“Mommy lihat tadi kamu tidak nyaman belajar berenang. Boleh Mommy tau kenapa?” Aurora bertanya pada Felix saat mereka sedang makan malam.Zack melirik Felix yang langsung menunduk. Ia berdehem pelan untuk memberi kode pada Felix agar menjawab pertanyaan Aurora.“Felix takut, Mom.” Anak kecil itu menjawab dengan suara pelan.“Itu sebabnya kamu belajar agar kamu bisa berenang dan tidak takut lagi.” Zack menimpali.“Iya, Dad.” Felix mengangguk pelan, terlihat masih ragu.Lalu, Aurora dengan penasaran bertanya kenapa Felix takut? Karena pelatih renang mengatakan kemungkinan Felix memiliki trauma tenggelam.Felix menggeleng. Ia bilang dirinya justru tidak pernah berenang sebelumnya. Mendiang Mamanya selalu berkata bahwa berenang itu sulit dan kemungkinan bisa tenggelam, kehabisan napas lalu mati sangat besar.Aurora dan Zack tersentak mendengar penuturan Felix. Amber sangat berlebihan dalam memberikan informasi hingga membuat anak kecil ini sangat ketakutan bahkan sebelum mencoba. Zack sam
Mami dan Alzard datang saat Zack sudah berangkat ke kantor. Aurora menyambut dengan penuh suka sambil menggendong Haven. Mami langsung mengambil alih bayi tampan itu dan mendekapnya penuh kerinduan.“Tambah tampan, cucu Mami ini.” Clara menciumi wajah Haven.“Cucu Mami sekarang ada dua, lho.” Alzard mengingatkan Mami-nya.“Iya, tau!” Clara mengangguk dengan mata tetap pada Haven.Mereka berjalan ke ruang keluarga. Aurora memberitahukan suaminya bahwa Mami dan Alzard sudah datang. Zack menyempatkan melakukan videocall.“Nanti siang, aku pulang sekalian menjemput Felix di sekolah. Setelah itu kita makan siang bersama, ya.”Mami dan Alzard mengangguk. Saat Zack sudah menutup telepon, Clara dan Alzard menatap Aurora.“Jadi, Zack sudah mau berinteraksi dengan Felix?” tanya Alzard takjub.Namun, Aurora menggeleng dan membalas. “Terpaksa! Karena aku bilang tidak bisa menjemput dan harus menemani Mami dan Alzard yang baru datang.”“Ya Tuhan, anak itu. Masih saja pilih kasih.” Clara mengomenta
Sontak, semua mata memandang Felix. Anak lelaki itu menampakkan wajah galak pada Zack yang baru saja marah pada Haven.“Apa kamu sadar baru saja membentak Daddy-mu?” Alis Zack terangkat tinggi.“Daddy membuat Haven menangis!” Felix membalas dengan berani.Aurora segera menghampiri Zack. Sementara Clara memegang Felix. Aurora membawa Zack masuk ke dalam kamar.“Sabar dong, Zack.”‘Kamu lihat sendiri, anak itu membentakku, Sayang.” Zack memberengut.“Kamu tau kenapa? Karena ia melihat kamu marah pada Haven dan Haven jadi menangis. Tandanya, Felix tidak suka melihat adiknya sedih.”Zack lalu beralasan bahwa ia sempat khawatir saat menggendong Haven yang meronta. Tubuh bayi itu basa dan agak licin. Zack sangat takut putranya jatuh hingga tak sadar marah pada Haven.“Iya, aku lihat. Kalian tidak bersalah. Hanya masing-masing emosi dan beda perlakuan dengan Haven.”Akhirnya Zack mengalah. Ia masuk ke kamar mandi untuk membilas diri dari air kolam renang. Aurora segera menuju kamar bayi di m
“Terus-terang, Daddy tidak banyak tau tentang Mamamu.” Zack membaca secarik kertas yang memuat tugas Felix.Setelah makan malam, Zack akhirnya masuk ke kamar Felix. Aurora dengan tegas mengatakan Zack harus membantu Felix menyelesaikan tugasnya.Felix memberikan secarik kertas tentang pengumuman tema materi di sekolah minggu ini adalah keluarga. Zack mengembuskan napas berat kala tau pembahasan tentang Amber ini masih akan berlangsung.“Apa Daddy tau, nama asli Mama sebenarnya bukan Amber?” tanya Felix.“Tidak.” Zack membalas tak perduli.Tetapi ia tau, wanita yang menemaninya memang jarang menggunakan nama asli. Dan ia tidak pernah merasa penasaran dengan hal tersebut. Tidak penting, bukan?“Ini nama asli Mama Amber.”Zack mengerutkan kening menerima data dari Felix. “Dapat darimana?”“Rumah sakit tempat Mama dirawat.”Kertas itu dikembalikan Zack pada Felix. Pembicaraan ini mulai lebih jauh dan Zack sangat tidak menyukai tema obrolan ini. Bukankah lebih baik ia bersama Aurora?“Ya s
Suara itu seketika hilang. Zack terduduk tegak. Ia mengamati Aurora yang tetap tidur dan tidak terganggu suara-suara dari luar.Penasaran, Zack mengenakan mantel piyamanya lalu keluar dari kamar. Sepi. Ia berjalan ke ruang utama rumah.Di sana, Zack melihat Jeff dan beberapa sekuriti berkumpul. Ada tiga orang yang sedang dipegangi sekuriti yang membuat dahi Zack berkerut.“Ada apa ini?” Zack mempercepat langkahnya.Setelah dekat, Zack bisa melihat jelas siapa yang sedang ribut-ribut di rumahnya. Keluarga Amber ternyata menerobos masuk untuk mencari Felix.“Bagaimana kalian bisa membukakan gerbang untuk orang tak dikenal ini?” Zack mendengus kesal pada penjaga gerbang.“Mereka beralasan mereka adalah keluarga Tuan Muda Felix. Bahkan menunjukkan beberapa foto kebersamaan Anda dan Felix yang sedang makan bersama.” Penjaga menunduk dan menjawab dengan nada menyesal.Zack mengibaskan tangan. Penjaga itu segera pergi untuk bertugas kembali. Bukan salah para penjaga karena ia memang tidak ta
Tentu saja tidak adalah jawaban dari pertanyaan Aurora. Esok paginya, Zack mengirim Zavian ke sekolah Felix. Asisten pribadi Zack itu menyampaikan beberapa poin yang merupakan keberatan Zack.“Saya hanya menuruti perintah Bos saya.” Zavian menjawab saat kepala sekolah mempertanyakan mengapa bukan Zack sendiri yang datang.Kepala sekolah itu terlihat tersenyum dan mengangguk bersamaan. Ia memohon maaf karena belum bisa menyetujui pendapat Zack mengenai penghapusan tema keluarga pada materi pembelajaran.Zavian yang sebenarnya mengerti memberikan anggukan kepala lalu berpamitan. Di perjalanan kembali ke kantor, ia menelepon Zack dan memberikan laporan terkait pertemuannya dengan kepala sekolah.“Aku jadi tidak suka dengan sekolah itu. Cari sekolah lain. Aku akan memindahkan Felix ke sekolah yang tidak memiliki materi pembelajaran tentang keluarga!”“Jangan berlebihan. Kenapa tidak mencari cara lain saja?”&l
Zack menghela napas panjang. Apa lagi ini. Baru sampai rumah, Felix sudah meminta sesuatu yang membuat moodnya semakin turun.“Tidak!” Zack berkata tegas sambil melewati Felix.“Lalu, bagaimana aku memperlihatkan foto Mama saat presentasi?” Kaki-kaki kecil Felix berlari-lari menyusul langkah panjang Zack.“Bilang saja tidak ada foto.” Zack kembali berkata tegas.“Apa aku boleh menggunakan foto Mommy?”Langkah Zack kini terhenti. Lelaki itu membalik tubuh dan menunduk menatap anak kecil di bawahnya.“Kenapa dengan foto Mommy?”“Aku harus memperlihatkan foto keluarga. Keluarga itu terdiri dari aku, Orang tua dan saudara kandung.”“Kamu harus tanya pada Mommy lebih dulu.”Felix mengangguk. Ia berkata ingin juga memasang foto Haven. Zack pun menjawab, ia akan mendiskusikannya dengan Aurora.“Diskusi apa?” Tiba-tiba, Aurora datang dengan menggendong Haven.Wajah Zack yang sejak datang tadi datar kini menampakkan senyum. Ia segera mencium pipi Aurora, lalu mengambil Haven. Lelaki itu kini s
“Kita harus membawa Felix ke psikolog.” Clara menggeleng-geleng.Setelah mengantar Felix ke kamar dan meminta anak lelaki itu tidur, Aurora, Zack dan Clara berkumpul di ruang keluarga. Aurora menemukan berlembar-lembar gambar Felix di laci meja belajar.“Bagaimana kamu menemukan ini?” tanya Clara sambil mengangkat kertas-kertas gambar Felix di tangannya.“Aku mau memasukkan perlengkapan gambar Felix ke laci. Di dalam sana ternyata Felix menyimpan gambar-gambar itu.”Felix tidak marah saat Aurora meminta gambar-gambar tersebut. Bahkan anak lelaki itu tersenyum bangga saat Aurora berkata semua gambarnya bagus.Zack mengambil satu lembar yang merupakan tugas presentasi Felix tentang keluarga. Sebuah gambar anak lelaki di dekat makam bertuliskan nama Amber, wanita yang menggendong bayi serta anak lelaki di samping bayi. Juga lelaki dewasa tinggi yang berdiri di samping wanita.Uniknya, foto bayi di sana diberi lingkaran di atas kepalanya. Sedangkan foto wanita diberi sayap seperti malaika
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint