Ansel dan yang lain menunggu aruna dikuret. Mereka duduk di depan ruang operasi, Ansel hanya diam sambil menatap kosong pintu ruang operasi. Ayana melihat Ansel yang sangat terpukul karena kejadian ini. Dia memegang telapak tangan putranya itu tapi tak mendapat respon apa pun dari Ansel. Saat semua orang menunggu, Clay dan managernya datang bersama dengan Siska. “Pak.” Siska yang menyapa Langit lebih dulu. “Kenapa kalian di sini?” tanya Langit saat melihat Siska juga Clay di sana. “Bagaimana kondisi Bu Runa?” tanya Siska memastikan. Dia dan Clay ke ruang operasi setelah diberitahu perawat. “Tidak baik, tapi doakan yang terbaik untuknya,” jawab Langit. Siska sepertinya langsung paham maksud Langit, apalagi dia melihat darah di tangan Ansel saat menggendong Aruna. “Pak, kami ke sini karena Pak Clay bilang kalau ada kejanggalan dari jatuhnya lampu itu,” ujar Siska menjelaskan. Langit sangat terkejut mendengar ucapan Siska. Dia langsung menoleh Clay yang ada di samping Siska. Se
“Oma, Mami dan Papi ke mana? Kenapa tidak pulang?” Emily langsung melontarkan pertanyaan ke Bintang saat bertemu dengan wanita itu di pagi hari. Bintang terkejut mendengar pertanyaan Emily. Sejak kemarin Emily tidak tahu dengan yang terjadi, bahkan ditinggal seharian hanya bersama pembantu. “Mami dan Papi sedang ada urusan, tapi sore ini pulang. Emi jangan cemas, ya.” Bintang mencoba menenangkan. Dia tersenyum meski wajahnya sedikit sembab. Emily terlihat sedih karena Ansel atau Aruna tak ada yang menghubunginya sama sekali. “Emi, sekarang siap-siap ke sekolah dulu. Nanti oma yang antar, ya.” Bintang berusaha bersikap biasa karena takut membuat Emily sedih. Emily mengangguk-anggukan kepala walah sedih. Dia lantas kembali ke kamar untuk bersiap sekolah. Bintang langsung menutup mulut untuk menahan tangis setelah Emily pergi. Dia tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Emily jika tahu kalau sudah kehilangan calon adiknya sedangkan gadis kecil itu sangat mengharapkan kehadiran seo
“Kita beritahu Runa saat sudah di rumah saja. Dia baru saja bisa tenang, kasihan jika kembali memikirkan kecelakaan yang terjadi karena ulah seseorang,” ujar Langit saat bicara berempat dengan orang tua Ansel. “Jadi memang benar kejadian lampu jatuh itu disengaja oleh seseorang?” tanya Deon memastikan. “Iya, karena ada saksi yang melihat hal mencurigakan. Hanya saja kita butuh bukti lebih banyak sebab pelaku tidak terekam kamera pengawas saat melancarkan aksinya. Tapi polisi sudah mengumpulkan semua rekaman kamera Cctv di tempat itu untuk diselidiki,” jawab Langit menjelaskan. Ayana, Bintang, dan Deon pun diam mendengar jawaban Langit. Mereka tentunya ikut berpikir siapa sebenarnya yang berusaha mencelakai Aruna. “Siapa pun pelakunya, aku tidak akan melepasnya. Dia tak hanya mencelakai Runa, tapi juga sudah membuat calon cucu kita tiada,” geram Ayana karena yang paling menyesakkan adalah kehilangan calon bayi Aruna. “Lihat saja kalau tertangkap. Aku akan membuatnya menyesal sudah
“Oma, kenapa Mami belum pulang juga? Aku kangen dari kemarin belum pulang.” Emily menatap Ayana yang siang tadi menjemputnya sekolah kemudian menemani di rumah Bintang. “Habis ini Mami pulang, Emi jangan cemas, ya.” Ayana bicara sambil mengusap kepala Emily. “Biasanya Mami dikit-dikit telepon kalau pulang telat, tapi kenapa sekarang tidak?” Emily mengeluh karena merasa diabaikan oleh Aruna. Dia bicara sambil menggambar tugas yang diberikan gurunya. Ayana pun hanya diam mendengar ucapan Emily. Dia tak bisa berkata-kata untuk menjelaskan apa yang terjadi karena yakin Emily belum paham. Aruna pun akhirnya pulang bersama Ansel juga kedua orang tuanya. Saat baru saja menginjakkan kaki di rumah, Aruna melihat Emily yang berlari ke arahnya. “Mami!” Emily terlihat sangat senang melihat kepulangan Aruna. Melihat Emily yang begitu bersemangat menghampirinya, entah kenapa membuat Aruna hendak menangis lagi. “Mami, kenapa pergi tidak bilang-bilang? Aku jadi kangen,” ucap Emily sambil men
“Ini bukti yang daddy dapat. Di foto ini terlihat jelas kalau talinya dipotong, lalu ini tampak bayangan seseorang berada di dekat tiang, tepat saat lampu itu jatuh,” ujar Langit menjelaskan karena Ansel bertanya tentang informasi yang diberikan Clay waktu itu. Ansel melihat foto yang ada di ponsel Langit. Dia lantas memperhatikan dengan baik-baik setiap foto yang ada di sana. “Polisi sedang menyelidiki kasus ini, daddy juga masih menunggu informasi lebih lanjut karena tak ada saksi yang melihat langsung pelakunya,” ucap Langit lagi. Ansel menghela napas kasar mendengar ucapan mertuanya itu. Terlihat jelas rasa lelah tapi bercampur amarah saat tahu jika memang ada yang berniat mencelakai istrinya. “Aku juga akan meminta orang mencari tahu, Dad. Kita tidak bisa hanya mengandalkan polisi saja,” ucap Ansel masih sambil memperhatikan setiap foto yang ada. Langit menatap Ansel yang begitu serius. Dia pun memahami bagaimana perasaan menantunya itu saat ini. “Ya, kita harus melakukan y
“Mi, kalian sudah menjenguk Runa?” tanya Hanzel saat sarapan bersama keluarganya. “Jenguk? Memangnya Runa kenapa?” tanya ibu Hanzel. Hanzel terkejut karena orang tuanya tidak tahu. Dia sampai menatap keluarganya bergantian. “Jadi, kalian tidak tahu?” tanya Hanzel balik. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan Runa?” tanya ayah Hanzel. “Bintang juga tak memberitahu apa pun,” timpal nenek Hanzel. Hanzel mendadak merasa bersalah sudah menanyakan soal Aruna. Dia menebak jika keluarganya memang belum diberitahu. “Kemarin aku dapat kabar kalau Runa keguguran,” jawab Hanzel. Keluarga Hanzel pun sangat terkejut mendengar jawaban pria itu. “Tapi kenapa tak ada yang memberitahu oma?” Wanita tua itu tak percaya dengan yang dikatakan Hanzel. “Kupikir kalian sudah tahu. Mungkin memang tidak memberitahu karena ada alasan lain. Bisa saja Bibi takut kalau Runa semakin sedih jika kita ke sana menjenguk,” ujar Hanzel menjelaskan. Semua orang pun sedih mendengar penjelasan Hanzel. Mereka memikir
“Kamu tahu soal kecelakaan di belakang panggung waktu itu. Entah ini kebetulan atau tidak, kamu melihat pria yang mencurigakan. Apa kamu tidak berniat memberitahu seperti apa wajahnya?” Ansel mulai bertanya tapi sikapnya terkesan sedang mengintimidasi. Dia hanya mencoba bersikap tegas agar tidak ada satu pun yang menyepelekannya. Clay menatap Ansel sambil mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria itu. Dia membuang napas kasar, lantas membalas, “Aku tidak bilang kalau melihat wajah pelaku. Aku hanya melihat bayangan di sekitar tiang sebelum lampu itu jatuh.” Ansel memperhatikan Clay yang bicara dengan begitu santai. “Saat aku sedang bicara dengannya. Aku melihat sekelebat bayang aneh yang menurutku mencurigakan. Lalu, lampu itu jatuh. Bukankah bisa dibilang kalau memang ada yang ingin mencelakainya,” ujar Clay lagi. Ansel diam mendengarkan apa yang dikatakan Clay. Semua video yang merekam tempat kejadian, tak ada yang mencurigakan dari orang-orang yang ada di sana. “Aku masih syo
“Kamu sudah pulang.” Aruna menyambut Ansel penuh senyum saat suaminya itu baru saja masuk kamar. Ansel sampai berhenti melangkah melihat Aruna tersenyum seperti itu. Aruna mendekat ke Ansel sambil mempertahankan senyumnya. Dia mengambil jas yang ditenteng Ansel, lantas melepas dasi suaminya itu. “Kamu sudah lapar? Mau minum kopi atau teh? Biar aku buatkan,” ujar Aruna sambil menarik dasi dari kerah. Ansel tak membalas ucapan Aruna. Dia masih menatap Aruna dengan ekspresi wajah cemas, apalagi sikap Aruna berbeda dari pagi tadi. “Kenapa aku tanya tidak dijawab? Apa ada yang salah?” tanya Aruna sambil menatap Ansel yang hanya diam. “Kamu sudah baik-baik saja?” tanya Ansel dengan tatapan cemas. Aruna tersenyum mendengar pertanyaan Ansel. Dia lantas memeluk suaminya itu. “Aku baik-baik saja, terima kasih karena sudah ada di sampingku saat masa terpurukku. Aku menyadari jika ada beberapa hal yang tak bisa aku ubah juga sesali. Aku bersyukur ada kamu dan Emi yang selalu menghiburku,”