Kini semua orang duduk bersama, menatap pada satu arah yang sama yaitu Sandrina.
Sandrina sendiri tertunduk di hadapkan pada seluruh keluarga nya, ada rasa malu juga tak enak hati dalam situasinya saat ini.
"Ada apa sih ini? Kenapa kita semua di kumpul disini?" tanya Gabriel yang masih tak tahu apa-apa.
Sarah menyenggol lengan putrinya, ia ingin putrinya itu segera meminta maaf pada semuanya atas semua kekacauan yang telah di buat nya.
Dengan memberanikan diri, perlahan ia mengangkat kepalanya. Menatap satu persatu dari anggota keluarganya.
"Maaf," cicitnya.
Axel menghela nafasnya, ia tahu jika Sandrina melakukan itu karena cemas dengan keadaan Cyra adiknya namun itu juga tidak bisa membenarkan semua tindakan nya.
"Karena semua keluarga ada disini pagi ini, sekalian saja aku ingin menyampaikan sesuatu." ucap Axel.
&nb
Dengan begitu hati-hati dokter Lita membersihkan luka yang ada di telapak tangan Cyra. Sembari meringis menahan perih lukanya, Cyra juga hanya bisa menahan jeritan nya.Ia tak ingin jika ada orang lain yang tahu jika ia kini sedang kesakitan."Jangan di tahan, lepasin aja." ucap dokter Lita yang seakan tahu kondisi Cyra saat ini.Cyra menghela nafasnya, membuat dokter Lita mengalihkan tatapan mata nya."Ada apa? Kenapa menghela nafas begitu?" kembali fokus pada luka nya."Maaf ya dokter Lita," tertunduk penuh sesal."Kenapa minta maaf?""Gara-gara aku sok bisa jadi jatuh deh, terus nanti pasti dokter kena omel om Arvan."Lita sempat tersenyum, ia tak pernah takut sebenarnya menghadapi Arvan yang begitu posesif pada Cyra. Ia hanya merasa bersalah karena tak bisa menjaga Cyra yang jelas-jelas ada di depan mata nya.
Axel masih terus memikirkan tentang kejadian sore tadi di kampung tempat mommy nya meminta berhenti.Ia masih merasa ada yang ganjal dengan kampung tersebut."Apa yang mengganggu mu kali ini, Bang?""Daddy, kenapa belum tidur?"Ardan duduk di sebelah putra nya, mengambil secangkir kopi yang ada di meja kemudian menyesap nya."Mommy mu mengusir daddy dari dalam kamar."Axel pun terkejut dan menatap daddy nya dengan penuh tanya. Sedang Ardan sendiri menghela nafas memikirkan sang istri yang tak ingin berdekatan dengan nya."Daddy sama sekali tidak berbuat salah, Bang. Mommy mu saja yang aneh sekali.""Lalu alasan apa sampai daddy di usir?""Kata mommy mu daddy bau sekali, padahal daddy ini baru selesai mandi. Coba kamu cium." mengarahkan tubuhnya pada sang putra."Bau?"
Apo yang di sampaikan Han barusan membuat emosi nya memuncak tiba-tiba, bagaimana bisa wanita tak tahu diri itu masuk ke dalam rumah nya."Brengsek!""Kalau memang kalian sibuk, biarkan saja saya yang merawat Cyra sendiri. Kalian tidak perlu memanggil calon istri tuan muda itu datang kesini.""Apa yang kamu katakan itu, siapa juga yang mengundangnya datang." begitu tak terima.Lita tak lagi memperdulikan hal itu, kini ia fokus pada kaki Cyra yang harus segera di obatinya.Cyra sendiri masih sangat kesal dengan kedatangan wanita itu hingga sekarang berani membuatnya menahan kesakitan. Ia ingin sekali maju dan menghajarnya, namun mengingat siapa wanita itu membuat dirinya mengurungkan niat nya."Dimana dia sekarang, Han?""Mungkin ada di bawah, Tuan. Saya juga tidak tahu pastinya."Arvan pun meninggalkan kamar dengan wa
Axel tiba lebih dulu sebelum Juna, ia segera masuk ke dalam ruangan nya dan membuka laptop kerjanya.Namun ingatannya terus berputar pada ucapan Mommy nya pagi ini.Dengan ragu ia kembali membuka laci yang ada di meja nya, mengambil sebuah bingkai foto yang sudah lama di sembunyikan itu.Ia menatap kosong gambar dirinya dengan seorang perempuan disana, tatapan yang tak bisa di artikan.Axel kembali mengingat masa kelam nya itu, masa dimana ia benar-benar terpuruk hingga menjadi begitu tertutup.Ia memang tak benar-benar mencintai mantan tunangan nya itu, namun pengkhianatan yang di lakukan nya itu benar-benar melukai dirinya.Terlebih ia terluka karena kedua orang tuanya harus menahan malu akibat gagalnya pernikahan putra nya. Karena kejadian itu pun Tian harus di larikan ke rumah sakit akibat syok yang di alaminya, hingga wanita yang teramat penting ba
Cyra yang merasa lelah tanpa sengaja tertidur dalam pelukan Arvan, melihat hal itu membuat Arvan begitu berbunga-bunga.Dengan perlahan ia membawa tubuh gadisnya itu, meletakkan dengan begitu hati-hati di atas ranjang king size miliknya. Tak lupa ia juga menyelimutinya dan memastikan jika Cyra akan benar-benar aman tanpa dirinya.Arvan keluar dari dalam kamar, ia melihat masih ada Han yang duduk di sofa dengan laptop di pangkuan nya."Dimana dia?"Mendengar suara bariton tuan nya membuat Han segera bangkit dari duduknya."Di ruangan biasanya, Tuan."Tanpa berkata apapun Arvan segera melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Sela di sembunyikan.Sesampainya di ruang bawah tanah itu, Arvan di sambut oleh tiga orang pengawalnya."Dimana dia?""Ada di dalam, di ruangan yang biasa kita gunakan un
Gabriel begitu terkejut mendengar teriakan yang cukup nyaring dari tempat nya saat ini berada, dengan segera ia pun berlari mencari sumber dari suara tersebut.Niken terduduk di atas jalan dengan pandangan kosongnya, nyaris saja nyawanya melayang jika saja mobil yang ada di depan nya itu tak bisa menginjak rem nya."Anda baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki padanya.Niken tak menyahutinya, ia hanya terdiam menatap laki-laki muda yang kini mengulurkan tangan padanya.Dengan kasarnya ia menepis tangan itu, berusaha bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya."Lain kali pakai mata kalau bawa mobil, ini bukan jalanan milik keluargamu saja." sewotnya, sedang laki-laki itu hanya terdiam mengerutkan dahinya.Setelah mengatakan itu, Niken pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat nya saat ini. Ia yakin jika suara teriakan nya pasti akan mengundang orang
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, hari di mana Cyra akan kembali lagi bersama dengan keluarganya.Axel sudah sibuk membersihkan kamar adiknya sendiri, ia ingin menyambut Cyra dengan menatap ulang kamar adik nya itu.Sedang di lantai bawah, Tian juga tak kalah sibuk. Ia mengarahkan beberapa pelayan untuk menghias rumah hingga mengatur menu untuk makan malam keluarganya."Tolong bungan mawarnya taruh sebelah ini ya, terus di detak tangga juga."Hati nya begitu berbunga mendengar jika putri nya yang lama tak pulang kini memutuskan untuk pulang. Ia ingin memberikan penyambutan terbaik untuk putri nya itu."Mom, duduklah. Ingat kandungan nya." tegur Ardan yang was-was dengan tingkah istrinya.Tian pun menuruti perkataan suaminya, tubuhnya memang duduk namun mulutnya itu terus berucap hingga membuat Ardan menghela nafas kasarnya."Om,
Ardan sudah tak tahu lagi bagaimana menenangkan istrinya itu, Tian masih saja menangis tanpa mau berhenti.Gabriel juga Axel segera turun ke bawah saat mendengar suara keributan, dan keduanya terkejut melihat Tian yang sudah tiduran sambil menangis."Dad, ada apa ini?""Jari mommy mu tadi nggak sengaja kena duri mawar, udah daddy bersih kan juga. Tapi nggak tahu kenapa mommy mu masih saja menangis begitu."Gabriel mencoba mendekati Tian, menepuk bahu Tian sembari mengatakan kata-kata manis andalan nya.Dan tanpa di duga hal itu membuat Tian berheti menangisnya, membuat Axel takjub juga Ardan yang merasa tak bisa."Wah, sejak kapan kata-kata manis mu itu berkembang pesat?" ucap Ardan.Ia menggeser tempat duduk keponakan nya itu, lebih dekat dengan istinya dan membawanya ke dalam pelukan nya."Jangan nangis lagi y