Beranda / Fantasi / Kaisar Dewa Regera / 11. Kemunculan Ayah Al!

Share

11. Kemunculan Ayah Al!

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Para warga Gletser Abadi tengah sibuk, gotong royong membersihkan bongkahan es yang menimpa tempat tinggalnya. Bukan menggunakan perkakas, namun menggunakan energi mereka sendiri. Bongkahan es tadi dicairkan, lalu kembali membentuk rumah yang juga dari kristal es. Friss, sang Ratu Gletser Abadi mengamati semua itu dari atas balkon istananya. Segoro dan Akara masih berada di sisinya, lalu muncullah seorang pasukan putih yang berlutut di belakangnya.

"Yang Mulia!" suara seorang gadis dengan tegas terdengar, membuat mereka menoleh dan berbalik badan.

"Aliran energi pada gletser telah menipis, bahkan sudah banyak tanaman yang layu!" lanjutnya melaporkan keadaan.

Sang Ratu tidak menjawabnya, lalu menoleh ke arah pemuda berpakaian putih biru dan berkata. "Segoro, bisa membantuku menggeser dunia ini?"

"Tentu!" seru Segoro, namun segera mengerutkan keningnya. "Tapi maksudnya?"

"Planet ini telah kehilangan energinya, sekarang sudah lepas dari o
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kaisar Dewa Regera   12. Perjalanan Antar Bintang!

    Mereka perlahan-lahan membuka matanya, masih melesat dengan keadaan yang sunyi nan tenang. Tidak ada hambatan apapun di dalam sana selain dinding terowongan yang dipenuhi energi yang terus menggeliat."Jangan lambatkan lajumu." Friss memperingatkan Akara, dan gumpalan jiwa putih itu bertanya. "Kenapa?""Kita akan langsung keluar dari lubang cacing jika melambatkan kecepatan." Ia lalu membuka mata naganya dan menyapu pandangan. "Lalu bagaimana kita tau sudah sampai mana?" Akara kembali bertanya, lalu gadis itu menoleh sembari menutup mata naganya dan berkata. "Mataku dapat melihatnya."Akara langsung menoleh ke samping, sorot cahaya merah keluar saat mata naganya menyala. Ia seketika seakan tersedot keluar, melihat barisan planet dan bintang yang melesat begitu cepat. Seperti mendekatkan tulisan pada koran dan menggesernya dengan cepat, membuatnya pusing dan segera menutup mata naganya kembali. Ia langsung merasa ingin muntah.

  • Kaisar Dewa Regera   13. Pertarungan di Dunia Atla

    Akara dan Friss masih di dalam lubang cacing, mereka masih begitu santai hingga akhirnya menyadari keanehan. Di kejauhan lorong penuh cahaya itu bergejolak, menyempit hingga akhirnya tertutup. Nyala merah dan biru serentak muncul dari mata keduanya."Nebula!" Akara langsung membuat pelindung ruang menyelimuti tubuh kekasihnya yang sedang terbelalak. Dentuman terjadi saat gadis itu melesat jauh lebih cepat, meninggalkan gelombang energi yang membuyarkan dinding lubang cacing. "Ada apa?" Akara ikut mempercepat lajunya."Tidak ada jalan masuk lagi jika kita keluar dari lubang cacing!" Friss begitu panik, namun apa daya. Lubang cacing sudah terpotong oleh Nebula. Bwush!... Mereka keluar dari lubang cacing, menembus pekatnya awan panas Nebula. "Tidak mungkin!" Friss mempercepat lajunya, hingga meninggalkan pusaran yang menggulung Nebula dan retakan kehampaan yang mencakar-cakar angkasa. Mengetahui usahanya gagal untuk masuk kembal

  • Kaisar Dewa Regera   14. Hukum dunia yang mengerikan!

    Di sisi lain dunia Atla, gadis cantik berambut putih dengan gaun putih kebiruan memasuki pelindung ruang seakan menembus gelembung. Pelindung yang menghalau hembusan awan panas dan material angkasa itu tidak menahannya, membuatnya segera berhenti dan menoleh ke luar. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya kepada jiwa yang berupa gumpalan asap putih."Kamu diselimuti energiku, jadi bisa menembusnya," jawab Akara."Bagaimana bisa?" "Itulah yang ingin aku cari tau!" Akara segera melesat, menuju rindangnya tanaman yang menyelimuti planet Atla. …Kembali ke sisi lain dunia Atla yang sedang bersitegang, kilatan listrik yang menyelimuti tubuh Kaisar Atla telah bergerak ke satu titik menuju belakang pundaknya. Terbentuk aura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusara hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada 2 barisan cahaya bintang yang melengkung layaknya 2 bilah kipas.Melihat auranya, Jade lalu berkata. "Humph! Berlagak mel

  • Kaisar Dewa Regera   15. Simbiosis mutualisme yang mengerikan!

    Istana Kaisar Atla, bangunan besar yang disangga oleh batang utama dan percabangan ranting yang menyebar di sampingnya. Di salah satu sisi istana, tepat di samping batang tanaman raksasa yang condong dan dialiri air layaknya prosotan raksasa. Al bersama kedua wanitanya dan Jade sedang berbincang tanpa adanya kehadiran tuan rumah. Mereka duduk santai dengan meja dan kursi dari tanaman yang merambat dari bawah. Setelah mendengar penjelasan Al, pria bertubuh kekar itu melebarkan kedua tangan, bersandar pada sandaran kursi dan berkata. "Baiklah!... Akan aku bantu! Tapi setelah itu jangan ganggu aku, aku ingin mengasingkan diri dari semesta ampas ini!""Terima kasih, tapi aku tidak yakin kau dapat mengasingkan diri dengan tenang jika mereka masih berdiri di atas sana!" Al ikut bersantai, duduk bersandar dan menaruh tangannya pada paha kedua gadis cantik di sisinya. Jade terkekeh dan berkata. "Melihat ambisimu, kau pasti tidak akan membiarkan mereka begitu saj

  • Kaisar Dewa Regera   16. Akara menjadi incaran

    Tidak hanya di lokasi pertempuran, seluruh dahan pohon Zoe bergejolak, bahkan membuat istana Kaisar Atla terguncang. Untuk menghindari guncangan, tuan rumah dan para tamunya segera melayang di udara. "Apa yang terjadi?" Mereka segera mengamati keadaan, sedangkan dua naga sejati segera menyalakan mata naganya. "Saya kurang tau, baru kali ini ada guncangan besar seperti ini!" jawab Kaisar Atla, saat itulah kilatan petir ungu mendekat. Seorang pasukan bertopeng segera berlutut di bawah sana, padahal keadaan lantainya terguncang hebat."Yang Mulia! Ada seorang gadis berambut putih dengan kekuatan energi dingin yang menjadi sumber kegaduhan ini!"Mendengar ucapannya, pria bertubuh kekar segera menoleh ke arah wanita bergaun keunguan yang juga meliriknya. "Lalu di mana gadis itu?" "Gadis itu melesat ke atas dan bertarung dengan pohon Zoe, sekarang kami sedang berusaha mengevakuasi warga karena banyak para warga yang diserap!"

  • Kaisar Dewa Regera   17. Evolusi dan kehancuran dunia Atla

    Dentuman terjadi secara cepat dan terus-menerus, membuat Akara panik dan berkata."Tanaman itu mengincarku, jika seperti ini kubah pelindung akan hancur! Pelindung ruang kecil saja jika hancur membuat pemiliknya merasakan sakit yang luar biasa, jika seluas ini mungkin dapat membunuhnya!" "Lalu apa yang akan kita lakukan? Satu-satunya cara membuatnya menjauhi kubah, tapi jiwamu akan langsung diserap jika menyentuhnya," jawab Friss yang langsung disahut Violet."Diserap apa? Aku dapat langsung menebas semuanya, tapi tuanku belum mengijinkannya." "Pasti ada alasan kenapa kita tidak boleh menebasnya!" Akara berpikir keras, terpejam dan menyibakkan rambut yang menutupi jidatnya hingga terlihat mirip dengan ayahnya. Tidak lama kemudian ia membuka matanya dan berkata. "Friss, selimuti aku dengan es lagi dan lempar ke bawah!" Gadis itu terdiam sejenak, lalu kilatan listrik merah segera menyelimutinya dan membentuk aura Naga. Seketika

  • Kaisar Dewa Regera   18. Dunia Baru

    Di antara banyaknya bongkahan tanah yang melayang di udara, ada seorang gadis kecil yang meringkuk dengan diselimuti oleh energi. Gadis berambut keemasan dengan daun telinga bagian atas yang runcing, dan 2 helai daun lebar yang menyelimuti dadanya. Di perutnya yang terbuka, ada ranting dengan daun kecil yang melingkari pusarnya. Pada bagian bawah tubuhnya juga ada dua helai daun yang melingkar layaknya rok.Saat membuka matanya, terlihat mata keemasannya yang begitu jernih. Pandangannya kemudian tertuju pada sekelompok orang di kejauhan, dan beberapa saat kemudian, tubuhnya menghilang. Ia muncul kembali di samping Friss. Karena tidak merasakan ancaman, mereka hanya diam mengamatinya saja. Al lalu menoleh ke arah Serin dan berkata. "Makhluk apa sebenarnya itu?""Pohon Zoe yang berhasil evolusi," jawabnya membuat Kaisar Atla jadi terbelalak dan mendekat ke arah gadis kecil itu. "Dewi Zoe?" Ia malah begitu mengaguminya."Aksinya tadi untuk

  • Kaisar Dewa Regera   19. Serangan Naga Cahaya

    Swashh!... Cahaya keemasan bak laser besar menerpa ujung dunia Gletser Abadi. Walaupun hanya sekejap, namun membuatnya meleleh hingga membentuk cekungan besar. Dunia yang sudah seperti semangka dibelah dua, kini terkikis seperti ditusuk tongkat di salah satu sisinya. Suara kepanikan terdengar di antara kepulan uap air yang perlahan-lahan mulai pudar disapu angin. Mereka tersiram air panas dari es yang meleleh, bahkan bangunan yang sepenuhnya terbuat dari es mulai mencair.Pasukan Putih langsung bergerak cepat, mereka melesat, melompat di atas bangunan sembari menggendong para warga. Bukan karena serangan susulan, namun hawa dingin dari luar yang menyeruak begitu cepat. Jangankan es yang mencair, uap asap saja segera membeku dan berjatuhan. Akan tetapi, lelehan air yang menggenang mulai bergerak, terus membumbung tinggi dan mulai membeku, hingga akhirnya menutup lubang bekas tembakan laser.Terbanglah di atas dunia Gletser Abadi yang mulai membeku kembali,

Bab terbaru

  • Kaisar Dewa Regera   133. Aliansi baru

    Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.

  • Kaisar Dewa Regera   132. Semua siasat

    "Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,

  • Kaisar Dewa Regera   131. Kekalahan Luce?

    Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d

  • Kaisar Dewa Regera   130. Supernova menelan lara Dewa

    "Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta

  • Kaisar Dewa Regera   129. Akara vs Luce

    Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa

  • Kaisar Dewa Regera   128. Inti Cahaya Primordial

    Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene

  • Kaisar Dewa Regera   127. Membersihkan klan Sheva

    "Maaf!" Ronas hanya bisa tertunduk merasa bersalah, lalu mulai menjelaskan keadaannya. Mendengar penjelasan panjang lebar, Serin segera menanggapi. "Keputusan di tangan anakku Regera!" "Anak?" Ronas malah merasa bingung dan Serin langsung menyadari bahwa pemimpin Fraksi telah termakan rumor. "Ronas, tidak mungkin kau mempercayai rumor 'kan?" "Itu... Lalu kenapa bisa memasuki peninggalan Dewa Penempa dan bagaimana dengan jiwanya?" Serin tersenyum penuh ketenangan sebelum berkata. "Tenang saja, pak tua itu bersama kami, hanya saja dia belum menyadari identitas asliku."...Deretan pilar-pilar besar yang berlapis emas, menjaga jalan konblok yang semakin naik seperti tangga raksasa. Di puncaknya, berdiri sepasang singgasana emas dengan latar birunya langit dan lautan awan di bawahnya. Dewa Penempa dan sang Maharani duduk di sana. Dewa Vasto bertubuh besar berotot dengan armor emas. Ada pula mahkota yang melayang di atasnya,

  • Kaisar Dewa Regera   126. Akara jadi ayah?

    "Akara adalah anak kelima dari enam anak ayah, tapi maaf Mama Serin, sepertinya anak Akara akan menjadi cucu kalian yang pertama." Ia tersenyum penuh haru saat meraih potongan rambut tipis nan lembut dari dalam kotak. "Selamat untuk kalian, itu juga peringatan untukmu agar lebih berhati-hati kedepannya. Ada mereka yang menunggu kepulanganmu," nasihat wanita bertubuh mungil dari dalam dimensi, yang juga kebahagiaam turut terpancar di wajahnya....Saat pembicaraan Luwang dan Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi mulai tenang di dalam ruangan, muncul kilatan listrik yang mengantar pemuda berjubah hitam. "Tuan Regera!" Pemimpin Fraksi bangkit dari sofa, tapi kedua pria Sheva langsung melesat di depan Akara, melindunginya. "Siapa dia?" tanya Akara dan segera dihawab oleh Lumpang."Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi!"Pandangan Akara segera menelusuri tubuh kedua Dewa Fraksi, yang bukan bertubuh dari kelima ras Dewa, tapi layaknya manusia pad

  • Kaisar Dewa Regera   125. Berita Mengejutkan

    Di dalam dimensi abstrak berwarna hitam bergaris putih-putih, Fraz, Dewa Fraksi dengan jubah putih berselimut perhiasan emas mendatangi pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi. "Farz menghadap pemimpin!" Ia menelangkupkan tangan dan membungkuk ke arah lempengan emas yang melayang di atas sana. Walau tidak menunjukkan penampilannya, pemimpin Fraksi segera menjawab. "Farz, aku dengar kau berselisih dengan Raja Sheva, Dilvo.""Benar Yang Mulia! Mereka menyandera anak saya, Zurrark Fam. Mereka tertipu oleh taktik adu domba yang dilakukan Regera!""Kau sudah mendengar kabar tentang siapa sebenarnya Regera?"Dewa Farz nampak gugup dan mengangkat wajahnya, menatap lempengan emas yang berputar dan menjawab. "Saya belum bisa memastikannya, tapi informasi yang beredar sesuai dengan dugaan.""Lalu, kau ingin menyinggung dua kekuatan besar sekaligus?""Maaf Yang Mulia! Tapi setidaknya saya harus menyelamatkan anak saya!" Energi men

DMCA.com Protection Status