Cyra yang merasa lelah tanpa sengaja tertidur dalam pelukan Arvan, melihat hal itu membuat Arvan begitu berbunga-bunga.
Dengan perlahan ia membawa tubuh gadisnya itu, meletakkan dengan begitu hati-hati di atas ranjang king size miliknya. Tak lupa ia juga menyelimutinya dan memastikan jika Cyra akan benar-benar aman tanpa dirinya.
Arvan keluar dari dalam kamar, ia melihat masih ada Han yang duduk di sofa dengan laptop di pangkuan nya.
"Dimana dia?"
Mendengar suara bariton tuan nya membuat Han segera bangkit dari duduknya.
"Di ruangan biasanya, Tuan."
Tanpa berkata apapun Arvan segera melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Sela di sembunyikan.
Sesampainya di ruang bawah tanah itu, Arvan di sambut oleh tiga orang pengawalnya.
"Dimana dia?"
"Ada di dalam, di ruangan yang biasa kita gunakan un
Gabriel begitu terkejut mendengar teriakan yang cukup nyaring dari tempat nya saat ini berada, dengan segera ia pun berlari mencari sumber dari suara tersebut.Niken terduduk di atas jalan dengan pandangan kosongnya, nyaris saja nyawanya melayang jika saja mobil yang ada di depan nya itu tak bisa menginjak rem nya."Anda baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki padanya.Niken tak menyahutinya, ia hanya terdiam menatap laki-laki muda yang kini mengulurkan tangan padanya.Dengan kasarnya ia menepis tangan itu, berusaha bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya."Lain kali pakai mata kalau bawa mobil, ini bukan jalanan milik keluargamu saja." sewotnya, sedang laki-laki itu hanya terdiam mengerutkan dahinya.Setelah mengatakan itu, Niken pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat nya saat ini. Ia yakin jika suara teriakan nya pasti akan mengundang orang
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, hari di mana Cyra akan kembali lagi bersama dengan keluarganya.Axel sudah sibuk membersihkan kamar adiknya sendiri, ia ingin menyambut Cyra dengan menatap ulang kamar adik nya itu.Sedang di lantai bawah, Tian juga tak kalah sibuk. Ia mengarahkan beberapa pelayan untuk menghias rumah hingga mengatur menu untuk makan malam keluarganya."Tolong bungan mawarnya taruh sebelah ini ya, terus di detak tangga juga."Hati nya begitu berbunga mendengar jika putri nya yang lama tak pulang kini memutuskan untuk pulang. Ia ingin memberikan penyambutan terbaik untuk putri nya itu."Mom, duduklah. Ingat kandungan nya." tegur Ardan yang was-was dengan tingkah istrinya.Tian pun menuruti perkataan suaminya, tubuhnya memang duduk namun mulutnya itu terus berucap hingga membuat Ardan menghela nafas kasarnya."Om,
Ardan sudah tak tahu lagi bagaimana menenangkan istrinya itu, Tian masih saja menangis tanpa mau berhenti.Gabriel juga Axel segera turun ke bawah saat mendengar suara keributan, dan keduanya terkejut melihat Tian yang sudah tiduran sambil menangis."Dad, ada apa ini?""Jari mommy mu tadi nggak sengaja kena duri mawar, udah daddy bersih kan juga. Tapi nggak tahu kenapa mommy mu masih saja menangis begitu."Gabriel mencoba mendekati Tian, menepuk bahu Tian sembari mengatakan kata-kata manis andalan nya.Dan tanpa di duga hal itu membuat Tian berheti menangisnya, membuat Axel takjub juga Ardan yang merasa tak bisa."Wah, sejak kapan kata-kata manis mu itu berkembang pesat?" ucap Ardan.Ia menggeser tempat duduk keponakan nya itu, lebih dekat dengan istinya dan membawanya ke dalam pelukan nya."Jangan nangis lagi y
Cyra dibuat takjub dengan penampakan kamarnya, tatanan serba baru dengan nuansa baru juga.Ia tak hentinya berterima kasih pada Axel juga Gabriel kakak nya.Malam semakin larut, membuat Cyra segera membersihkan dirinya dan bersiap tidur. Namun entah kenapa ia merasa ada yang kurang pada dirinya.Tiba-tiba bayangan Arvan terlintas dipikiran nya, ia membayangkan jika Arvan kini tengah tertidur di samping nya."Achh, udah gila nih gue kayaknya. Bisa-bisanya ngehayalin si om itu."Tak ingin terlalu memikirkan Arvan, Cyra mencoba menghubungi Sandrina kakaknya.Firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang tengah terjadi dengan keluarganya itu. Ia mencoba menghubungi Sandrina, namun tak ada satupun pesan atau panggilan yang dapat balasan.Hal itu menambah rasa curiga Cyra. Dan ketika ia mencoba lagi, tiba-tiba panggilan nya ters
Semua orang terkejut mendengar teriakan histeris Cyra, semua segera membuka mata dan menghampiri gadis yang hampir memecahkan kaca ruangan tersebut.Belum usai dengan keterkejutan karena tangis Cyra, mereka lagi-lagi di kejutkan dengan datang nya dokter juga suster secara tergesa-gesa."Ada apa ini?" panik Mark melihat ke arah datang dokter nya.Axel terus mencoba meraih adiknya, ia berusaha menenangkan Cyra yang terus histeris menatap ke dalam sana.Sandrina membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang di lihatnya, bagaimana bisa kakeknya juga ada di dalam ruangan yang sama dengan neneknya?"Adik tenang lah, kakak mohon tenang."Namun Cyra terus meronta meminta masuk ke dalam ruangan nya.__Gelap masih menyelimuti kedua rumah yang terlihat begitu hening itu, tak ada tanda-tanda jika ada orang yang terja
"Buka," teriak Arvan begitu mengejutkan.Penjaga gerbang dengan tergesa-gesa membuka pagar besi rumahnya, mempersilahkan sang majikan keluar dengan segera.Arvan mengendarai mobilnya dengan begitu cepat, ia nampak begitu cemas mencengkram kuat kemudi nya."Sial!"Ia berulang kali memukuli kemudi nya, melampiaskan rasa kesal yang menyesak kan dada nya.Ia baru saja menerima kabar dari Lita, mengatakan jika ia melihat Cyra dengan beberapa orang berada di rumah sakit.Selebihnya Lita juga memberitahu Arvan jika saat ini salah satu keluarga Cyra ada yang meninggal.Mendengar hal itu membuat pikiran Arvan penuh dengan Cyra, semua tentang keadaan juga mental gadisnya itu.Setiba nya di rumah sakit, ia buru-buru naik ke lantai yang dimana Cyra juga keluarga nya berada.Nafasnya
Entah permainan takdir atau memang nasib baik berpihak padany, tanpa di duga ia bisa bekerja di kampus tempat anak musuhnya berada."Ini baru permulaan, lain kali kita akan bermain yang sebenarnya." batin nya.Gabriel masih menatap seorang gadis yang berdiri dengan begitu angkuh di depan nya."Bangun dulu," menolong Cyra berdiri."Kalau jalan itu pakai matanya, jangan sibuk ngelihatin yang ganteng aja." sewot nya."Heh, loe yang nabrak kenapa loe yang sewot jadinya?" kesal Gabriel."Kak El, stop."Gadis itu menatap tak suka pada Gabriel karena tengah membela Cyra di depan nya, bahkan Gabriel adalah orang pertama yang berani kepadanya."Berani loe sama gue?""Loe makan sesajen emang nya sampe gue harus nggak berani?"Gadis itu begitu geram, tangan nya terkepal kuat
Cyra masih diam mematung menatap tak percaya Arvan, bagaimana bisa laki-laki itu nekat melamarnya."Om, jangan bercanda ya. Nggak lucu loh ini.""Bukan nya tadi siang kamu sendiri yang meminta keseriusan saya? Ini jawaban yang bisa saya beri buat kamu." ungkapnya dengan tegas.Semua masih tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar, masih tak percaya ada yang meminang Cyra dengan begitu beraninya."Apa lamaran saya di terima?" gugupnya memastikan. Ardan tak langsung menjawabnya, ia menatap kedua putra putrinya yang saat ini duduk bersanding bersama di sebelahnya.Menggenggam tangan Tian, ia tersenyum menatap Arvan."Sepenuhnya saya serahkan keputusan ini pada putra putri kami."Arvan kemudian menatap Cyra dengan pandangan penuh harapnya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana dirinya jik