuk mereka makan malam.Namun sesampainya disana ternyata para pelayan sudah hampir selesai menghidangkan semuanya."Yah, padahal mau bantuin. Kok udah selesai sih?"
Ve terus berjalan mencari keberadaan Niken saat ini, sesuai dengan janji mereka harus nya bertemu dan membicarakan tentang rencana keduanya."Kemana wanita itu?" Ve di buat celingukan mencari keberadaan Niken.Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar, satu pesan masuk ke dalam ponsel pintarnya itu._Temui aku di taman belakang kampus, pastikan nggak ada yang ikut dan tahu soal ini_Begitulah pesan yang ia terima dari Niken."Sok misterius banget jadi orang," gerutunya namun tetap berjalan menghampirinya.Niken tengah duduk bersantai di bawah sebuah pohon sembari menghisap sepuntung rokoknya. Kepulan asap memenuhi udara di sekitarnya, namun sama sekali tak mengganggu pernafasan nya."Apa rencana loe?" tanya Ve yang tak ingin berbasa-basi."Duduklah, jangan jadi tak
Acara dilanjutkan dengan makan-makan, semua orang nampak berbaur bersama sembari menikmati hidangan yang di sediakan.Arvan sedang duduk bersama dengan istrinya, juga dengan keluarga yang lainnya."Permisi nona," sapa salah satu pelayan yang menghampiri Cyra."Ya?""Pesanan anda sudah siap semuanya, sekarang ada di halaman depan."Cyra tersenyum mendengarnya, ia langsung menyincing gaun kebaya nya dan melangkah meninggalkan mejanya."Mau kemana tu anak?" selorok Sandrina.Arvan tak bertanya, ia lebih ke mengikuti istrinya kemanapun ia melangkah."Berapa total nya?""Ada tiga puluh mobil truck, sesuai dengan pesanan anda."Arvan tak banyak komentar, ia hanya terdiam menatap banyakny foodtruck yang terparkir di halaman mertuanya itu."Sayang, apa ini?"
Cyra tak henti-hentinya merasa kesal dengan calon suaminya itu. Ingin sekali rasanya ia menarik paksa Arvan tadi di atas mimbar saat sedang berbicara."Bener-bener ya tu si om, pengen banget gue kandangin." kesalnya.Cyra yang sedang kesal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia melaju menuju ke arah perusahaan orang tuanya.Kedatangan Cyra di sambut dengan hangat oleh para karyawan, banyak yang menunduk hormat ketika berpapasan dengan Cyra.Menjadi anak pengusaha ternama tak membuat Cyra menjadi besar kepala juga congkak hatinya, justru ia selalu bersikap rendah hati hingga banyak orang yang menyukainya."Pagi nona Cyra," sapa Syerli sekretaris Ardan."Pagi kak. Apa daddy ku ada di ruangan nya?""Beliau ada di ruangan tuan Axel.""Baiklah, terima kasih infonya kak."