Share

Hanya Saudara

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-20 10:28:26

Milea mengantar Hanzel menemui Jill setelah kondisi suaminya itu membaik. Saat sampai di kamar Jill, di sana ada orang tua dan adik Jill.

“Kalian datang, sini duduklah.” Ibu Jill sangat ramah karena merasa berhutang budi dengan kebaikan Hanzel.

Hanzel dan Milea hanya tersenyum sambil mengangguk, lantas Milea membantu Hanzel duduk.

“Bagaimana kondisimu? Maaf belum melihatmu setelah operasi,” ucap ibu Jill.

“Tidak apa Bibi, kalian juga pasti sibuk mengurus Jill,” balas Hanzel.

Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk mendengar ucapan Hanzel.

“Kami sangat berterima kasih dengan kebaikanmu. Jika ada sesuatu yang kamu inginkan dari kami, katakan saja. Pasti akan kami kabulkan,” ucap ayah Jill sambil menatap Hanzel.

Hanzel menoleh ke pria paruh baya itu, lantas membalas, “Tidak usah terlalu berlebihan, Paman. Runa sepupuku sedangkan dia istri dari keponakan Paman, anggap saja aku membantu saudara. Bukankah begitu, Jill?”

Hanzel menatap Jill, tampaknya dia ingin menganggap wanita itu sebagai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
wardah
mil percaya sama Hanz klo dirimu satu satunya yg ada dihati hanz
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
namanya juga ngidamnya orang hamil ans ya pasti ngidamnya mangga muda kalau ngidam apartemen ya bukan ngidam namanya
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
semoga saja paska pendonoran itu Hanz sehari2 aja ga sakit Aruna ngidam minta kapal pesiar aja hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Sangat Manja

    “Kamu benar-benar akan ke Jerman?” Jean yang hari itu datang ke rumah sakit, langsung menanyakan niat sang sepupu ingin ke Jerman. “Iya, nanti setelah sembuh total. Aku berencana mengurus hotel yang ada di sana,” jawab Jill sambil menatap Jean yang berdiri di samping ranjang. Jean menatap Jill yang masih bisa tersenyum setelah hal yang dilalui. “Kamu pergi bukan untuk menghindari pria itu, kan? Tapi ada bagusnya pergi daripada kamu sakit hati,” ucap Jean masih tak menyukai Hanzel. Jill hanya tersenyum mendengar ucapan Jean. Dia menarik napas panjang lantas mengembuskan perlahan sambil menatap jendela. “Aku akan lebih tenang jika tak melihatnya. Bukan aku patah hati atau tidak bisa melepas, hanya saja ini akan jadi bagian caraku untuk tak membuat orang lain merasa tak nyaman. Hanz dan Milea sangat baik kepadaku, aku tak bisa menjadi bayangan di antara mereka,” ujar Jill menjelaskan. Jean pun terdiam mendengar ucapan Jill. Dia tahu bagaimana effort Jill agar bisa bersama Hanz

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Akhirnya Siap

    Winnie menatap Bumi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Suaminya itu tampak berjalan ke meja rias, lantas mengambil sisir.Bumi berdiri di meja rias, lantas menyisir rambut yang setengah basah hingga tatapannya tertuju ke pantulan bayangan Winnie yang terlihat di cermin.“Ada apa, hm?” tanya Bumi saat melihat Winnie terus memandangnya.Bumi membalikkan badan, lantas menatap Winnie yang duduk di atas ranjang.Winnie memandang suaminya yang kini menatap dirinya. Dia hanya menggeleng menjawab pertanyaan Bumi.Bumi pun mendekat ke ranjang, lantas duduk di hadapan Winnie.“Kenapa kamu diam saja? Apa tadi Aruna dan yang lain mengatakan sesuatu yang membuat tak enak hatimu?” tanya Bumi sambil menarik telapak tangan Winnie untuk digenggam.“Tidak, mereka baik-baik, bagaimana bisa mengatakan hal tak baik,” jawab Winnie.“Lalu, kenapa kamu jadi mudah melamun?” tanya Bumi karena sejak siang tadi dia melihat Winnie banyak diam.Winnie menatap Bumi yang selalu sabar terhadapnya, hingga berpiki

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Semakin Manja

    “Bagaimana kabarnya bayi kita?” tanya Ansel sambil mengusap perut Aruna yang sudah besar. “Dia baik, sangat baik dan sehat,” jawab Aruna sambil menatap Ansel yang sedang menyentuhkan telinga di perutnya. Ansel mengangkat kepala, lantas menatap Aruna yang duduk sambil memandangnya. “Besok jatah kontrol, kan?” tanya Ansel. “Iya, kamu mau nemenin?” tanya Aruna balik setelah menjawab pertanyaan Ansel. “Iya,” jawab Ansel begitu semangat. “Yakin? Ntar kayak kemarin katanya mau nemenin tapi malah ada rapat dadakan,” ujar Aruna agak kecewa karena sebelumnya Ansel tak bisa menemaninya. “Iya maaf, tapi kali ini tidak akan ada rapat dadakan. Aku sudah memastikan,” balas Ansel meyakinkan. Aruna pun tersenyum mendengar balasan Ansel. Usia kandungannya kini sudah memasuki tujuh bulan. Perutnya tampak besar kadang membuat Aruna susah bergerak dan sulit tidur. “Baiklah, awas saja kalau sampai ga bisa ikut lagi. Aku akan merajuk tujuh hari tujuh malam,” ancam Aruna. “Ibu hamil dilarang gampan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Semua Panik

    “Kai kenapa murung?” tanya Emily saat melihat Kai masuk kelas.Kai meminta sekolah bersama Emily, harus sekelas sehingga dia melakukan tes dan hasilnya bisa sekelas dengan Emily meski umur mereka selisih satu tahun.Kai melipat kedua tangan di atas meja, lantas meletakkan dagu di atas punggung tangan.Emily duduk di depan Kai, menatap bocah itu yang terlihat sedih.“Tadi aku dengar Mama dan Papa bahas mau punya adik,” ucap Kai.“Kan bagus kalau punya adik,” balas Emily bingung kenapa Kai sedih.Kai mengangkat kepala, lantas menatap Emily.“Nanti Kai ga disayang lagi, yang disayang pasti adiknya,” ucap Kai dengan mimik wajah sedih.Emily terlihat berpikir, lantas kembali menatap Kai lagi.“Tidak juga, nyatanya Mami sama Papi tetap sayang aku, padahal mau punya adik,” balas Emily.Kai tetap sedih meski Emily berkata jika dugaannya itu salah.“Memangnya benar kalau Aunti hamil seperti mamiku?” tanya Emily memastikan.Kai diam mendengar pertanyaan Emily, hingga kemudian menjawab, “Entah, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   Kakak Cantik

    “Dia tampan sekali.” Bintang menimang cucunya yang menggemaskan. “Dia sangat mirip Ans saat bayi,” ucap Ayana yang berdiri di samping Bintang sambil menusuk-nusuk pelan pipi chubby bayi Aruna. Aruna langsung dibawa ke rumah sakit setelah melahirkan, bayinya pun sempat diinkubator beberapa jam meski berat badannya di atas berat ideal bayi yang baru lahir. Ansel duduk di samping Aruna yang ada di ranjang. Dia menautkan jemari mereka sambil menatap para kakek-nenek yang tampak sangat bahagia. “Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tanya Ayana sambil menatap Ansel dan Aruna. “Tentu saja sudah,” jawab Ansel lantas menatap Aruna penuh cinta. “Evano Aryastya Abimanyu. Emily menyumbang nama Evano, jadi kami pakai nama itu,” ujar Aruna menjelaskan nama putranya. “Namanya bagus,” balas Ayana lantas kembali fokus ke cucunya. Aruna dan Ansel senang karena semua orang bahagia, hingga beberapa saat kemudian kehebohan terjadi saat Emily dan Kai datang. “Mana adiknya?” Emily masu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Membantu Lagi

    “Selamat, ya.”Jean langsung memberi selamat setelah memberikan hadiah untuk anak Aruna ke Ansel.“Terima kasih,” ucap Aruna senang dengan kedatangan Jean di sana.Ansel duduk di samping Aruna yang sedang menyusui bayi mereka.“Siapa namanya?” tanya Jean sambil menatap bayi Aruna yang menggemaskan.“Evano,” jawab Ansel.“Dia tampan sekali,” puji Jean sambil menatap haru ke bayi itu.“Tentu saja, papinya saja tampan paripurna seperti ini,” balas Ansel penuh percaya diri.Jean langsung memukul lengan Ansel karena gemas.“Heh, jatah baik-baik saja muji sendiri!”Jean geleng-geleng kepala.Aruna tertawa kecil melihat interaksi Ansel dan Jean yang tidak pernah gagal saat berdebat.“Ya, gimana. Masa tampan seperti orang lain? Kalau bayinya tampan, benerkan itu karena papinya tampan.” Ansel membela diri.“Narsis,” ledek Jean.Ansel tertawa, lantas menoleh sekilas ke Evano yang sedang menyusu.“Bagaimana kanar Jill?” tanya Ansel karena lama tak menghubungi sepupunya itu.“Dia baik, sekarang f

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Keluarga Dokter

    “Kamu bicara dengan siapa?” tanya seorang pria memakai jas dokter saat melihat wanita yang dibantu Jean masuk ruangan itu.“Oh, sama gadis baik. Dia yang menolongku waktu malam-malam mobilnya mogok, tadi ketemu lagi terus dia bantu bawakan ini,” ucap wanita paruh baya itu sambil meletakkan paper bag yang dibawa.“Bagaimana kondisi Mama?” tanya wanita itu sambil menatap sang mertua.“Lumayan bagus,” jawab pria yang tak lain suami wanita yang ditolong Jean.“Dia memberiku kartu nama ini. Katanya kalau aku butuh bantuan, bisa langsung menghubunginya. Sepertinya dia mengira aku kurang mampu,” ucap wanita itu lantas tertawa kecil. Bukannya marah karena Jean menganggapnya seperti itu, tapi wanita itu malah merasa lucu.Sang suami yang seorang dokter ortopedi pun geleng-geleng kepala mendengar ucapan sang istri yang memang suka berpakaian sederhana hingga dikira orang biasa.“Kamu ini suka sekali mengerjai orang,” ucap pria itu.“Bukan menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Mantan Rese

    “Jangan aneh-aneh. Ga ada acara mau tinggal ke Jerman. Kalau kamu pergi, yang bantu papamu siapa? Terus yang bisa nemenin mama siapa? Kalau mama atau papa sakit, sekarat, mati, kamu ga bakal bisa nemenin.”Jean sangat terkejut mendengar ucapan sang mama sampai membahas mati hanya karena dirinya izin mau ke Jerman.“Sayang, tahan emosinya. Jangan marah seperti itu. Jean hanya minta izin, bukan berarti keharusan. Iyakan, Jean?” Sang papa menoleh ke Jean agar mengiakan ucapannya.Jean memanyunkan bibir mendengar ucapan ayahnya, apalagi sang mama terlihat sangat kesal.“Iya, aku hanya tanya saja. Mama tidak usah heboh seperti itu,” timpal Jean agar amarah sang mama tidak semakin membuncah.Ive—ibu Jean, menyipitkan mata ke arah putrinya itu.“Awas saja bahas pengen tinggal ke luar negeri lagi. Mama rantai kamu di kamar,” ancam Ive.Jean melirik sang papa, hingga pria itu hanya mengangguk meminta Jean menuruti ucapan sang mama saja.**Siang itu Jean pergi ke kafe untuk membeli kopi setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23

Bab terbaru

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Tak Senang

    “Yang ini nanti kamu kirim ke bagian marketing. Jangan lupa minta untuk dicek ulang,” perintah Jean ke sekretarisnya.“Baik, Bu.” Sekretaris Jean mengangguk.Jean memberikan berkas yang baru dicek. Dia lantas kembali mengurus berkas lainnya yang bertumpuk di mejanya.Saat sedang fokus ke berkas, tiba-tiba saja telepon kabel di mejanya berdering, membuat Jean menjawab panggilan itu lebih dulu.“Selamat siang Bu Jean, ada seseorang yang ingin menemui Anda tapi belum membuat janji. Anda ingin menemuinya atau tidak?” tanya staff resepsionis dari seberang panggilan.Jean mengerutkan alis mendengar pertanyaan resepsionis.“Siapa?” tanya Jean penasaran hingga dia terdiam mendengar nama yang disebutkan resepsionis.Jean menutup panggilan itu, lantas memilih keluar dari ruangannya untuk menemui orang yang mencarinya.Jean pergi ke lobi, hingga melihat pria yang berdiri membawa sebuah paper bag.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya Jean sambil menatap Arthur yang datang menemuinya.Arthur membalikka

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Hanya Memastikan

    Raja tersenyum melihat Jean keluar memakai celana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu mau berganti pakaian hanya karena dirinya memaksa ingin mengantar.“Besok aku akan membawa mobil,” ucap Raja sambil menyodorkan helm ke Jean.“Kamu tidak perlu menjemputku setiap hari,” balas Jean sambil menerima helm dari Raja lantas memakainya.Siapa sangka Raja mendekat ke Jean, lantas membantu memasang tali pengaman helm.Jean cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Raja, tapi dia berusaha untuk tenang.“Aku suka melakukannya,” balas Raja setelah selesai memasang tali helm sambil menatap Jean.Jean mengalihkan pandangan dari pemuda itu, bahkan menggeser posisi agar tak terlalu dekat dengan Raja.“Bisa kita berangkat sekarang?” tanya Jean karena mulai salah tingkah melihat tatapan Raja.Raja hanya mengulum senyum, lantas naik ke motor disusul Jean. Pemuda itu pun melajukan motor meninggalkan rumah Jean.Di rumah, ayah Jean keheranan karena mobil putrinya masih di garasi.“Jean ke kantor naik ap

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Menepati Ucapan

    [Jill, jika ada yang menyukaiku, tapi tak sesuai ekspektasiku. Apa yang harus aku lakukan?]Jean mengirimkan pesan ke Jill karena tak tahu harus bagaimana mengatasi masalah yang sedang dialaminya.Jean duduk di kasur sambil menatap pesan yang baru saja dikirimkan ke Jill. Hingga beberapa saat kemudian pesan itu dibaca sepupunya itu.[Fokus pada keinginan awalmu, Jean. Baru kamu bisa memutuskan apa yang kamu inginkan.]Jean membaca pesan dari Jill, memang tak banyak membantu tapi setidaknya itu bisa membuatnya tenang. Dia pun mengirimkan balasan terima kasih ke sepupunya itu, lantas mengembuskan napas kasar.Hari berikutnya, Jean sarapan bersama kedua orang tuanya seperti biasa.Ive terlihat menatap Jean yang makan tanpa bicara, banyak perubahan yang membuat wanita paruh baya itu sedih.“Akhir minggu ini, bagaimana kalau kita Me Time bersama, Jean?” tanya sang mama ingin kembali mempererat hubungan keduanya.Jean memandang sang mama, lantas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status