Bayu, Hugo, Rizal dan Doni sampai di rumah sakit di mana Mawar di rawat. Rizal begitu ingin melihat wanita malang itu, yang dicampakkan ayah dengan melecehkannya terlebih dahulu. Hatinya sakit saat seseorang ayah tidak bisa memberikan contoh yang terbaik untuk putranya dan ketakutan karena dia sendiri mempunyai anak perempuan.
Mereka sampai di depan kamar rawat Mawar, kamar yang benar-benar harus steril. Mereka melihat melalui jendela kaca. Wajah pucat dan mata terpejam, menunjukkan bagaimana sang ayah memperlakukan wanita itu.Rizal menatap iba wanita yang berbaring lemah di bankar dengan selang infus di tangannya. Pria itu meraup wajahnya gusar.Rizal berjalan meninggalkan teman-temannya dan mencari dokter yang merawat Mawar lalu menemuinya."Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Rizal cemas."Di demam dan sedikit infeksi di organ intimnya, serta mengigau, saya tidak tahu apa yang terjadi pada Nyoya Mawar, selama ini beliau menjaga tubuhnyaSetelah Mobil anak buahnya melaju meninggalkan mobilnya yang terparkir di trotoar Regan segera memesan tiket pesawat ke Swiss lalu pergi ke ke apartemennya yang tersembunyi membersihkan tubuhnya dan mengemas beberapa pakaian yang dimasukkan kedalam tas ranselnya kemudian bergegas keluar apartemennya serta memacu mobilnya ke bandaraSesampainya di sana ia berjalan menuju ke terminal keberangkatan lalu melewati pemeriksaan dan masuk kedalam pesawatnya, rencana ia akan menelpon istri ketiganya setelah sampai di sana untuk menemani selama satu bulan penuh. Dia merencanakan ini sejak lama, bahkan ketika Dron tiba-tiba menghilang, dia tidak bisa percaya seratus persen pada anak buahnya sebab itu ia tidak pernah memberitahukan sebelumnya tetang jalan rahasia villa tersebut.Senyum tipis terulas di bibirnya. Hari ini dia benar-benar puas mereguk kenikmatan dari wanita yang di kejarnya selama lima tahun itu. Walaupun dia tidak pernah bisa memiliki hatinya cukup menikmati tubuh saja ia sudah s
Rizal sampai ke apartemen melihat Firda ada di ruangan putrinya ia pun memutuskan untuk keluar lagi menuju apartemen sang Mama.Sang adik selalu saja menjahilinya ketika dia sedang berada di sana. Langkah lebarnya menuntun ke kamar sang mama, ia mengetuk pintu setelah terdengar suara mengijinkannya untuk masuk ia pun masuk.Rizal melihat sang Mama sedang duduk di kursi rias membersihkan wajahnya pantulan kecantikan masih terlihat jelas. Ia menoleh pada Rizal. "Ada apa sepertinya ada yang ingin kau bicarakan dengan Mama,""Iya betul mah ada yang harus kubicarakan dengan Mama tentang Daddy," ucap dengan tatapan serius"Ada apalagi dengan Daddymu, dia sudah seperti itu dan tidak bisa untuk diperbaiki lagi. Pernikahan kami pun hanya simbol di atas kertas, agar kamu dan adik-adikmu tidak merasakan apa itu arti perpisahan walaupun pada hakekatnya sama saja, kalian terluka tetapi setidaknya kalian sudah dewasa dan bisa mengerti mana yang baik dan yang bu
Rizal kembali ke apartemennya, melihat Firda tertidur di kamar sang putri ia pun membiarkannya lalu ia masuk ke dalam kamarnya kemudian pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu, ia memakai pakaiannya dan membaringkan tubuhnya ke ranjang, hari ini tenaga dan pikiran terkuras, kembali ia ingat Linda yang dikirim di desa terpencil.Pria itu melakukan panggilan segera, ia ingin tahu keadaan wanita itu. "Apa kamu sudah sampai? Kenapa tidak menghubungiku?" tanya Rizal."Maaf Brave menangis terus dan baru saja tertidur," ucapnya."Bagaimana kau menyukainya?" tanya Rizal"Cukup nyaman aku menyukainya tetapi Brave belum," ucapnya sedih."Kalian hanya sementara saja di sana sampai Daddy benar-benar menyadari kalau dia tertular Virus HIV, besok ajaklah berkeliling, ada beberapa kolam ikan dan ruang bermain ajaklah Brave ke sana," perintah Rizal.Suara hening tak ada kata yang terucap dibibir. Hingga suara Rizal
Pagi menjelang, semua insan mulai menapaki suatu yang baru. Rasanya seperti tenggelam di laut lepas kemarin lalu air pasang membawa ketepian dan ternyata masih bisa bernapas, hari itu seolah membawa kematian. Namun ternyata cinta masih ada untuk membawa kebahagiaannya kembali.Bayu menuruninya tangga dengan hanya memakai pakaian rumahan saja sedang menggendong Satria dan juga tidak mengenakan pakaian seragamnya. Naila mengernyitkan dahinya seperti ada yang aneh pagi ini.Bayu menoleh sekilas pada istrinya lalu tersenyum kemudian mendudukan putranya di kursi meja makan."Boy, temani sembentar Mamamu, Papa mau keluar dulu ya!" kata pria itu sambil mengerling kepada istrinya.Satria mengangguk ia pun berjalan keluar dan terdengar suara mobil menjauh meninggalkan rumahnya. Naila menatap sang putra penuh tanda tanya."Kemana Papamu itu, Sat?" tanya Naila.Satria mengangkat bahunya sambil menatap mama yang seperti sedang berfikir.
Sesampainya sebuah apartemen yang mewah di Swiss Regan menelpon istri ke tiga untuk segera berangkat ke Swiss, Regan mengatakan pada istrinya akan menemui klien dan sangat mendadak, itu sebabnya ia langsung berangkat ke Swiss tanpa menjeput sang Istri.Angie Sangat senang, ia segera mengemas pakaiannya, Wanita itu merasa bahwa dia satu-satunya istri yang dipuja Regan karena setiap hari Regan selalu pulang ke rumahnya, tidak pernah lagi ke rumah istri pertama ataukah keduanya dan setelah itu, ia langsung berangkat ke bandara. Pesawat yang dipesan Regan akan berangkat pukul sembilan malam. Regan terbangun saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, Ia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya ia yakin sebentar lagi istri akan sampai.Lelaki itu keluar dengan balutan handuk di pinggangnya dan memegang handuk kecil yang digosokan di rambut basahnya.Terdengar suara bel yang menggerakkan kakinya untuk melangkah menuju daun pintu. Ia membuka pintu dan te
Mobil keluar dari pintu garasi rumah Bayu membela jalanan beraspal, Bayu berniat untuk mengajak berlibur keluarga setelah beberapa kejadian yang menimpah keluarga kecil. Namun sebelum itu ia pun ingin memastikan kondisi putranya dalam baik-baik saja.Ia mengarahkan pada rumah sakit kangker yang menangani Satria, memang anak itu sudah rutin minum obatnya dan makannya sudah diatur tetapi perlu bagi Bayu untuk memastikan kesehatannya sebelum pergi begitu pula dengan Naila, ia sudah membuat janji dengan Dokter Dara di kliniknya, Setelah selasai memeriksakan putranya ia akan memeriksa kandungan istrinya.Mobil masuk ke area rumah sakit, membuat Satria kebingungan. "Loh, katanya berlibur, Kok di sini?" protesnya sambil berdiri berpegangan kursi yang diduduki sang ayah."Periksa dulu, sayang," jawab Bayu pada putranya itu. Tak lama kemudian Bayu berhenti dan keluar di ikuti Naila, pria itu langsung menggendong Satria saat bocah itu turun dari mobil.
Mobil Bayu meninggalkan klinik Dokter Dara, Bayu masih sangat kesal dengan sahabatnya itu bisa-bisa ia menggantikan Dokter Dara untuk memeriksa Naila."Apa Mas Bayu kesal setelah tahu bahwa yang menolong kelahiran Satria adalah Dokter Rizal?" tanya NailaBayu menoleh lalu tersenyum. "Tidak, sayang, sudah jangan pikirkan, aku tidak apa-apa," jawabnya.Naila menatap Bayu terlihat jelas di wajahnya kalau dia memang sedang kesal. Naila menghembuskan napasnya."Di sana tidak ada dokter selain dia," ucap Naila."Iya sayang, aku tidak apa-apa, Keselamatanmu dan Satria itu lebih penting dari apa pun. Ayolah jangan dipikirkan kita akan bersenang-senang hari ini!" ucap Bayu sambil menyentuh puncak kepala sang istri.Naila mulai tenang ia pun kembali menikmati perjalanan ia tidak tahu Bayu akan membawanya kemana.Satria Tampak sangat senang dengan perjalanannya ia selalu saja bertanya apa yang dilihatnya dalam perjalanan mereka. Naila begitu sangat terharu ia tidak pernah menyangka akan bisa men
Bayu berenang dengan cepat khawatir ombak besar segera datang kembali, setelah sampai ketepian Naila yang akan melangkah menyusul mereka dicegah oleh lelaki penjaga pantai."Ibu tunggu di sini biar saya yang membantu suami ibu!" ucap lelaki penjaga pantai itu .Lelaki itu berlari menyongsong Bayu yang mulai kelelahan dan ia mengambil alih serta membawanya ke dekat Naila lalu wanita itu pun langsung memeluk sang putra yang masih ketakutan.Dengan napas yang masih tersengal-sengal ia menghampiri anak dan istrinya. "Boy, jangan takut, kita sudah tidak apa-apa dan dalam baik-baik saja." Satria hanya terdiam, Ia didekap dengan erat oleh Naila. "Ma, gantikan pakaiannya yang kering lalu kita pulang," perintah Bayu dan wanita itu mengangguk serta membawa Satria ke dalam mobil dan mengganti baju bocah kecil itu.Bayu mengambil bajunya dan pergi ke toilet untuk berganti pakaian. lalu masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan terimakasih pada pria penjaga pantai yang menolongnya tadi. Setelah i