Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 14: Bersua dengan Vita[Jangan pernah meninggalkan rumahmu dalam keadaan kosong. Ada seseorang yang mengintai keberadaan rumahmu ini,] sebuah pesan chat dari nomor tidak kukenal.'Siapa lagi yang berani mengirim pesan chat ini,' batinku kembali. "Ada apa, Nes? Kok wajahmu berubah menjadi pucat pasi."Bu Wardah merasa curiga dan penasaran dengan raut wajahku yang berubah drastis. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi kepada ibu mertuaku."Apa isi pesan chat itu? Siapa yang mengirim pesan chat tersebut?"Bu Wardah sangat penasaran. Sehingga dia mencecarku beribu pertanyaan. Aku hanya mampu menghela napas lalu membuangnya dengan kasar."Rusly berulah lagi?" tanya Bu Wardah memastikan."Aku juga nggak tahu, Bu. Sudahlah, biarkan saja dia sesuka hatinya. Esok pasti terbongkar siapa sebenarnya dirinya," jawabku sambil melangkah gontai.Aku terpaksa buka suara. Aku juga tidak tahu siapa pemilik nomor itu. Padahal, nomor ini tidak banyak yang tahu. Hany
Mataku tidak sanggup membendung air mata yang terus meronta, kini buliran air bening itu jatuh membasahi pipi seolah tidak pamit. Aku hanya bisa pasrah. Untung saja ada ibu mertuaku yang senantiasa mendampingiku."Ibu, aku mohon kepadamu tolong setia menemaniku sampai akhir khayatku. Aku tidak mau esok kelak anak-anakku terdampar ketika usiaku sudah cukup.""Kamu harus kuat! Banyak single parent di luar sana jauh lebih berat tanggungannya ketimbang kamu, Nes! Ibu yakin kamu pasti kuat. In sya allah, Allah bersama orang yang sabar dan tawakal," ucap Bu Wardah sembari memberi petuah dan mengelus pundakku. Rasa empati kini lahir di dalam jiwanya lalu dia sampaikan kepadaku, menantunya.Tidak berapa lama, kami sampai di plataran parkir rumah sakit. Aku, Bu Wardah dan Pak Joko keluar dari dalam mobil menuju ruangan Dokter Faisal.Panas mentari amatlah panas, kami berjalan cepat menuju ke dalam rumah sakit. Cuaca di luar sangat panas. Itu sebabnya kami mengayunkan langkah dengan kecepatan t
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 15: Faisal Terkejut"Masih ada Allah buat bersandar dan mengadu, Nes. Ibu juga ada dan setia mengurus kamu sampai dedek kembar lahir," ujar Bu Aisyah mencoba memotivasi aku agar tidak rapuh.Tiba-tiba, nomor antrianku di panggil. Aku beranjak berdiri dari tempat duduk masuk ke dalam. Sebelum masuk ke dalam aku pamit terlebih dahulu sama Vita dan Bu Wardah."Aku izin sebentar Vita, Bu. Mohon doanya agar bayi dalam perutku sehat," ucapku seraya memukul bahu Vita. Aku mengedarkan pandangan ke arah Bu Wardah menandakan aku permisi.Aku melangkah masuk menuju ruangan Dokter Faisal. Aku masih kepikiran ucapan Vita. Katanya, dia suami Dokter Faisal. Sementara pengakuannya, dia belum menikah. Pikirku semakin pusing mikirin mana yang benar dan mana yang salah.'Apa aku bertanya langsung kepada Dokter Faisal?' gumamku sebelum membuka pintu ruangannya.Aku dilema, antara berani dan tidak. Kupegang gagang pintu lalu membukanya."Silahkan masuk!" ucap Faisal
"Silahkan diminum terlebih dahulu!" perintahnya sambil menyajikan teh itu tepat di depanku. Aku buang muka, andai aku punya sayap. Mungkin aku sudah terbang pada saat itu. Aku sudah terlalu muak melihat wajah tampannya.Faisal duduk kembali. Tidak lama kemudian dia meneguk teh hangat yang dibuatnya."Argh ...!" teriaknya.Faisal mengeluh sakit. Dia tidak ingat kalau teh hangat yang dia buat masih hangat.Aku tertawa lepas melihat tingkahnya."Alhamdulillah! Ternyata kamu masih bisa tertawa melihat aku menderita. Aku sangat senang."Aku batuk seketika mendengar ucapannya. Rasanya aku sangat menyesal tertawa."Maksud perkataan kamu itu, apa?" tanyanya kembali. Sepertinya dia tidak mengerti atau pura-pura tidak tahu. Atau dia ingin aku lebih banyak bicara."Kenapa seorang pria yang sudah mempunyai istri masih saja ingin memiliki banyak wanita? Apa tidak cukup memiliki satu bidadari?" tanyaku.Wajahnya merah, dia merasa tersindir karena aku mengatakan pria."Hm! Tidak semua pria seperti
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 16: Mimpi"Vita! Kamu ngapain di sini?" tanya Faisal terkejut."Kenapa wajahmu seperti itu? Salah kalau aku datang kemari?" tanya Vita.Wajah Faisal masam dan tidak enak dipandang. Aku hanya diam dan menyimak perdebatan antara Faisal dan Vita.Aku, Faisal dan Vita satu fakultas pada saat duduk di bangku kuliah. Aku kenal mereka begitu saja dan say hello. Soalnya aku, Faisal dan Vita beda jurusan dan Prodi. Cuma, pada saat KKN kami satu lokasi. Disitulah kami saling kenal lebih dalam."Nggak salah, cuma aku dan kamu sudah janji tidak saling mengganggu. Kenapa kamu datang kemari menemui aku?" tanya Faisal.Aku semakin tidak mengerti maksud perdebatan mereka berdua. Kalau aku menyimak percakapannya, mungkin Vita benar istrinya Faisal. Namun, aku belum bisa memastikan kebenarannya. Lebih baik aku diam dan menyimak semua perdebatan mereka."Aku butuh pengakuan dari kamu, kalau aku ini istrimu!" seru Vita kepada Faisal.'Sejak kapan mereka menikah? Kok
Baru saja pertanyaan itu terlintas dalam benaknya Bu Wardah, kini telah terucap tanpa jeda."Rusly dan Nesya sudah cerai," jawab Bu Wardah."Apa Rusly KDRT? Atau Nesya disiksa suaminya?"Bu Wardah sangat sungkan menjawab pertanyaan Vita. Kalau dia menjawab, secara tidak sadar. Dia pasti menyebarkan aib anaknya sendiri."Kok diam, Bu?!" cecar Vita menimpali.Mau tidak mau, Bu Wardah tetap buka mulut."Nesya menggugat cerai suaminya. Sedangkan anakku, Rusly, tidak berhenti selingkuh dengan Ririn.""Oh!"Vita memutar kedua bola matanya sambil berpikir sejenak. "Setahuku, Rusly itu orangnya baik dan kalem," ujarnya sambil mengernyitkan kening.Vita masih belum percaya kalau Rusly seperti itu. Pasien yang menunggu antri sudah merasa gelisah. Aku masih saja bertahan di dalam untuk membongkar semua rahasia Faisal dengan Vita."Memang iya," jawab Bu Wardah datar."Terus masalahnya apa?!"Vita tidak berhenti bertanya. Dia seperti HRD yang meng-interview pelamar kerja. Sesekali dia tetap melir
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 17: Lala Jatuh dari Lantai DuaRirin baru saja bangun, dia terkejut melihat Lala ada di dalam kamar. Tiba-tiba, Rusly menggeliat sehingga tangannya kena ke wajah Ririn."Sayang ...," tegur Ririn.Rusly bangun dan terkejut melihat apa yang terjadi. "Apa-apaan ini?" ucap Rusly dengan melihat badannya telanjang dada. ia meraba celananya ternyata tidak ada sama sekali."Ririn apa yang barusan kita lakukan?!" tanya Rusly panik. Tiba-tiba, dia seperti seseorang yang lupa ingatan."Cih! Kalau sudah dapat enaknya pura-pura hilang ingatan. Emang semua pria tidak ada sama sekali mengingat apa yang dia lakukan kalau sudah ...," ucap Ririn terjeda.Lala merekam hasil percakapan Ririn dengan Rusly. Dia sudah merencanakan ini semua dari awal."Bilang saja kamu juga senang dan mau. Nggak usah munafik lah!" potong Lala sembari mengulas senyum mengejek.Kali ini Ririn dan Rusly masuk ke dalam jebakannya. Dia ingin memeras Ririn dengan hasil rekaman itu."Lala ..
Jawab seseorang dari ujung sana setelah sambungan telepon terhubung.[Waalaikumsalam, apa benar ini ibu kandungnya Ririn Permata Sari yang bekerja di PT. Sinar Daun Asli di Kota ...,] ucap Lala sembari mengulas senyum melirik ke arah Ririn.Wajahnya Ririn memerah. Dia ingin mencabik-cabik wajahnya Lala, tapi apalahndayanya.[Ada apa dengan putri semata wayangku. Dia baik-baik saja atau bagaimana?] tanya ibunya Ririn di seberang sana. Sebut saja namanya Mayang.Lala diam sejenak dan mengkode Ririn agar segera setuju kalau malam ini mentransfer uang dengan nominal lima puluh juta ke rekening Lala.[Kabar Mbak Ririn baik-baik saja, Bu. Cuma ...,] ucap Lala terjeda karena dia sengaja memutuskan sambungan telepon sepihak.Lala memutar-mutar ponsel miliknya sambil memasang wajah garang mengejek Ririn."Bagaimana? Belum percaya juga kalau aku nggak bisa kamu kalahkan," tantang Lala dengan mata menyolot."Tidak ... Aku tidak bakalan terima kamu peras aku dengan cara keji seperti ini," sungut