Enes terbangun dalam kultivasinya, ia merasakan rencana yang telah disiapkan secara matang telah gagal lagi. "Cih... Sepertinya aku harus turun tangan sendiri untuk mengambil semuanya kembali, Lucifer." Kata Enes dengan suara yang berat. "Memang begitu sepertinya, Enes. Kita tidak akan bisa menguasainya jika kita hanya bersantai. Tapi, untuk sekarang ini, kamu fokus aja untuk menyerap semua esensi mana hitam Hydra dulu, agar menembus batasanmu. Biar aku memberikan bantuan dan memengaruhi mana yang berada pada setiap inti monster dan mana alam." Jawab Lucifer. "Baiklah. Aku serahkan kepadamu, Lucifer." Kata Enes. "Tenang saja. Ketika kamu sudah menyerap semuanya, akan kuberikan kejutan untukmu." Kata Lucifer. Setelah itu ia pun pergi menghilang diselimuti kabut hitam. Tidak berapa lama terdengarlah hiruk pikuk hewan yang sangat dahsyat di berbagai hutan. Hewan-hewan itu telah hilang kendali dan diselimuti mana hitam yang pekat. Mulai dari hewan yang kecil sampai kepada yang besar
Dalam sebuah bangunan yang terdapat ruang bawah tanah. Pemandu yang membawa Zera ke situ sedang menunggu di balik pintu besar. Temannya pun juga ikut menunggu. Sudah lebih dari 1 bulan setengah mereka bolak balik dari penginapan yang barada dekat alun-alun kota ke tempat Zera berada. "Maaf senior, kalau boleh kami tahu, siapa senior sebenarnya?" Bruq memulai pembicaraan. Sebab sudah 1 bulan setengah dia memperhatikan pemandu itu. Dan rekannya pun juga mulai penasaran. "Lebih baik kamu tidak mengetahuinya. Karena jika kamu mengetahui identitasku, maka kamu dan rekanmu tidak akan bisa hidup tenang." Jawab pemandu itu. "Kami lebih baik merasakan hidup seperti itu daripada penasaran." Jawab Bruq dengan tegas. Isaac, Tifany dan Vrey pun menganggukkan kepalanya. "Tsk.. Apa seluruh ras Dwarf selalu penasaran terhadap dunia ini?" Kata pemandu itu. "Apa maksud senior berkata seperti itu. Seolah-olah senior sangat mengenal ras kami." Bruq pun semakin penasaran. "Aku sangat mengetahui rasm
Sudah dua hari Zera di dunia kecil ini. Kabut mana aura yang tadinya tebal, sekarang tidak ada lagi, karena sudah diserap dengan baik. Banyak yang terlihat oleh Zera, bahwa di dunia ini terkumpul tujuh macam elemen. Karena bayangan dari elemen-elemen itu memberikan bekas di langit dunia perputaran waktu. Kemudian ia berjalan ke arah lautan api seumpama lava bergejolak ke atas karena letupan uap yang berasal dari bawah lautan. "Bagaimana caranya aku bisa melewati ini, Vatsal?" Tanya Zera kepada naga bintang. "Tubuhmu dianugerahi dengan bintang. Salah satu elemen bintang adalah api. Maka kamu harus menggunakan mana aura api untuk melewati ini." Jawab Vatsal untuk memberitahu Zera. "Maksudmu aku harus menyatukan mana aura yang kumiliki dengan elemen api ini?" Tanya Zera kembali. "Iya, kamu harus merasakan kekuatan api itu dan menyatukan diri dengan api." Jawab Vatsal. Mendengar jawaban itu, Zera pun menyeimbangi mana api dari lautan lava api yang ada di depannya. Ia menggambarkan a
Sebulan setelah Lucifer menyuntikkan mana gelap kepada para hewan dan menabur wabah penyakit, Raja Enes memberikan komando kepada semua jenderalnya untuk mulai menyerang ke wilayah perbatasan Kerajaan Maqdis sebelah Timur. Ia menyuruh ketiga jenderalnya membawa semua pasukan untuk perang habis-habisan. Bisa dikatakan bahwa ini menjadi perang penentuan antara cahaya dan kegelapan. Jarak antara Kerajaan Gaffar dengan perbatasan sebelah timur adalah 10 hari perjalanan kaki. Dan mereka telah mulai berjalan dengan banyak pasukan. Pasukan mereka terdiri antara berbagai ras monster. Ada Orc, Troll, Goblin, Harpy dan manusia yang mempunyai harga buronan elit dari setiap kerajaan. Bisa dibilang jumlah pasukan yang mereka bawa sekitar 10.000.000 pasukan dari berbagai ras monster yang terkontaminasi dengan mana gelap. Kabar penyerangan itu sampai ke telinga Raja Babel Loza. Ia pun memanggil para jenderal dan petinggi-petingginya, untuk mengadakan rapat darurat. Mereka semua berkumpul kecuali
Dalam goncangan hebat yang terakhir, semua makhluk merasa kagum dan takut. Kagum tentang lahirnya kekuatan baru, dan takut hancurnya keseimbangan. Waktu menunggu pun sudah melewati dari 2 bulan. Dalam keadaan menunggu itu, datanglah 2 orang yang sangat sesak sebab letih, karena terus berlari selama dua bulan ini. Mereka menghampiri Isaac dan semua rekannya. Rukame pun hanya tersenyum karena telah datang orang yang ditunggunya untuk melengkapi kesempurnaan tim. "Huf huf huf. Apakah kami datang terlambat?" Tanya salah satu dari mereka kepada Rukame dan kelompok Isaac. "Tidak, kamu datang di saat yang tepat. Dengan berkumpulnya kalian, maka sempurnalah kelahiran 7 bintang." Jawab Rukame. Isaac dan lainnya hanya bingung tentang apa yang mereka bicarakan. "Kami diutus oleh Dewi Pedang Air dan Yang Mulia Raja untuk mencari Zera. Apakah ada di antara kalian yang bernama Zera?" Tanya seorang lelaki yang memegang tombak. "Di antara kami tidak ada bernama Zera untuk saat ini. Sebelum itu
Pertarungan melawan pasukan kegelapan menyebabkan Bukit Kesaksian menjadi kering dari pepohonan. Sheyta telah menebas Rogi dengan serangan yang tajam sehingga membuatnya tersungkur jatuh. Mana dan serangan yang dikeluarkan oleh Sheyta mengejutkan para monster itu, sehingga mereka berbalik mundur dan lari. Namun, Ryu, Kaijin dan Kazen membunuh pasukannya yang melarikan diri, sambil mengayunkan dan memutar tombaknya dan pedang mereka. "Aku cukup terkejut dengan kekuatan yang kamu miliki, Elves. Aku rasa kamu pantas untuk pemanasan bagiku, sebelum peperangan yang sebenarnya." Kata Kaijin. "Perkenalkan, namaku Kaijin Sang Iblis Formasi. Dulunya aku memasang formasi Kabut Kebingungan di bukit ini. Tapi entah siapa yang telah menghancurkan formasi itu. Beritahu aku, siapa namamu ksatria Elves!" Kata Kaijin dengan berdecak pinggang. "Aku tidak perlu tahu siapa namamu. Dan aku tidak akan memberitahu namaku kepada orang yang menjijikkan sepertimu." Jawab Sheyta dengan nada tinggi. "Tsk..
Dalam pertempuran antara Elves dengan pasukan kegelapan, membuat semua bukit menjadi bersih dari pepohonan. Para Elves bertempur dengan semua kekuatannya menghalangi pasukan kegelapan melalui bukit itu. Kaijin, Kazen dan Ryu bekerja sama untuk menjatuhkan Shazin, pemimpin dari semua Elves. Walaupun mereka sama-sama pengguna aura dan mana tingkat 9, namun perbedaannya nampak sangat jauh. "Teknik Tombak Es Naga Kembar," Ryu memberikan serangannya untuk menghadapi Shazin. "Pilar Hitam Api Iblis," Kaijin juga memberikan serangannya kepada Shazin. "Tebasan Pedang Api Harimau Hitam," Kazen pun mengeluarkan serangannya. Tiga serangan kuat itu mengarah kepada Shazin yang berada di tengah-tengah, bayangan es naga yang keluar serta api yang berbentuk harimau dan pilar mengarah kepadanya. Dengan kemampuannya, Shazin menahan serangan dari mereka bertiga dengan memancarkan mana cahaya yang terang. "Benteng Pusaran Angin," keluarlah angin yang berputar mengelilingi Shazin menangkis serangan d
Tahun 537 Geyal di Benua Cengal. ***** -415 sebelum tahun geyal. Nama tahunnya adalah Duji. Tahun 415 Duji ***** Mentari telah menyingsing. Akademi Bintang memulai masa penerimaan murid baru. Banyak orang dari pelosok negeri, ingin memasuki akademi ini. Karena akademi ini sangat terkenal dan didirikan oleh salah seorang dari 7 sosok yang melegenda dahulunya. Mereka adalah pahlawan dari umat manusia yang telah berperang dengan iblis dan makhluk yang akan mengiinvasi benua ini. Dan menutup pintu dimensi antara mereka. Agar makhluk itu tidak lagi menjajah benua ini. Sekarang mereka telah tiada, namun semangat mereka tetap mengalir ke generasi selanjutnya hingga sekarang. Nama-nama mereka selalu diabadikan hingga sekarang, dan menunggu pewaris dari kehendak mereka. Adapun akademi ini didirikan dengan tujuan untuk mencari pewaris dari kehendak itu, sejak tahun -415 sebelum Geyal. * Di dalam ruangan serba guna milik akademi. Semua peserta ujian sudah banyak menunggu. Banyaknya peser
Azzumar dan Azzura pun memulai perjalanan mereka untuk melihat dunia dari segi sisi yang berbeda. Banyak yang telah mereka lihat, dimulai dari Kerajaan Rael, Kerajaan Arakat, dan Kerajaan Goris. Mereka berdua memasuki semua kerajaan itu, dan melihat sisi gelap dari sebuah kehidupan. Terutama, tentang sebuah hukum yang ada di setiap kerajaan, hukum dan peraturannya bagaikan sebuah benang laba-laba. Kuat kepada mangsa yang kecil, namun tidak berkutik melihat mangsa yang besar. Begitulah mereka berdua melihat semua hukum dan peraturan yang berada di setiap kerajaan yang mereka lalui. Azzumar dan Azzura melihat para bangsawan yang melakukan tindakan elegal, seperti penjualan manusia, barang yang terlarang untuk kehidupan, dan bahkan memonopoli harga pasar serta korupsi yang menjadi-jadi, dibiarkan saja oleh hukum. Jika pun mereka ditangkap, besoknya mereka kembali dilepaskan. Sedangkan, mereka yang rakyat jelata yang tidak ada mata pencaharian kecuali menebang kayu bakar dan dijual, mer
Seminggu sudah pertempuran terjadi. Setelah kembali dari Gunung Cimuri, Tempest dan Azzura langsung membantu semua rekan yang ikut dalam pertempuran. Akademi Bintang telah hancur dari Kerajaan Maqdis, akibat pertempuran itu. Banyak para rekan akademi yang mati dan terluka. Bukan hanya mereka, tetapi penduduk dan tentara kerajaan juga banyak yang mati dan terluka. Bisa dikatakan, korban yang mati mencapai 10000 jiwa, sedangkan yang terluka mencapai 15000 jiwa. Baik dari murid akademi ataupun dari penduduk dan tentara. Di pihak kerajaan mendapatkan kemalangan yang tinggi dari pertempuran melawan invasi iblis dan monster. Soalnya, raja dari kerajaan Maqdis, mati dalam pertempuran sengit itu. Dia dibunuh oleh 3 kapten iblis ketika pertempuran terjadi. Sehingga Babel Loza langsung diangkat menjadi raja oleh para menteri untuk menggantikan ayahnya. Adapun Shazin dan Louyi tidak mempunyai luka yang parah, namun mereka berdua kehabisan energi karena intensnya pertarungan yang mereka hadapi.
Mereka berempat pun tiba di Hutan Kematian. Enes tidak sempat menghindari formasi teleport itu. Sehingga membuatnya datang ke tempat tandus itu bersama dengan Azzumar dan dua rekannya. Adapun Louyi tidak ikut teleport bersamanya, karena ia membantu memberikan buff kepada Shazin dan semua orang untuk menghancurkan iblis dan monster yang menginvasi akademi. "Tsk. Kalian bertiga cukup berani melawanku, Sang Raja Kegelapan ini." Kata Enes. "Kamu bukanlah Raja Kegelapan, kamu hanya iblis yang memakai tubuh temanku, sama seperti kita bertemu untuk pertama kali." Jawab Azzumar dengan melancarkan serangan pertamanya. "Gehaha, aku cukup terkejut bahwa kamu masih bisa hidup sampai sekarang Bocah Petir. Sudah sebelas tahun kita tidak bertemu." Kata Enes sambil menangkis serangan dari Azzumar. "Azzura, Tempest, ayo kita selesaikan iblis ini." Kata Azzumar, dan mengeluarkan kedua pedangnya. "Ayo..." Jawab mereka. Kemudian mereka bertiga melancarkan serangan untuk menghadapi Lucifer yang mema
Waktu terus berjalan tanpa henti. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tepatnya sudah 11 tahun para murid berada di akademi. Banyak yang sudah lulus dari akademi ini. Dan rombongan pada tahun ini adalah mereka yang mendapatkan perhatian dari seluruh pihak akademi. Baik instruktur maupun para senior darinya. Bisa dikatakan rombongan tahun ini adalah rombongan terbaik di atas yang terbaik. Karena kontribusi mereka menjadi acuan dalam perkembangan dari Kerajaan Maqdis, dan menjadi sorotan dari semua kerajaan yang berada di Benua Cengal. Di ruang serbaguna, telah berkumpul para lulusan dari akademi dan orangtua dari mereka juga berkumpul. Setelah memberikan pengumuman dan penghargaan bagi mereka yang lulus, mereka boleh menetap di akademi sebagai tenaga pengajar atau berkelana kian kemari. Dan bisa juga mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk sebuah warisan bagi mereka yang menghendakinya. "Azzumar! Apa kamu mempunyai tujuan setelah ini?"
Pagi mulai mengepak. Semua aktivitas sudah berjalan seperti biasa. Baik bagi penduduk, begitu juga pada mereka yang sedang mengasah kemampuannya di akademi. Enes telah bangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya di dalam ruang perawatan, dan penuh dengan perban yang membalut tubuhnya yang terluka. "Apa kamu sudah bangun, Bulan Gelap?" Terdengar suara yang tidak asing baginya sedang menyapanya. "Oh, Harimau Bodoh, kamu sudah sembuh ya?" Jawab Enes. "Hei hei, lihat dulu siapa yang berbaring." Kata Azzumar dengan nada ketus. "Bagaimana keadaanmu saat ini?" Tanyanya. "Sudah mendingan daripada tadi malam." Jawab Enes. "Memangnya siapa kamu lawan, sehingga membuatmu seperti ini?" Tanya Azzumar lagi. "Sesuatu yang kuat," jawabnya singkat. "Bagaimana kalau kita melakukan latih tanding, nanti?" Tanya Enes dengan penasaran. "Tubuhmu aja seperti ini. Hei, aku tidak mau ya dibilang menang nantinya karena kondisimu." Kata Azzumar. "Kita akan latih tanding dua hari lagi di dalam hutan, bag
Setelah semua persiapan selesai, Rukam dan semua instruktur berkumpul dalam ruang perawatan. Enes, Shazin dan semua teman yang lain, ikut serta dalam penyembuhan ini. Racikan dari Bunga Inti Naga dituangkan ke dalam wadah besar yang telah diisi dengan air. Dan sebuah botol kecil yang terdapat saripati dari bunga itupun diminumkan ke Azzumar. Setelah itu mereka merendam Azzumar ke dalam wadah obat itu. Dalam keadaan tubuh yang tidak sadarkan diri yang direndam di wadah obat, Rukam mengalirkan mananya ke dalam tubuh Azzumar. "Ayo alirkan semua mana dan aura kalian ke dalam tubuhnya, mana dan aura kalian akan dinetralkan oleh cairan ini dan jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa kepadanya." Perintah Profesor Rukam kepada semua instruktur dan murid yang berada dalam ruang perawatan itu. Mereka pun mengalirkan mana dan auranya ke dalam tubuh Azzumar. Sehingga semua mana dan aura yang berada di sekitarnya meledak kembali, kemudian menyatu dalam tubuhnya dan dinetralkan oleh kalung yan
Malam kelam yang pecahnya getaran hebat dari Hutan Kesaksian membuat Desa Kutau dan Kota Panja dilanda kepanikan. Begitu juga dengan Akademi Bintang. Para murid yang berada di asramanya, terbang berhamburan ke tengah halaman. Karena getaran itu, adalah getaran terkuat yang selama ini mereka ketahui. Tetapi, Enes dan Shazin tidak mengetahui getaran yang terjadi di malam ini. Karena mereka tertidur begitu lelap disebabkan letih dan lelah yang membebani tubuh mereka. Di atas langit luas yang di temani bintang gemintang berkelipan, dan bulan yang menyinari malam. Nampaklah sosok seekor hewan putih bersayap, terbang dengan kecepatan tinggi melintasi cakrawala malam. Terbang dengan gagahnya, kedua sayapnya mempunyai 7 warna yang indah. Kulitnya dipenuhi sisik yang kuat, dan ekornya yang panjang laksana gergaji besar. Ia terbang mengarah ke timur dari kerajaan Maqdis. Di tempat lain yaitunya Hutan Kematian, terlihat juga seekor hewan besar bersayap. Mempunyai warna hitam pekat yang gelap
Enes dan Shazin memacu tunggangannya. Selepas dari misi, mereka menyempatkan kembali ke hutan kesaksian dan mengembalikan hewan suci milik Elves. Kemudian berjalan kaki untuk pergi ke akademi, dan mereka membawa anak kecil yang bernama Ryu bersama mereka."Bagaimana kabarmu di desaku?" Tanya Shazin sambil berjalan bersama Enes."Kabarku baik, dan mereka semua juga baik kepadaku." Jawab Ryu."Bagaimana ceritanya, kamu bisa bersama dengan kelompok pemburu itu?" Sela Enes. Ryu pun hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Enes."Kalau kamu tidak ingin memberitahu kami, tidak apa-apa." Kata Enes sambil menggaruk kepalanya."Anu.. Kami sebelumnya adalah seorang petani di sebuah desa kecil yang bernama Mildar berada di kerajaan Goris. Kami hidup bahagia walaupun memakan apa adanya. Tetapi, ketika perang terjadi antara kerajaan Goris dan Arakat, keluarga kami di bunuh oleh tentara Arakat dan menjadikanku sebagai rampasan dari peperangan. Adapun pemburu kemarin yang tuan bunuh itu, adalah par
Hari masih subuh, tapi Enes sudah bangun dan menunggu. Dia membawa semua keperluan untuk memasuki Hutan Pinus. Pakaiannya masih sama dengan yang dikenakan kemarin. Pedangnya diselipkan di antara ikat pinggang. Tak lama kemudian, Shazin pun keluar dari kamarnya dengan semua perlengkapannya."Apa dari tadi kamu menungguku?" Tanya Shazin yang keluar dari kamarnya."Tidak," jawabnya singkat."Kalau begitu, mari kita pergi." Kata Shazin.Mereka pun keluar dari rumah yang disediakan goblin, dan melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, para goblin tetap menundukkan kepalanya hingga mereka berdua tidak kelihatan.*Setelah lewat tengah hari, mereka berdua akhirnya sampai di Hutan Pinus. Hutan itu tumbuh subur. Dan di tengah hutan itu, terlihatlah sebuah gunung yang menjulang. Enes menyadari bahwa hutan ini tidak biasa. Ia merasakan banyak energi negatif yang keluar dari hutan.Ada banyak celah jalan yang luas dari hutan, dan banyak jalan yang bisa ditempuh di hutan ini, tapi tidak semuanya a