Retakan kehampaan benar-benar memenuhi udara, seperti kaca mobil yang pecah, tapi masih saling menempel. Luapan energi terhenti, membuat Akara dan yang lainnya dapat membuka pelindung. Namun, ada luapan yang lebih tenang. Energi kegelapan layaknya gumpalan bayangan yang jatuh ke bawah.
Beberapa saat kemudian luapan bayangan terhenti. Tubuh tua renta yang sakit-sakitan telah berubah, menjadi lebih tegap dan bugar berselimutkan energi hitam. Tanduk emasnya yang patah tidak berubah, tapi ada cakar tajam dan bilah yang menempel terbalik di lengannya. Dada yang lebar, dengan perut ramping yang diselimuti deretan sisik seperti tulang rusuk yang rapat....Kota Tunggul Tua, tepatnya di sebuah balkon di salah satu sisi bangunan menggantung, tiga orang laki-laki duduk dengan ditemani kopi di atas meja."Pelelangan Raga, apa kalian masih melakukannya?" Pemuda berjubah hitam melontarkan pertanyaan kepada kedus pria bertanduk emas yang duduk di depannya. Ia teri"Aku ingin bertarung bersama kalian, tapi pijakanku di klan Replik benar-benar rapuh. Jikalaupun mereka mendengar pendapatku, aku tidak yakin klan lain memiliki kepercayaan kepada klan Replik." Dewa Aurania menghela napas pelan, dengan bibir merahnya yang merekah."Kebetulan sekali!" Dewa Luwang melepaskan matanya dari pemandangan kota, melihat wajah gadis yang matanya tertutup kain. "Regera memintaku melelang tubuhnya agar dapat masuk wilayah klan Replik!" lanjutnya membuat Aurania menoleh, dengan angin yang tiba-tiba berhembus membuat rambut putih panjang mereka tersapu angin. ...Cahaya menyorot ke satu lokasi, sebuah altar panggung yang seakan berada di dasar sumur raksasa. Namun, dalam kegelapan dinding di sekitarnya, deretan ruangan berjejer dengan tinggi beberapa tingkat. Muncullah sekelebat kain hitam lusuh di atas panggung, berkumpul menjadi sosok pria Sheva bertanduk emas. Tongkat hitam di tangannya ia ketukkan beberapa kali ke la
Wilayah klan Replik. Baru sadar ternyata mirip dengan batu pencakar langit di kota laut panas. Namun, yang menjulang ke atas bukan sekedar batu, tapi layaknya pulau dwngan segala ekosistemnya. Wilayah yang indah dan hampir di setiap pulau menjulang ada aliran airnya, menghidupi flora yang tumbuh subur memenuhi seluruh sisi. Air yang tak kuat di tampung berjatuhan di dindingnya yang lembab dan masih diselimuti lumut dan tanaman lain. Terus jatuh hingga kepulan lautan awan, terus turun hingga cahaya semakin samar dan tanaman tak lagi dapat tumbuh di sana. Di balik lautan awan, hanya ada cahaya remang-remang di beberapa titik, tapi ada aktivitas ramai di dasar sana. Kota yang ramai seperti wilayah lainnya, tapi ada yang aneh dengan penampilan mereka. Anak-anak hingga usia muda masih berpenampilan persis layaknya manusia, tapi di usia tua mereka tidak hanya keriput, tapi menjadi hitam kehijauan layaknya membusuk. Bahkan, cukup banyak gumpalan jiwa tanpa tubuh yang be
Pemimpin Fraksi kembali melanjutkan hasutannya. "Salah satu keahlian yang dicuri adalah Aura Alkemis. Dapat digunakan untuk membantu pemurnian pil dan menempa. Sayangnya kemampuan itu digunakannya untuk menyusup dan menghasut klan Vasto. Alhasil klan Vasto terhasut dan lepas tangan dari Fraksi, tapi akhirnya, mereka dihianati oleh Regera. Peninggalan Dewa Penempa Iblis Hijau rampas semua, bahkan jiwa Dewa Penempa juga diambil olehnya!"Para warga langsung bertanya-tanya, lalu ada kompor yang bersaksi. "Benar! Para Zur bahkan diserang saat ekspedisi reruntuhan! Sampai terjadi pertarungan besar di luar kota Laut Panas!" Para warga semakin terhasut dan pemimpin Fraksi melanjutkan ucapannya. "Tidak hanya itu, Regera juga bekerjasama dengan keturunan Tanduk Emas. Mereka menculik seorang Zurrark klan Sheva dan menuduh Fraksi Cahaya Ilahi yang melakukannya. Sama seperti klan Vasto, klan Sheva juga terhasut hingga melepaskan diri dari Fraksi.
"Kalian masih saja termakan omongan orang-orang tua itu!" Aurania menaikkan nada bicaranya, tapi bukan berteriak dan hanya lebih tegas. "Apanya?! Kau ingin membuat klan kita memakai aura rendahan alam bawah? Klan Replik yang selalu ditakuti klan lain, malah kau injak-injak sendiri dengan aura rendahan!!" "Apa ingin mengorbankan seluruh klan Replik untuk menjilat mereka?!" teriakan Aurania tertahan giginya yang merapat, juga dapat terlihat kedua tangannya mengepal erat. Salah satu pemuda langsung mengorek telinganya perlahan, merasa risih dengan teriakan kedua gadis. "Kalian terlalu banyak omong." Dimensi di sekitarnya melebur, menjadi potongan kecil yang langsung terhisap kegelapan dan terus melebar. Akara dan Aurania hanya mengikuti pergerakan dimensi yang melebur semakin lebar, hingga tidak butuh waktu lama runtuh sepenuhnya. Mereka berada dalam kegelapan, dengan luapan energi gelap bergerak seperti asap di bawah sana. Ki
"Lisa, kamu mengurung mama selama berapa hari?!" Serin berbicara dengan nada mengancam dari dalam domain milik Akara, tapi anak gadisnya masih tiduran di lengan kakaknya, hanya ada selimut putih yang menyelimuti tubuh mereka. "Mama berisik, masih mending Alice buka sekarang," jawabnya sambil mengusap lembut dada kakaknya dengan jari-jari lentiknya. Ia mengurut lokasi yang sebelumnya ada bekas luka, tapi kini sudah kembali seperti semula. "Tidak nyesel kamu memulihkan luka kakakmu? Padahal kamu bisa lebih lama bersama kakakmu jika mencari pengobatan secara perlahan-lahan,"Mendengar godaan mamanya, kesedihan langsung memenuhi wajah cantiknya. Namun, senyuman kembali merekah di bibir merahnya yang basah. "Tidak apa-apa mama, Alice lebih terluka jika melihat kakak menderita,"Tubuh Alice semakin merapat saat tangan Akara meraih pinggang rampingnya."Sudah bangun kak?" tanya Alice sembari melihat wajah kakaknya yang membuka matany
Sama seperti reaksi para Vasto, reaksi para warga di kota dengan atap tulang punggung raksasa tidak berbeda. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat pemuda yang bersama kecantikan itu. Mereka memuji tentang beberapa kejadian yang Regera lakukan hingga menggemparkan Alam Danirmala. Mendengar pujian yang tidak hanya tentang kecantikannya, terlebih lagi kepada kakaknya, Alice langsung mengeratkan pelukan di lengan Akara dan mengangkat wajahnya. Ia tersenyum begitu manis tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tanpa sadar, mereka sudah sampai di gerbang bangunan. Tidak seperti sebelumnya, para penjaga kali ini langsung menunduk penuh hormat kepadanya. Tanpa menghentikan langkahnya, sepasang kekasih itu melangkah masuk. Sesampainya di ruangan altar, telah ada Komo dan Obelia yang menyambutnya. Namun, pemuda berarmor kristal langsung menundukkan kepalanya penuh ketakutan ketika melihat Lisa. Sedangkan gadis cantik di sampingnya segera menyapa.
Di atas pulau menjulang, tepatnya di samping danau yang di sekitarnya dipenuhi tanaman dan rumput yang subur. Jari-jari lentik yang sangat putih bagaikan susu meraih danau air yang mengalir deras, karena tepat sebelum aliran air terjun dari ujung pulau menjulang.Tiga orang muncul di depan air terjun, membuat hembusan angin, meniup rambut putih perak dan kain yang menyelimuti celana panjang Aurania. "Ada apa kalian datang ke sini?" Gadis Albino berdiri, mengibaskan air yang masih tertinggal di tangannya. Mulai menoleh ke atas dan terlihat dari sela-sela kain tipis yang menutupi matanya. Itu adalah ketiga Dewa Dewi klan Replik. "Tidak perlu sombong kau gadis...!" ocehan Dewi Replik dihentikan oleh pemuda berpawakan tenang yang segera maju perlahan, hingga pakaiannya yang terlihat mewah berkibar tertiup angin."Aurania, hanya kita berempat pijakan klan Replik di alam Danirmala. Walaupun klan Vasto juga tak jauh beda, tapi mereka memiliki peninggal
Mulailah terdengar suara besar yang terdengar seperti berbicara di depan wajah."Ronas, kau sebagai pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi bagaimana bisa dipermalukan!""Maaf, saya tidak menyangka sedang menghadapi Dewa Penempa!" jawab Ronas dengan tegas."Pidatomu sebelumnya telah menghancurkan pendapat mereka tentang Fraksi Cahaya Ilahi. Kau salah memperkirakan dan malah membuat anggapan Fraksilah yang membawanya ke alam Danirmala!" "Tidak ada tanda kehadiran pecundang itu di Alam Danirmala, jikalaupun memang reinkarnasinya, kau seharusnya bisa menyelesaikannya!""Kami tunggu kinerjamu bagaimana menyelesaikan masalah kecil ini!" Suara ketiga leluhur bergantian memojokkan pemimpin Fraksi, hingga akhirnya gumpalan aneh di atas sana sirna sepenuhnya. Pria bermahkota sayap emas itu mulailah mengangkat kepalanya. Begitu tegap berdiri, secara acak ia kibaskan tangannya. Seketika kehampaan hancur tak terkira luasnya, bahkan tertahan dan tak p