Naila menatap pria yang melindunginya karena pekerjaannya itu. Baiklah aku tidak ingin berhutang budi pada dokter Rizal, ia tidak mempunyai hubungan apapun denganku sedangkan, Anda berbeda. Trimakasih telah melindungi saya selama ini walau itu adalah memang pekerjaan Anda tetapi menjadikan adik adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya terima kasih, Mas," kata Naila"Sama-sama, Naila Maharani, Adikku," jawab Hatan dengan tatapan haru.Kadang suatu hubungan persaudaraan tidaklah harus mengalir dari darah yang sama, seseorang yang tidak yang punya ikatan darah pun akan bisa menjadi saudara dikala suatu peristiwa yang membuat mereka begitu sangat dekat dan terikat secara emosional hingga memutuskan mengikat sebuah persaudaraan, seperti Naila dan Hatan.Naila berjalan masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Ia melihat putranya yang sudah berumur empat tahun. wanita itu menghirup udara dan melepaskan perlahan serta berjalan kembali menghampiri putranya ya
Naila tidur dengan sangat gelisah, memikirkan akan bertemu Bayu suaminya. Rasanya ingin menghilangkan saja dari muka bumi, Naila mencoba memejamkan matanya namun bisa juga otaknya masih terus berputar dan berpikir tentang bagaimana jika bertemu dengan dia yang pernah mengisi hatinya itu.Malam semakin larut perasaan semakin tak menentu, Iya kembali meminjamkan matanya dan berusaha untuk tidur serta berharap malam segera berlalu dan berganti sinar Surya.Tak muda menghadapai kebimbangan hati dan juga rasa ketakutan tetapi ia harus memantapkan langkahnya walau hatinya gamang rasa takutnya seperti mengunci hati, pikiran dan langkahnya. 'Demi Satria putra semata wayangnya,' batinnya.Malam semakin larut Naila mencoba terpejam, mulutnya berdzikir sepanjang malam agar otaknya bisa segera beristirahat tanpa berfikir hal yang macam-macam.Jam tiga dinihari hari wanita itu baru terpejam dan terbangun saat Satria kembali mengigau memanggil Papa. Naila tercubit hatinya ia mengusap cairan di sud
Dua hari kemudian Naila mengemas beberapa pakaiannya dan pakaian putra, ia mulai menyingkirkan segala kekuatirannya. Satria menghampiri mamanya. "Mama, kitq mau kemana?" tanya Satria."Kita akan menemui Papa, tetapi sebelum itu Kita harus ke rumah sakit," jawab Naila."Ke rumah sakit, Ma?" tanya Satria sambil menatap mama sambil mengerucutkan bibirnya."Kenapa tidak langsung ke rumah Papa?" tanya Satria."Karena Mama harus nyakin kalau Satria benar-benar sehat agar jika bertemu papa dan terlalu capek bermain tidak pingsan lagi, Bagaimana?" tanya Naila."Apa kita akan menginap di rumah sakit lagi?" tanya Satria pada mamanya."Hem...." Naila berfikir sejenak."Mungkin jika tubuhmu lemah tetapi jika tubuhmu kuat kita hanya periksa saja lalu tinggal rumah papa," jawab Naila."Hem ... aku sebenarnya ingin segera bertemu dengan papa tapi tidak apa-apa kalau harus ke rumah sakit dulu yang terpenting aku akan bertemu papa, betul kan Ma?" tanyanya dengan wajah ceria."Sudah selesai, ayo mungki
satu jam setengah perjalanan terasa ada yang sangat aneh pada tumpangannya. Awalnya goncangan yang sangat halus bahkan tidak terasa kalau terjadi goncangan, hingga semakin lama semakin kuat."Mama, Ada apa ini, Satria takut mah, hik hik hik," ucap Satria dengan wajah pucat ketakutan."Daddy, aku takut!" teriak Nara yang duduk di belakang satria bersama Hatan. Pria itu pun memeluk Nara untuk menghilangkan rasa takut gadis kecil itu. Naila pun sama ia memeluk putra yang wajahnya mulai memucat. "Tidak apa-apa, akan baik- baik saja, ada Mama di sini," ucap Naila menenangkan putranya.Dokter Rizal pun bertanya pada pilot, "Ada apa ini, Pak, bukan cuaca sangat cerah? Apa kalian tidak mengecek mesinnya, sebelum melakukan penerbangan? Apa mesinnya baik-baik saja?" tanya Dokter Rizal sambil menyugar rambutnya dengan kasar."Kadang cuaca yang cerah masih bisa terjadi turbulence, Pak. Kami akan segera mengatasinya, mencoba untuk terbang lebih rendah untuk mengatasi ini jika perlu kita akan mend
Setelah berpikir agak lama dokter Rizal pun bertanya pada pilot, "Ada berapa parasut di yang kita punya ataukah kita mendarat dengan tali? Seberapa besar keberhasilan untuk mengatasi ini?" "Kami sudah mulai bisa mengatasi keadaan Dok, kita sudah terbang lebih rendah. jika memungkinkan kita akan mendarat darurat di suatu tempat dan kami sedang mencari tanah lapang yang jauh dari persawahan," jawab pilot."Baiklah berapa jauh lagi dengan rumah sakit? Apa kau tidak bisa menurunkan kami dekat rumah sakit? Setahuku di sana ada tanah lapang," tanya Dokter Rizal.Kami usahakan untuk mencapai landasan heliped, Dok. Anda tenang saja karena memang tidak ada kerusakan mesin kami sudah mengeceknya sebelum kita berangkat, Dok. Ini faktor cuaca saja,," jawab Pilot yang terhubung dengan earphone."Ok! Lakukan yang terbaik!" perintah Dokter Rizal.Selama dua puluh menit mengalami Turbulensi membuat kepanikan mereka. Dokter Rizal menoleh ke arah Naila dan memberikan tanda dengan tangannya bahwa keada
Wanita itu Dokter Rizal menunggu jawaban dari Pria itu. "Ini, Ma," jawab Dokter Rizal dengan menarik pelan tangan anaknya untuk turun dari pangkuan Hatan."Nak, Ini Nenekmu," ucap Dokter Rizal memperkenalkan putrinya pada mama yang telah delapan tahun berpisah itu.Ratna berjongkok dan memeluk gadis itu, lalu mendongak pada Rizal, "Mana istrimu?" "Nanti aku cerita pada Mama, sebaiknya ajak Nara pergi dulu dari rumah sakit, karena kalau di sini ia tidak akan punya teman," jawabnya."Baiklah, ayo sayang ikut nenek," ajak wanita paruh baya itu."Ya sudah Mama pergi dulu jangan lupa mampir di apartemen Mama, nanti Mama share lock," pinta wanita Itu. Dokter mengangguk dan mencium punggung wanita itu dengan takzim lalu cucu dan nenek itu pergi dengan bergandengan tangan.Setelah kepergian sang Mama Dokter Rizal menatap Hatan. "Mas lebih baik sekarang saja mengantarkan Rosmala bertemu dengan suaminya, aku sudah bilang pada Dokternya ag
Begitu sampai di ruangan sahabatnya itu terlihat seorang keluar kantor sebelah ruangan CEO seperti menyambut kedatangannya. "Anda Dokter Rizal?" tanya Firda Pria itu terpaku menatap gadis itu ia teringat almarhumah istrinya. Wajahnya sangat mirip sekali bahkan postur tubuhnya, rambutnya juga. Terasa sepertinya datang dan tersenyum. "Apa ini arti dari kehadiran Naila, membawa kakiku untuk bertemu dengan gadis yang mirip denganmu Nilam," bisik hatinya"Anda Dok Rizal?" tanya Firda."Apa?" tanya Dokter Rizal mulai tersadar dari lamunannya."Apa Anda Dokter Rizal?" tanya Firda untuk ketiga kalinya."Iya saya Dokter Rizal," jawabnya sambil tersenyum."Mari saya antar, Pak Bayu sudah menunggu Anda," jawab Firda."Ya trimakasih," ucap Dokter Rizal dan Firda menekan interkom di luar ruangan lalu menyampaikan kedatangan Dokter Rizal.Tak lama kemudian Firda memutar gagang pintu lalu membukanya. "Mari masuk, Dok," ajak Firda."Hai, apa kabar? Lama sekali kau tidak menemuiku, kemana saja kau s
Dokter Rizal menatap sekertaris Bayu. "Apa dia Istri Pak Bayu?" "Betul, Dok, namanya Nyonya Naila," jawab Firda."Apa mereka punya masalah besar? Sehingga harus berpisah seperti itu," tanya Dokter Rizal dengan keingintahuannya"Wah, kalau itu saya tidak tahu Pak dan tidak berani berkomentar karena setahu saya mereka berdua itu saling mencintai, cuma Nyonya sedikit keras kepala jadi kadang pak Bayu harus memaksanya," kekeh Firda mengingat pernikahan mereka yang unik dan lucu menurut dirinya."Kalau kalau kamu bagaimana? Apa kamu menerima tawaran saya. Tadi saya akan menggajimu dua kali lipat dari gaji di sini kalau perlu sepuluh kali lipat," ucap Dokter Rizal."Hahaha, Bapak jangan bercanda Saya tidak akan mungkin bisa jadi sekretaris bapak karena Bapak adalah seorang dokter pasti membutuhkan seorang suster bukan seorang sekretaris," jawab Firda tertawa."Saya serius atau mungkin kamu bisa paruh waktu, setelah pulang dari sini kamu bisa bekerja dengan saya sebagai sekretaris," jelas D
Setelah beberapa saat pemakaman sudah sepi, tinggal Yuda dan Dara berdiri di pusara itu, Dara, menghampiri Yuda. "Daddy memberikanmu Amplop besar dan surat ini padamu. Aku hanya boleh memberikan saat dia sudah tiada," ucap Dara dan Yuda mengangguk."Maafkan Dia adikku," ucap Dara lalu pergi meninggalkan pria itu. Setelah Kepergian Dara, Yuda membuka Surat hanya dua baris kalimat kalimat yang terdapat didalamnya [Ibumu adalah wanita yang ada di hatiku tetapi aku tidak pernah ada di hatinya. Maaf telah membuatmu ada Dunia, your Dadd]Yuda menghembuskan napasnya. Ia membuka amplop besar ternyata berisi sebuah sertifikat atas nama dirinya sebuah rumah sakit besar yang di bangun di sebuah desa di mana Naila tinggal dalam persembunyiannya duluh.Dia menatap pusara itu. "Aku tak menginginkan semua ini, Dadd. Aku hanya mendambakan hidup dengan keluarga utuh yang diawali dengan benar.Seseorang menepuk punggungnya dari belakang, ia menoleh. "Mas Hugo, Bu!"Pria yang memeluk wanita paruh baya
Satu minggu kemudian Satria sudah diijinkan pulang tetapi masih harus bed rest selama satu bulan.Regan semakin hari kesehatan semakin menurun, sebelum menyadari itu ia meminta Dara, untuk mengantarkan pada wanita-wanita yang disakitinya pertama ia mendatangi ibunya Hugo seorang wanita yang ia kagumi. Namun justru menikah dengan sahabatnya. Lalu ia pergi ke rumah penampungan wanita korban pelecehan dirinya. Matanya sembab, inikah jejak kenakalan, ia benar-benar merasa menyesal, bahkan andai mereka tidak memaafkannya dia akan ikhlas.Setelah meminta maaf kepada keempat wanita yang ada di sana ia pun pulang ke rumah di antar oleh Dara."Dara, Daddy, mau menitipkan sesuatu padamu dan tolong berikan pada Yuda setelah Daddy tidak ada," ucap Regan sambil meminta Dara mendorong kursi rodanya ke ruangan kerjanya.Ia membuka laci lalu mengambil surat dan diberikan pada Dara, "Berikan itu pada Yuda saat aku sudah tidak ada lagi dan sampaikan maafku padanya," pintanya sambil tersenyum."Dad,
Hugo meringis saat Rizal menatap horor padanya. "Kali ini aku serius, enggak main-main," ucapnya"Apa dulu kita tertukar ya, harusnya kamu anak Daddy," ucap Rizal seenaknya."Enggaklah bedah, aku gak pernah menghamili anak orang, aku cuma cium-cium doang kalau dia mau, kalau gak mau, ya engak," ucapnya cuek."Hogu, aku tanya siapa?" teriak Rizal"Aduh, jangan teriak-teriak telinga aku sakit lagian ini di rumah sakit Dokter Rizal," ucap Hugo sambil menutup telinganya lalu ia berjalan menghampiri Rizal."Ayo, ike kasih tahu siapa yang ike suka dari adik-adik elo," ucap sambil menggamit lengan Rizal sambil berjalan berlenggang-lenggok."Ogah, najis tahu, Aduh ... Gusti adikku yang mana suka sama kamu, Go," ucap Rizal mengusap wajahnyq dengan kasar.Semua yang ada di ruangan itu tertawa. "Memang kenapa aku, 'kan tampan," ucapnya sambil berdiri tegak dan berwibawa.Mereka kembali tertawa yang paling keras sendiri adalah Satria. "Waduh, sudah sembuh nih, karena om Hugo ke sini," timpal Hugo
Beberapa hari dipenuhi suka cita akan kehadiran anggota baru yaitu bayi perempuan bernama Ayana itu.Seminggu kemudian operasi transplantasi punca dilaksanakan. Bocah berusia lima tahun itu berbaring diruang operasi.Lima jam menunggu akhirnya pintu kamar operasi terbuka dan Dokter mengatakan bahwa operasi transplantasi punca telah berhasil dan pasien akan di pindahkan di ruang ICU setelah pemeriksaan lebih lanjut.Naila dan Bayu masih belum bisa lega ia harus menunggu kondisi Satria benar-benar stabil."Sayang, jangan terlalu dipikirkan, kamu sedang menyusui, biar soal Satria aku dan Daddy yang urus. Ayo aku antar pulang sama Mama ya?" tanyanya sambil menoleh ke Melati."Mama di sini saja, Bay sama Daddymu. Kamu antar saja istrimu kasihan Ayana nanti," ucap Melati pada putranya itu."Ayo kasian Ayana loh, kalau di tinggal lama-lama, yang," ucap Bayu sambil beranjak dari duduknya."Iya," jawab Naila yang dengan engan berdiri, ia begitu dilema bayinya ada di rumah sedang anak pertamany
Saat mendengar sang cucu kedua sudah lahir, Melati membujuk Herlan untuk segera terbang ke Indonesia. Herlan tak mampu menolak keinginan sang istri detik itu juga yang memesan tiket pesawat ke Indonesia.Tak banyak yang dibawa tetapi hadiah untuk menantunya tidak boleh ketinggalan. hari itu juga mereka berangkat tanpa memberi tahu anak dan menantunya ia ingin membuat kejutan. Apalagi ia juga sangat merindukan cucu lelakinya itu yang hanya bisa ditemui lewat video call.Saat cucunya jatuh sakit lagi ia ingin langsung terbang ke Indonesia untuk melihat pria kecilnya itu tetapi suami masih harus menangani masalah perusahaannya di Jepang.Sebenarnya Mereka ingin Frans yang mengurus perusahaan di Jepang tetapi untuk saat ini Frans dan Jelita belum bisa terbang ke Jepang karena kondisi Jelita sedang hamil, Jika sudah melahirkan Herlan ingin mereka segera terbang ke Jepang lalu dia dan istrinya ingin menikmati hari tua dengan hanya berkumpul dengan anak dan cucunya.Ia ingin satu bulan ke In
Setengah jam kemudian Dokter Dara kembali masuk ke ruangan bersama dokter Raka dan seorang perawat lalu Dokter Raka berdiskusi sebentar dengan Dokter Dara kemudian pria itu pun keluar.Detik berikutnya Naila merasakan sakit kembali, sang suster kembali memeriksa jalan lahir, dan sudah pembukaan lengkap.Dua jam berjuang akhirnya lahir bayi cantik yang sehat lalu bayi melakukan IMD. Naila merasa sangat legah, terlihat dari wajahnya.Bayu memeluk istrinya baru kali ini dia menemani sang istri melahirkan, rasanya tidak melihat perjuangan istri dalam melahirkan. "Trimakasih, sayang," ucapnya pada sang istri."Sama-sama, Mas, aku sangat bahagia kau ada di sampingku, dulu waktu melahirkan Satria gak sesakit ini," ucap Naila Bayu terkekeh karena teringat peristiwa saat dia mengalami sakit perut yang luar biasa hingga dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit."Kenapa tertawa?" tanya Naila menatap Bayu penuh dengan pertany
Beberapa hari kemudian semua aset sudah dikembalikan pada Naila, sekarang perusahaan itu dikelola oleh Bayu.Sementara itu Mawar yang sudah sehat setelah menggugurkan kandungannya itu kembali ke Korea dan Regan semakin hari semakin parah. Lelaki itu tidak mau di temani siapa-siapa selain perawat pria.hari berganti hari perusahaan Bayu semakin besar mempunyai banyak cabang dari dalam maupun luar negeri. Namun tidak membuatnya kehilangan waktu untuk keluarganya Usia Kandungan Naila sudah sembilan lebih, ia mulai merasakan ketidak nyamanan pada tabuhnya. Hingga siang hari ini Naila mulai mengalami kontraksi palsu Semakin lama kontraksi semakin sering, Satria yang baru saja sembuh karena kecapekan karena terlalu banyak beraktivitas melihat sang Mama meringis kesakitan pun menghampiri Mamanya."Ma, Mama kenapa? Tria panggilin Tante ya sepertinya tante sudah pulang. Apa telpon apa, Ma?" tanya Tria pada Mamanya."Panggilin Tante saja, Nak, bilang kalau Mama mau melahirkan. Biar Bik Narti
Rizal tertawa mendengar umpatan Bayu. "Sebenarnya aku kemari mencari Naila, bukan kamu.""Jangan bilang kau berubah kepribadian, gue getok kepala lo," ucap Bayu."Sebenarnya kalau ada dia lebih enak karena bisa ketemu dia langsung, kalau cuma Bapak-bapak rasanya mata kurang segar," ucap Rizal yang sedang menggoda bayu."Kamu mau Gelut ya sama aku?" tanyanya sambil tangannya mulai meraih kepala Rizal "Stop-stop aku tidak suka istrimu aku lebih suka Firda dari pada aku babak belur," ucapnya tertawa."Ya, sudah sekali lagi ku tanya kau mau apa?" tanya Bayu."Aku tadi kan sudah telpon dan bertanya kapan Naila siap dikukuhkan sebagai Presdir," protes Rizal."Presdir perusahaan mana? Kau benar-benar tidak jelas, telpon pun terburu-buru aku mau tanya sudah kau tutup," protesnya."Baiklah akan kuperjelas. Dulu Perusahaan Keluarga Naila dipegang Daddy dengan cara curang, dan sekarang dia ingin mengembalikan kepada pemil
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.