Ledakan energi yang cukup kuat terjadi saat serangan tapak raksasa berwarna emas milik salah satu dari ketiga penyerang menghantam tempat Ja Bu berada. Karena ledakan itu pula, debu debu berhamburan ke mana-mana sehingga membuat pandangan ketiga orang penyerang menjadi sangat terbatas. Akan tetapi senyuman lebar terpancar dari sudut bibir mereka bertiga karena salah satu dari mereka dapat melancarkan serangan yang menurut mereka sangatlah kuat.
"Saudara Gong! Apakah Ja Bu sudah tewas?" tanya salah satu di antara ketiga pemuda."Aku rasa demikian, saudara Qen. Tidak mungkin bagi seorang kultivator Ranah Raja Tahap Akhir dapat menahan seranganku secara mentah!" Jawab pemuda yang dipanggil Gong oleh pemuda sebelumnya yang bermarga Qen."Hmm.. Tapi kurasa ini terlalu cepat, bukan? Kita semua telah mengetahui bagaimana reputasi serta kekuatan dari Ja Bu. Kurasa dia masih hidup!" Pemuda ketiga justru memiliki pemikiran yang lain."Huh! Apa kau mulai meragukan tapak raksasa emas milikku, saudara Fui?" Pemuda bermarga Gong langsung tersinggung akan ucapan saudara ketiganya yang berasal dari Klan Fui. Niat membunuhnya juga sedikit merembes dari dalam tubuhnya."Tidak! Aku sama sekali tidak meragukan teknik tapak raksasa emasmu itu. Namun aku hanya berpikir bahwa ternyata selama ini reputasi Ja Bu hanyalah omong kosong belaka!" Dengan cepat pemuda yang memiliki marga Fui langsung mengelak akan ucapan sebelumnya untuk mengamankan posisinya agar tidak dibunuh oleh pemuda bermarga Gong itu. Namun tidak lama setelah dia baru saja selesai melontarkan omong kosongnya, sebuah suara gelak tawa terdengar dari balik debu yang berterbangan."HAHAHA.."Ya, suara tawa yang terbahak-bahak itu tentu saja adalah suara Ja Bu. Setelah beberapa saat kemudian, debu-debu yang beterbangan karena efek ledakan energi dari serangan tapak raksasa emas milik pemuda bermarga Gong menghilang karena tertiup angin dan dapat dilihat sosok Pemuda yang sedikit tampan sedang berdiri di sana dengan ekspresi wajah biasa saja namun senyuman di mulutnya memperlihatkan sebuah ejekan."Ternyata ada yang sedikit pintar diantara kalian bertiga! Kau pemuda bermarga Fui, aku memang tidak mudah dikalahkan oleh semut-semut seperti kalian!" Kata Ja Bu sembari menunjuk wajah pemuda bermarga Fui.Setelah itu, aura bertarung yang sangat kuat yang disertai dengan Niat Pedang yang belum sempurna meledak dari tubuh Ja Bu sehingga membuat ketiga pemuda itu merasa tertekan."Sudah waktunya bagi kalian untuk.." Ja Bu menghentikan ucapannya namun tubuhnya tiba-tiba menghilang dari tempatnya berada lalu muncul kembali tepat di hadapan ketiga pemuda yang memang saat ini mereka sedang berdiri tidak jauh-jauhan."MATI!" lanjut Ja Bu sembari menegaskan pedangnya secara horizontal.Swoosshhh...Energi pedang berbentuk bulan sabit raksasa yang dibaluti dengan elemen milik Ja Bu muncul dari ujung pedangnya dan melesat dengan sangat cepat mendahului kecepatan pemiliknya. Ketiga pemuda itu tentu saja sangat terkejut karena dengan jarak sedekat Itu, mustahil bagi mereka untuk melakukan gerakan menghindar. Lalu untuk menahan serangan, mereka sudah terlambat untuk melakukannya.Ya, mau tidak mau mereka hanya bisa dengan pasrah menerima serangan tersebut dan sangat menyesali keputusan yang mereka buat karena berani mengusik sosok yang sudah diakui kehebatannya.Sraaakkk!Booommm...Tubuh ketiga pemuda itu terpotong dengan rapi menjadi dua bagian sementara energi pedang Ja Bu masih terus meluncur ke belakang mereka hingga pada akhirnya menabrak sebuah bukit kecil dan menghancurkannya sampai luluh lantak."Hmm.. Jurus terkuatku ternyata hanya segini saja? Sial! Ini masih kalah jauh dari milik Tian Lin sialan itu!" Ucap Ja Bu lirih dan mengeluh akan jurus pedangnya padahal dia sudah berusaha sebisa mungkin untuk memaksimalkan pemahaman Niat Pedangnya.***Di tempat khusus yang disediakan pihak Kota Malong untuk tamu VIP, para beberapa sekte khususnya putusan yang berasal dari Sekte Pedang Malam merasa terkagum-kagum dengan teknik berpedang Ja Bu yang sangat kuat.Utusan Sekte Pedang Malam dapat menilai bahwa sebentar lagi pemuda yang selama ini dia kenal sangat akrab dengan pemuda bertopeng separuh wajah akan sepenuhnya memenuhi persyaratan untuk mencapai pemahaman Niat Pedang."Dia memang sangat luar biasa! Bakatnya cukuplah tinggi khususnya dalam hal berpedang!" Ucap utusan itu sembari mengangguk-anggukkan kepalanya tanda dirinya begitu puas akan penampilan Ja Bu."Kau benar sekali, senior! Aiih.. Sayang sekali Sekte Gagal Biru kami tidak dapat merekrutnya karena aku sangat yakin bahwa pemuda itu akan lebih tertarik masuk ke sekte milik senior!" Ujar utusan dari sekte lain."Hahaha.. Sekte Pedang Malam sepertinya memang sedang mendapatkan keberkahan luar biasa! Dengan bakat pemuda bertopeng bermarga Tian, lalu pemuda Ja Bu dan yang terakhir adalah gadis misterius bercadar hitam bernama Hua, aku yakin sekteku tidak lama lagi akan dipromosikan menjadi Sekte Besar! Aku salam pribadi akan berterima kasih kepada kalian khususnya untuk saudaraku dari Sekte Gagak Biru!" Utusan dari Sekte Pedang Malam berbicara panjang lebar dengan sangat antusias sembari tertawa terbahak-bahak tanpa melihat ekspresi masam dari utusan sekte lain."Ya.. Aku harap sekte kita akan saling berhubungan baik satu sama lain!" Ujar utusan dari Sekte Gagak Biru memaksakan mulutnya untuk tersenyum."Hahaha.. Itu sudah pasti!" Angguk utusan dari Sekte Pedang Malam dengan cepat meskipun dalam hatinya merasa begitu jijik dengan omong kosong utusan dari Sekte Gagak Biru itu.'Cih! Lihat saja nanti! Jika aku di promosikan menjadi Tetua karena telah membawa bibit unggulan, aku akan mengintruksikan orang-orang tua itu agar mengakuisisi Sekte Gagak Biru menjadi budak Sekte Pedang Malam!' Batin utusan dari Sekte Pedang Malam sembari tersenyum licik.________________________~Maaf karena sedikit, tapi bab ini author gratiskan~Tuan Putri Pa Nie saat ini sedang bertarung melawan hewan iblis macan hitam yang setara dengan kultivator Ranah Raja Tahap Akhir. Dia cukup sial untuk permulaan memasuki dunia kecil karena secara tidak sengaja di teleportasikan tepat di sarang kucing besar itu, padahal dunia kecil buatan ini merupakan djnia kecil milik klannya sendiri.Namun karena hal ini pula lah orang-orang yang menonton pertandingan babak final turnamen generasi muda Kota Malong serta para utusan dari berbagai sekte menjadi sangat puas sebab pihak panitia sungguh melempar 25 peserta di dunia kecil buatan itu secara acak tanpa di settingan kelicikan.Rooaaarrr...Booommm... Booommm...Ledakan energi Qi dan energi iblis terjadi saat itu juga ketika Putri Pa Nie dan hewan iblis Macan Hitam saling serang. Namun dapat dilihat jika kucing berjenis besar itu lebih unggul sehingga membuat tubuh gadis cantik terlempar beberapa meter dan menabrak pohon hingga roboh.Bamm!"Ugh!""Sial! Macan Hitam ini sangat sulit untuk di
Setelah meninggalkan Tuan Putri Kota Malong Pa Nie bersama dengan bangkai Macan Hitam, gadis bercadar hitam bernama Hua segera melesat ke tempat lain dan memburu cukup banyak monster beast ataupun hewan iblis lainnya. Dia juga beberapa kali menjumpai peserta lain dan menyuruh mereka untuk memberikan kristal inti dari buruan yang mereka dapatkan. Jika mereka tidak mau memberikannya secara baik-baik, maka gadis bercadar hitam bernama Hua tidak akan segan sama sekali untuk membunuh para peserta turnamen generasi muda. Dia hanya membutuhkan satu atau dua gerakan saja untuk menghabisi mereka yang tidak mau menurut.Satu hal yang membuat para peserta lain khususnya dari golongan bergender laki-laki bergidik ketakutan serta merasakan teror adalah gadis bercadar hitam bernama Hua itu hanya akan memberikan ancaman dan tidak segan-segan untuk membunuh golongan mereka tapi tidak untuk golongan para wanita. Para peserta dari golongan wanitanya akan dirampas kristal inti hasil perburuannya saja tan
Booommm...Sesosok wanita yang mengenakan pakaian serba putih tampak terlempar hingga terkapar di atas tanah akibat serangan dari peserta yang juga merupakan sosok wanita, namun wanita ini memakai hanfu serba biru langit yang cerah sehingga menambah kecantikannya."Uhuk!" Peserta wanita yang memakai pakaian serba putih batuk dan memuntahkan seteguk darah hingga mengotori pakaiannya yang bersih."Menyerah dan serahkan semua kristal inti milikmu atau aku tidak akan segan untuk membunuhmu!" Kata peserta wanita yang memakai hanfu biru langit cerah sembari mengacungkan pedangnya ke arah peserta turnamen wanita berbaju putih."Ugh! Tuan Putri Kota Malong memang cukup kuat seperti yang di rumorkan. Aku telah menggunakan seluruh kemampuanku namun bahkan Tuan Putri belum mengeluarkan separuh kekuatannya.." Kata peserta turnamen wanita berbaju putih sembari memegangi dadanya yang terasa sesak. Dia sadar diri tidak akan pernah bisa mengalahkan Tuan Putri Kota Malong Pa Nie karena bagaimanapun kek
Ja Bu masih selamat dari serangan mematikan Tian Lin Karena bagaimanapun pemuda itu masih berada di Ranah Raja Tahap Akhir, sedangkan sang penyerang hanya menggunakan kekuatan kultivator Ranah Raja Tahap Menengah saja. Namun masih selamat, dapat dilihat terdapat sebuah goresan kecil yang mengalir darah di leher Ja Bu, yang menandakan bahwa serangan tersebut bukanlah serangan yang main-main.Hal itu terjadi karena Ja Bu tidak berhasil membendung keseluruhan serangan tebasan Tian Lin yang mengandung Niat Pedang, sedangkan pemahamannya masih jauh tertinggal di bawah."Huh! Sangat mengerikan!" kata Ja Bu sembari mengelap bercak darah di lehernya."Hehehe.. Bagaimanapun kamu masih kalah dalam pemahaman pedangnya dan ini menjadi keunggulanku!" Sahut Tian Lin sembari tertawa terkekeh-kekeh.Ja Bu tidak membalas lagi ujaran Tian Lin. Dia justru menguatkan pijakan pada kuda-kudanya dan menggenggam erat gagang pedangnya. Aura kultivasi Ranah Raja Tahap Akhir yang sangat kuat juga meledak di dala
Suara dentingan dua senjata terdengar begitu memekakkan telinga lalu di ikuti dengan suara hantaman tubuh di tanah yang begitu keras terdengar. Tubuh itu merupakan seorang pemuda yang cukup tampan dan saat ini terlihat memiliki wajah yang begitu muram. Ya, dia adalah Ja Bu yang terpental akibat menghadang serangan dari gadis bercadar hitam bernama Hua. Dia tidak menyangka bahwa kekuatannya berada di di jarak yang begitu jauh sehingga membuatnya tidak berdaya.'Sial! Ternyata apa yang dikatakan oleh saudara Tian benar! Dia sangat kuat dan sebelumnya aku merasakan sedikit sengatan listrik yang menandakan bahwa dia merupakan seorang shandian!' Batin Ja Bu dengan ekspresi wajah jeleknya."Hmm.. Hanya Ranah Raja Tahap Akhir biasa, kau terlalu berani, bocah Klan Ja! Baiklah.. Aku akan membunuhmu terlebih dahulu sebelum menghancurkan pemuda bertopeng separuh wajah itu!" Ujar gadis bercadar hitam yang tidak senang karena karena serangannya diblokir tiba-tiba oleh Ja Bu. Aura membunuhnya yang c
Trankkk! Trankkk!Booommm... Booommm...Pertarungan intens antara Tian Lin dan gadis bercadar hitam bernama Hua terus berlanjut hingga beberapa puluh menit lamanya. Keduanya terlihat begitu menakutkan di mana semua orang yang saat ini sedang menonton pertandingan mereka lewat layar virtual yang ada di tengah-tengah alun-alun Kota Malong.Para utusan dari beberapa sekte bahkan sampai membuka mulut mereka lebar-lebar karena tidak percaya dengan kekuatan pemuda dan pemudi misterius yang mengikuti acara turnamen generasi muda di kota terpencil dan antah-berantah ini. Terlebih, salah satu diantara mereka adalah seorang kultivator shandian yang melegenda.Namun mereka juga sedikit mengerutkan untuk meningkatkan melihat warna putih berwarna biru milik gadis bercadar hitam bernama Hua, karena memang setahu mereka tidak ada warna tersebut di jajaran keempat klan shandian yang ada di Dunia Lotus Putih."Petir berwarna biru? Apakah saudara mengetahui berasal sari klan mana wanita bercadar hitam b
Tian Lin menangis tersedu-sedu sembari terus memeluk Lin Hua yang terkejut. Dia tidak tahu mengapa pemuda bertopeng separuh wajah bermarkatian ini tiba-tiba memeluknya setelah melihat dengan jelas bagaimana bentuk wajahnya. Dia yang tertegun akhirnya sadar dan segera mendorong tubuh pemuda itu hingga melepaskan pelukannya."Hua'er.. Mengapa kau melepaskan pelukanku? Apa kau tidak merindukanku? Aku Ling Tian, kekasihmu!" Kata Tian Lin dengan jujur dan mengungkapkan identitas aslinya. Niat membunuhnya yang begitu kejam juga telah menghilang sepenuhnya saat dirinya menyadari bahwa gadis bercadar hitam nya merupakan sosok yang sangat ia kenali."Ling Tian? Maaf, tapi Aku tidak pernah mengenalmu dan tidak pernah memiliki seorang kekasih sepertimu!" Ujar Lin Hua dengan tanpa ragu. Dia juga bergerak mundur satu langkah agar pemuda bertopeng separuh wajah yang aneh itu tidak lagi mendekatinya."Apaa! Hua'er.."Tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu, sebab aku tidak mengenalimu!" Ujar Li
"Tentu saja! Ini buktinya!" Jawab Lin Hua dengan cepat sembari memperlihatkan lencana emas milik anggota inti Klan Lin."Hmm.. Lalu siapa pak tua Lin Kai bagimu?" Tanya Tian Lin untuk kedua kalinya namun saat ini ekspresi wajah Lin Hua tampak berubah."Kau.. Darimana kau mengenali nama ayahku? Dan lagi.. Beraninya kau memanggilnya dengan sebutan pak tua!" Lin Hua justru balik bertanya kepada Tian Lin karena kata ayahnya Tidak semua orang mengetahui nama asli ayahnya kecuali hanya mereka saja yang memiliki hubungan dekat. Nadanya terdengar meninggi karena baru pertama kalinya ada seseorang terlebih merupakan anak muda yang berani menyebut ayahnya dengan sebutan seperti itu."Hehehe.. Untuk sekarang, kamu tidak perlu tahu mengenai alasan diriku mengenali ayahmu. Tapi mungkin jika kau mau ikut denganku untuk memasuki Sekte Pedang Malam, kau akan mendapatkan jawabannya!" Jawab Tian Lin sembari sedikit tertawa karena telah memikirkan mengenai beberapa trik kecil.Lin Hua cemberut saat mende