Beranda / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / 46 Kita akan Hancur Bersama

Share

46 Kita akan Hancur Bersama

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Elkan mendengarkan penjelasan Nayara dengan saksama, kedua matanya menyipit saat sekretarisnya itu menyebut sesuatu tentang biaya tambahan.

Beberapa hari berlalu damai, tapi tidak di kantor Andika.

“... revisi lagi? Yang benar saja, Pak?”

“Terus mau gimana lagi, kita ini satu tim! Kalau salah ya bakalan salah semua!”

“Tapi bolak-balik revisi juga tidak baik, Pak ....”

“Terus mau diapain lagi? Disetor apa adanya?”

Andika menerobos masuk karena pintu yang tidak dikunci.

“Maaf telat, biasa macet!”

Mantyo menoleh, lalu mendengus pelan.

“Bantu mikir sini!”

“Ada apa sih, Pak? Masih pagi juga ....”

“Masih pagi, masih pagi kepalamu.” Mantyo mendelik ke arah Andika dengan ekspresi murka. “Laporan keuangan jadi harus bolak-balik revisi supaya tidak ada yang curiga.”

Andika mengedarkan pandangannya kepada orang-orang yang sedang sibuk menatap layar komputer.

Kenapa jadi banyak orang begini sih, pikir Andika gusar.

“Apa lagi yang mau direvisi, Pak? Bukankah kemarin-kema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    47 Tidak Punya Bukti

    “Apa mungkin kita membicarakan Pak Andika yang berbeda, Mbak? Siapa tahu nama Andika ada banyak di sana,” celetuk Egi yang belum lama bekerja. “Ya bisa jadi sih ...” Nayara mengangguk. “Memang Mbak kenal sama Pak Andika di sana?” “Gimana nggak kenal, dia kan mantan suaminya!” sahut Kalisa sambil nyengir. “Hussst!” desis Nayara. “Ya sudah, yang penting kan sekarang kamu sudah dapat kerjaan mapan. Berarti rejeki kamu memang di sini, Gi.” “Betul, Mbak.” Kalisa menoleh ke arah Nayara yang melamun. “Kenapa sih Nay, kamu tanya-tanya soal Andika? Masih berharap kamu rujuk sama dia?” Kalisa memastikan saat mereka kembali ke kantor. “Amit-amit jabang bayikkkkk, mana ada!” “Siapa tahu saja, Nay. Nggak ada yang tidak mungkin di dunia ini kan?” “Tapi sayangnya aku masih waras, Lis. Mana mau aku rujuk sama dia, kayak nggak ada pejantan lain saja di planet ini.” Kalisa nyengir sendiri mendengar Nayara ngomel-ngomel karena pertanyaan yang dia lontarkan. “Pak, Anda pasti tidak

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    48 Saya Tidak Kenal Kamu

    “Ya iyalah satu cangkir, masa iya satu ember ...” gumam Nayara sambil cepat-cepat pergi sebelum Elkan mendengarnya. Setelah minum kopi, Nayara menumpang mobil Elkan yang memutuskan untuk mengemudi sendiri tanpa sopir. Mobil itu melaju kencang ke arah kantor tempat Andika bekerja. “Kalau boleh tahu tindakan apa yang akan Bapak ambil kalau sudah sampai di sana nanti?” Nayara tidak tahan jika tidak bertanya. “Tentu saja saya akan menindak tegas laporan keuangan yang tidak jelas itu.” “Tapi apakah Anda bisa memberikan mereka bukti kalau Bapak punya wewenang, sekalipun itu atas permintaan orang yang menyuruh Anda?” “Kamu lihat saja nanti, kamu tinggal memberikan poin-poin pendukung supaya mata mereka terbuka.” Nayara menelan saliva, sensasi akan membuat keributan di kantor orang lain ini membuatnya ketar-ketir. Terlebih lagi kantor yang dia tuju adalah kantor di mana mantan suaminya bekerja mencari nafkah. Demi alasan apa pun, Nayara enggan sekali untuk bersinggungan lagi de

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    49 Memeriksa Data Keuangan

    “Tapi aku pegawai di kantor ini!” Andika mengacak rambutnya, mulai frustrasi. “Aku tahu, sudah ya? Aku juga nggak paham kenapa Elkan datang ke sini mau bertemu bosku.” “Kok kamu panik, Yang?” Andika tidak menjawab. Kenapa masalahnya jadi melebar begini? Mana Elkan ikut-ikutan muncul .... “Yang!” gertak Lika tidak sabar. “Apa sih, aku lagi pusing! Tolong pesankan kopi untuk semua orang yang ada di ruang rapat, Yang!” “Apa? Aku? Ih, ogah banget!” Andika hanya mampu menghela napas, setelah itu dia segera pergi dari hadapan Lika. “Ih, nyebelin banget sih! Aku kan juga pegawai penting di sini, Naya yang bukan siapa-siapa saja bisa masuk—argh!” Lika mengentakkan kakinya, lalu pergi untuk memanggil OB. “Pak Mantyo, ngapain Bapak di sini?” bisik Andika begitu dia melihat rekannya berlagak sibuk di ruangan rapat yang sudah bersih dan rapi. “Anda kan kepala pegawai, tidak ada hubungannya sama keuangan.” Alih-alih menanggapi pertanyaan Andika, Mantyo malah memberikan isyar

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    50 Kegelisahan Andika

    “Kamu kenapa, Yang?” “Ruang rapat sudah kosong belum?” “Aku nggak tahu, masih tutup rapat dari tadi.” Andika menarik napas panjang, wajahnya terlihat tertekan. “Kenapa sih? Kok bisa Elkan sampai datang ke sini?” “Aku juga nggak tahu, mana mantan istri aku juga ikut-ikutan datang ke sini lagi ....” “Itu dia yang nggak habis aku pikir, sok penting banget dia datang-datang ke kantor kita. Apa jangan-jangan dia punya niat jahat?” Andika menatap Lika dengan bingung. “Niat jahat apa, Yang?” “Iya siapa tahu lihat jahat buat menghancurkan nama baik perusahaan, mau membalas dendam sama kamu karena nggak terima sama perceraian kalian?” tebak Lika sok tahu. “Bisa jadi kan, Yang? Aku sering kok lihat di tayangan berita televisi, mantan istri yang menyimpan dendam karena nggak terima diceraikan ....” “Itu sih Kamu kebanyakan nonton sinetron sama berita kriminal,” celetuk Andika. “Lho siapa tahu, kan? Aku lihat sendiri gimana judesnya mantan istri kamu itu sama kita, tapi belakan

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    51 Kurang Satu Ons

    Sampai jam kerja berakhir, Elkan belum juga kembali ke kantor. Namun, Nayara merasa tidak memiliki kewajiban untuk menunggu kedatangan atasannya itu sehingga dia memilih untuk pulang bersama rekan-rekannya. “Heh Nay, sini kamu!” Suara Andika terdengar membahana di tengah riuhnya para pegawai yang memenuhi halaman. Nayara terlonjak kaget karena suara teriakan Andika. “Mau apa lagi dia datang ke sini?” tanya Kalisa heran. “Kamu samperin nggak, Nay?” “Itu tadi dia manggil nama aku, kan? Jangan-jangan dia mau ngajak ribut sama aku, Lis!” Sebelum Kalisa menjawab, Andika sudah keburu datang mendekat. “Mau ngapain kamu?” tanya Nayara dengan wajah waspada. “Mau ngapain? Tentu saja mau bikin perhitungan sama kamu!” “Aku nggak ada urusan apa-apa ya sama kamu ....” “Alah, mulut kamu ember!” gertak Andika, suaranya sukses mengalihkan perhatian para pegawai yang lewat di dekat mereka. “Sudah, jangan diladeni!” bisik Kalisa sembari menarik tangan Nayara supaya lanjut berjalan.

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    52 Turun Jabatan

    “Kamu saya pecat!” Wajah Andika yang sudah pucat mendadak jadi semakin pucat ketika mendengar vonis sang bos. “Tapi, Pak ... saya tidak melakukan kejahatan yang ....” “Mengambil pungutan liar, kamu pikir bukan kejahatan, hah?” Andika menundukkan wajahnya. “Tapi ... saya tidak korupsi, Pak ...” Bobi menatap murka ke arah Andika. “Saya juga sudah lama bekerja di kantor ini, setidaknya saya sedikit berjasa ... Tolonglah Pak, jangan pecat saya ....” Bobi mengembuskan napas panjang. “Kamu beruntung, Pak Alvi masih mempertimbangkan status kekerabatan kalian.” Andika menarik napas lega. “... tapi jabatan kamu akan diturunkan.” “Apa, Pak? Diturunkan?” “Ya, kamu tidak lagi jadi sekretaris saya mulai minggu depan.” Andika menggeleng lemah. Turun jabatan, kira-kira dia akan berganti jabatan menjadi apa? “Sisa hari ini bisa kamu pakai untuk membereskan barang-barang kamu. Minggu depan, kamu ganti seragam ....” “Pakai seragam, Pak?” sela Andika buru-buru

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    53 Juga Menikmati

    “Aku harus bertemu Pak Mantyo, ada hal penting nih!” Andika buru-buru pergi meninggalkan Lika sebelum kekasihnya itu tahu apa yang terjadi. *** “Aman, Nay.” “Yakin si mantan rese itu nggak lagi nungguin aku?” Kalisa menyipitkan matanya sampai tinggal segaris. “Nggak ada kok, aman. Penampakan mantan kamu dijamin musnah, Nay.” “Syukurlah,” sahut Nayara lega, dia dan Kalisa memang sejak tadi memantau gedung kantor mereka dari warung depan sembari menikmati segelas teh hangat dan pisang goreng. “Aku heran, kenapa ya Andika sampai marah-marah kayak orang gila?” Kalisa bertanya-tanya sembari berjalan menuju kantor. “Kamu sudah berbuat salah apa sih sama dia?” Nayara menggeleng cepat-cepat. “Sejak bercerai itu, aku sama Andika sudah nggak ada urusan apa-apa lagi, Lis. Kecuali ....” Kalisa menunggu kelanjutan ucapan Nayara dengan ekspresi tidak sabar. “Kecuali apa?” “Kecuali soal nafkah yang minta dibalikin.” “Sudah kamu kasih?” “Enggak, ya kali aku kembalikan nafkah y

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    54 Seandainya Tidak Ada Skandal

    “Jangan macam-macam kamu, Andika!” “Kenapa Pak, takut turun jabatan juga seperti saya?” Mantyo mendelik. “Ini ulah kamu sendiri kan, kamu tidak ingat?” “Tapi anda ikut menikmati uang itu, Pak!” “Sttt, kamu ini kenapa sih?” “Kenapa? Tentu saja saya tidak terima!” Tanpa menunggu jawaban dari Mantyo, Andika bergegas pergi untuk mencari beberapa nama yang sempat membayar uang jaminan kepadanya. “Mana Alif? Mana Lukman? Devi juga mana?” Beberapa pegawai mengerutkan kening ketika mendengar pertanyaan Andika yang tanpa rem. “Aku sudah nggak lihat Devi sejak kapan hari ....” “Sama, Lukman juga nggak kelihatan ....” Andika berdecak. “Yang benar saja, masa mereka bolos kerja barengan kayak begini sih?” “Nggak tahu juga, Dik. Coba telepon saja sana,” suruh salah satu rekan. “Kamu punya nomor kontak mereka?” “Enggak, sih.” Andika berdecak dan menatap kesal ke arah rekannya yang tidak mengerti apa-apa. “Berengsek semua, ke mana ya mereka?” Mantyo menarik napas lega

Bab terbaru

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    101

    "Ya, hiduplah dengan lebih baik lagi bersama keluarga kecil kamu." Gio mengangkat tangannya sebagai isyarat bagi Nia untuk segera pergi.Sesaat setelah Nia keluar, sebuah taksi menepi di depan Kafe dan Kalila melangkah turun."Aku sudah sampai, nih ... Masih lama? Ya sudah, aku tunggu!" Kalila mengakhiri percakapan dengan seseorang, kemudian menyimpan kembali ponsel miliknya ke dalam tas.Namun, langkah Kalila sontak terhenti saat seseorang menabraknya tepat setelah dia melangkah masuk ke dalam kafe."Gio! Kok main tabrak saja?"Kalila terhuyung sebentar sebelum akhirnya bisa menyeimbangkan diri."Hati-hati kalau jalan!" imbuhnya sedikit kesal.Gio menyipitkan matanya."Mentang-mentang kita sudah bercerai, apa harus kamu seangkuh ini di depanku?"Kalila balas menatap Gio yang wajahnya sedikit memerah."Aku tidak mengerti kamu ngomong apa."Kalila bergegas pergi menjauh untuk mencari meja yang masih kosong. Jika sesuai rencana, seharusnya Zia akan menyusul lima belas menit kemudian.Na

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    79

    "Terus kenapa menatapnya penuh curiga begitu? Saya ini bukan tukang tipu," sela Elkan sedikit tersinggung. "Bukan curiga, Pak. Aneh saja, kenapa tidak ambil pegawai lain saja untuk jadi asisten pribadi?" "Suka-suka saya, hanya saya lihat akhir-akhir ini kerjaan kamu beres semua ...." "Yang kemarin-kemarin tidak beres memangnya?" potong Nayara berani. "Beres sih, tapi akhir-akhir ini kamu gesit. Kebetulan saya akan sangat sibuk ke depannya." Nayara langsung memegang keningnya. Bayangan seberapa banyak pekerjaan jika menjadi asisten pribadi Elkan membuatnya tegang duluan. "Kenapa wajahmu begitu, seharusnya kamu bahagia karena ini penawaran langsung dari bos." Nayara memutar bola matanya dengan malas. "Gajinya berapa, Pak?" "Soal gaji, saya tidak pernah mengecewakan. Saya naikkan lima belas persen, lumayan kan?" "Cuma lima belas persen?" "Kenapa, kurang?" Nayara sibuk menimbang-nimbang. "Gimana, ya? Kalau dua puluh lima persen saya mau, Pak!" "Wah, mata duitan." Nayara ce

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    78

    "Aku tidak bilang begitu, hanya saja apa kalian sudah mampu dari segi modal?"Pertanyaan Elkan tak urung membuat Andika dan Lika diam membisu."Justru itu! Kami sedang berusaha mencari investor yang mau kasih pinjam modal ke kita," kata Andika pongah."Kenapa tidak mengumpulkan modal sendiri dari gaji kalian? Minim risiko dan jelas lebih aman.""Kelamaan kalau kami harus mengumpulkan uang dulu, El." Kali ini Lika yang menjawab. "Berapa sih gaji pegawai seperti kami ini?""Tentu lumayan kalau digabungkan berdua," sahut Elkan kalem. "Saranku, kalian menabung dulu sambil memikirkan gambaran bisnis apa yang ingin kalian wujudkan. Investor kaya sekalipun, dia akan tetap mempertanyakan proposal bisnis kalian."Andika melirik Lika dengan isyarat seolah dia sudah menduga jika menemui Elkan adalah perbuatan yang sia-sia saja.Jaka tiba untuk mengantarkan minuman sesuai permintaan Nayara."Maaf menunggu lama, Pak ....""Apa Nayara tidak kasih tahu kamu kalau saya ada tamu?" tanya Elkan."Sudah

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    77 Ayah Tiri Nayara

    “Sudah dari tadi, Bu!” Nayara sengaja mengeraskan suaranya, seraya melirik ayah tirinya. “Anak datang kok nggak disuruh masuk sih,” omel ibu sambil menggamit lengan Nayara. “Ngomel terus perasaan, bikin pusing lama-lama di rumah ....” “Jangan di rumah kalau begitu, kerja sana!” “Aku ini suami lho, kepala keluarga, kok dibentak-bentak begini ... Kualat gimana?” “Nggak akan kualat kalau kepala keluarganya kayak kamu,” gertak ibu. “Yuk Nay, kita masuk saja.” Ayah tiri Nayara melengos, kemudian keluar dari rumah sambil mengentakkan kakinya. “Kok kayaknya aku datang di saat yang salah ya, Bu?” tanya Nayara tidak enak. “Aku pikir sudah lama nggak nengok Ibu, makanya sengaja datang. Tapi ayah malah marah-marah nggak jelas, memang aku yang salah sih ... Nggak pernah kirim kabar, apalagi kirim uang.” Ibu mengembuskan napas panjang. “Ibu lihat kamu sehat begini saja sudah senang, kamu tambah kinclong ... Itu artinya kamu bahagia, kurang apa lagi, coba?” “Kurang membaha

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    76 Kunjungan Kerja

    Andika hanya meringis, dia bersedia melakukan segala cara supaya bisa meraih simpati Elkan kembali. “Besok Anda ada kunjungan kerja, Pak.” Nayara memberi tahu Elkan di hari pertama akhir bulan. “Bersama Pak Kalandra dari Lazuardi, agenda kegiatannya meninjau pabrik daur ulang ... Saya tidak ikut kan, Pak?” Nayara mendongak menatap Elkan yang sedang menyeruput kopinya. “Pak?” Elkan hanya balas menatap Nayara dengan cangkir masih menempel di bibirnya. “Pak!” “Ohok!” Elkan langsung tersedak dan terbatuk-batuk. “Eh maaf, Pak!” Nayara jadi merasa bersalah karena memanggil Elkan di saat atasannya itu sedang minum kopi, buru-buru diulurkannya beberapa lembar tisu kepada Elkan. “Kamu ini ya ...” Elkan masih terbatuk-batuk. “Mau bunuh saja?” “Kejam amat, tersedak saja tidak akan membuat Anda lewat, Pak!” Elkan tidak menjawab, melainkan sibuk membersihkan tumpahan air kopi sembari masih terbatuk-batuk kecil. “Saya pesankan kopi baru ya, Pak!” Lagi-lagi Elkan tida

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    75 Selalu jadi Penghalang

    Elkan mendengus. “Saya kok tidak percaya.” “Lho, itu terserah Anda. Tidak ada yang memaksa untuk percaya, apalagi orangnya juga belum saya temukan.” Elkan tidak bicara lagi, melainkan fokus mengemudi karena sudah ada pekerjaan yang menunggunya di kantor. “Argh, menyebalkan!” Lika memukul-mukul tangannya sendiri dengan kesal. “Kenapa sih janda satu itu selalu saja nempel sama Elkan? Bikin aku jadi susah untuk melancarkan pesonaku, padahal aku yakin kalau Elkan sebenarnya ramah ... Semua gara-gara si janda!” Lika mengembuskan napas gusar, dia memperbaiki posisi duduknya kemudian mengambil bedak untuk merias ulang wajahnya yang merah padam. “Semoga saja apa yang aku lakukan baru-baru ini bisa bikin Andika mendapatkan jabatan sekretaris lagi, uang jajanku sudah menipis ... Aku nggak mau hidup hemat kayak orang susah,” gumam Lika yang tidak bisa menutupi perasaan gusarnya. Salah satu alasan dia bersedia menjalin hubungan dengan Andika adalah karena pria itu sangat loyal da

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    74 Yang Ikut Terlibat

    “Jangan bahas itu di sini,” tegur Lika diiringi gelengan kepala. Sore harinya di kediaman orang tua Elkan .... “Bikin pusing saja.” “Kenapa, Pa?” Alvi menatap Elkan, lalu menarik napas panjang. “Masalah di kantor Al Drink, ada lagi, ada lagi!” “Namanya juga bisnis, Pa. Ada kalanya dapat ujian,” sahut mama Elkan. “Ujian apa sih yang tidak bisa papa hadapi?” komentar Elkan sembari meraih cangkir berisi teh. “Ini lain, kalian tidak akan menyangka ...” Alvi menatap istri dan anaknya bergantian. “Papa dapat kabar dari Pak Bobi, katanya ada pegawai lain yang ikut terlibat selain Andika.” Elkan terdiam, dia teringat kembali dengan kasus yang ditimbulkan Andika di kantor ayahnya. “Jadi Andika tidak bertindak sendiri, Pa?” “Tidak, makanya papa heran. Kecewa, lebih tepatnya. Kalau seperti ini, gimana perusahaan kita mau maju dan bertahan?” “Kalau memang kesalahan mereka sangat fatal, mungkin sudah saatnya Papa mempertimbangkan untuk memecat mereka.” “Elkan

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    73 Luput dari Penyelidikan

    Andika melangkah penuh percaya diri menuju ruangan Bobi sembari membawa bukti rekaman yang sudah dia edit sedemikian rupa. “Pak Mantyo sudah sembuh?” sapa Wildan saat bertemu dengan Wildan yang akan menyeduh kopi. “Saya ... sedikit lelah,” jawab Mantyo linglung. “Oh ya, mana Lika?” Kening Wildan berkerut ketika mendengar pernyataan Mantyo. “Dia ada di mejanya, Pak.” “Kalau Andika?” Kening Wildan berkerut lagi. “Tadi sih setahu saya, Andika bersih-bersih ruang rapat. Memangnya kenapa, Pak?” “Tidak, tidak apa-apa.” Wildan mengangguk dan segera pergi setelah dia selesai menyeduh kopi. Baru saja dia mau masuk ke ruangannya, Andika muncul dan memanggil nama Wildan. “Kamu dipanggil Pak Bobi tuh!” “Oke, terima kasih sudah kasih tahu.” Andika tidak menanggapi ucapan terima kasih itu, Wildan sendiri tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti musuh kepadanya. Tanpa menunggu waktu lama, Wildan segera pergi menemui Bobi di ruangannya. Selang beberapa menit, Wildan keluar

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    72 Kalau Andika Balas Dendam

    Lika terus melakukan pendekatan-pendekatan melalui nada bicaranya yang manja. Mantyo dengan mudah terperangkap dalam pesona semua yang Lika pancarkan. “Kamu ... tidak kembali kerja?” “Pekerjaan saya adalah membuat Bapak bahagia, enak kan kopinya?” “Enak sekali ....” “Mau yang lebih enak?” “Ap—pa maksudnya?” Lika tersenyum dan terus mendekat Mantyo untuk meneguk kopi itu hingga tandas. “Saya agak kesulitan, Pak ...” Lika mulai mengeluh dengan gaya manjanya yang khas. “Kesulitan kenapa! Siapa yang berani-berani membuat kamu merasa kesulitan?” Lika tidak segera menjawab, hanya saja dia membuat wajahnya terlihat semelas mungkin. “Katakan apa yang kamu alami, Lika! Saya pasti akan bantu kamu,” bujuk Mantyo dengan wajah memerah. “Mana bisa kamu bekerja di sini, tapi tidak merasa nyaman seperti itu.” Lika mengangguk dengan wajah muram. “Terima kasih atas motivasinya, Pak ....” “Katakan siapa orang yang bikin kamu tidak nyaman?” “Saya ... tidak enak

DMCA.com Protection Status