Part 14
Cinta dalam diam
Sedan Audi e class berhenti di depan lobby hotel Shangrila. Dua wanita cantik segera turun dari kursi penumpang. Riana dan Syafira. Mereka pun bergegas menaiki anak tangga masuk ke lobby hotel. Penjaga pintu segera memberi hormat dan salam. Lalu, mempersilakan masuk. Baru beberapa langkah mendadak seorang wanita dengan senyum ramah menyongsong kedatangannya."Selamat malam. Perkenalkan saya Rhizta--sekeretaris Pak Akbar," sapanya ramah dengan mengulurkan tangan.
"Selamat malam. Saya, Syafira--sekretaris Bu Riana," balas Syafira menjabat tangan gadis berbulu mata lentik itu disertai lengkungan bibir ke atas yang begitu manis.
"Senang sekali kita bisa berkenalan langsung. Oh, ini Bu Riana?" Gadis bermata bulat itu menatapku tanpa berkedip sembari mengulurkan tangan.
"Selamat malam juga Rhizta. Kami merasa senang bisa bertemu langsung dan berkenalan dengan Anda," jawabku tersenyum ramah sambil membalas ulura
Part 15Selangkah yang tak pernah sampaiSementara itu, saat keduanya berada di dalam mobil ...."Boleh aku mengatakan yang sejujurnya, Ria?" ucap Syafira memecah keheningan."Apa kau menyembunyikan sebuah rahasia padaku?" jawab Riana dengan pandangan penuh selidik."Ya. Dan mungkin kau juga sudah tahu. Meski belum semuanya, karena hanya sebagian saja." Syafira terlihat gugup dan sedikit tegang, hingga ia pun membenarkan posisi duduknya. Kemudian menoleh padaku dengan tatapan serius."Maksudmu?" Kali ini aku membalas tatapan seriusnya itu."A-akbar yang baru saja kita temui itu sebenarnya adalah ....""Nazran?" potongku cepat disertai dadaku yang bergemuruh hebat."Ya. Dia adalah Nazran, Ria. Kamu ingat nama lengkapnya, Nazran Akbar Al Maliki," sahut Syafira menegaskan.Seketika aku bergeming, karena kehabisan kata-kata dan perasaan untuk mengungkapkan. Antara terkejut, haru dan sesal sebab kesalahan d
Bab 16.Kenangan SemalamAku masih mempertanyakan rahasia takdir yang berlaku pada jalan hidup ini.Tujuh belas tahun, bukan waktu yang singkat dan mudah menjalani hari-hari bersama serta menyesuaikan diri dengan Jovan. Meski aku mencintainya, tetapi lelaki itu ternyata hanya mempermainkanku saja. Belakangan, aku baru mengetahui, Jovan telah merajut kasih dengan wanita lain, hingga membuat malam pertamaku harus dilalui dengan penuh kekecewaan karena penghinaan.Belum lagi siksa kehidupan yang harus aku jalani. Caci maki dari kebencian dan perlakuan buruk wujud nyata tampilan perangai asli suamiku, yang hanya besandiwara mengucap kata cinta. Sebuah keadaan yang tak terduga harus aku hadapi sendiri. Hanya dukungan dari ibu yang membuatku tetap tegar, walau jauh mimpi dari kenyataan. Pedih.Nasi sudah menjadi kerak. Tak mungkin lagi bisa diubah. Hanya kehadiran janin di rahim yang membuatku masih bertahan dalam ikatan pernikahan sandiwar
Bab 17Rahasia TakdirMengapa cinta begitu menyakitkan? Bahkan memberikan kepedihan. Haruskah aku mengakhiri? Sebab cinta bukan milikku lagi.Di sebuah ruangan yang dibatasi empat dinding bercat broken white, seolah menjadi saksi pertemuanku kembali dengan Nazran yang telah dipisahkan oleh takdir selama tujuh belas tahun. Namun, cinta masa lalu yang sempat tertunda oleh jarak dan waktu kini seakan bangkit kembali."Maaf, Ria. Hari telah larut. Aku harus pulang dan kamu harus segera tidur, agar besok badanmu terasa segar kembali. Aku akan kembali menjemput dan langsung mengantarmu ke kantor," ucap Nazran hendak berlalu dariku."Duduklah kembali. Aku mohon!" pintaku"Ta-tapi ... Ria?" jawabnya bimbang."Kamu bisa, kan, memenuhi permintaanku kali ini?""Baiklah." Lelaki berperawakan macho itu kembali mengambil tempat duduknya."Bisa lebih dekat?" pintaku sembari menatapnya lekat, sebab Nazran mengambil jarak beberapa
Part 1Kabut CintaAku masih termenung di sini. Mencoba paham akan semua problematika. Cinta ... terlalu rumit, karena sebab akibat dan sebutir kasih sayang. Dia berikan pada jiwa-jiwa nestapa di ujung mayapada, termasuk diriku dan juga kau.Percayalah! Aku mencintaimu tanpa syarat, mengasihimu tanpa belas ataupun iba dengan segenap jiwa raga, karena cinta yang sesungguhnya takkan pernah menghadirkan titik hitam bagi hati. Tak kan pula membuat pelakunya menjadi ternodai. Sebab cinta yang sejati adalah cinta yang dilandasi untuk menggapai ridho Illahi, bukan semata karena hanya ingin merasakan kenikmatan sesaaat yang kelak kan disesali."Kau masih berani menampakkan diri dengan menginjakkan kaki kembali ke rumah ini? Dengan semua yang telah kau perbuat membuat nama besar dan kehormatan keluarga tercoreng sebab aibmu itu!" Keras suara ayah terdengar saat aku baru saja kembali ke rumah. Gurat amarah jelas tergambar di wajah keriputnya. Bahkan, ak
Part 2Nasehat IbuJika malam tak selalu diartikan gelap, maka cinta tak seharusnya memberikan luka. Mungkin waktu dan jarak harus menjeda agar rasa sakit bisa mereda.Dua bulan di rumah ayah terasa lebih menyakitkan. Apalagi ia masih saja diam dan bermuka masam. Sungguh, baru kali ini ayah bersikap seperti itu.Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Kamar yang luas dengan jendela menghadap ke taman dan sinar matahari pagi menorobos melalui tirainya, terasa hangat serta memberikan tidak hanya ketenangan, tetapi juga menyegarkan raga dari kepenatan sebab rutinitas sehari-hari, kini seakan terasa mati.Aku duduk di meja rias. Pantulan wajah di cermin terlihat kuyu dan mata sembab, karena tak mendapatkan haknya untuk tidur semalam. Tak sedetik pun aku bisa memejamkan mata. Terlebih bila mengingat kejadian kemarin. Bulir hangat itu masih saja mengalir membasahi wajahku yang kian menirus. Memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi d
Part 3Luka di atas lukaMendadak kepalaku pusing dan mata berkunang-kunang. Badan terasa lemas, hingga tanpa bisa menahan keseimbangan badan aku luruh hampir menyentuh lantai marmer yang menghampar menutupi seluruh permukaan ruang keluarga. Namun, dengan sigap Jovan menangkapku. Tangan kekarnya berhasil meraih tubuhku. Lalu, pelan dan penuh kelembutan lelaki pemilik postur tubuh tegap dan perut sixpeck itu menggendong dan merebahkan tubuhku ke tempat tidur di ruang tamu. Lamat-lamat pandanganku masih bisa melihat tangan Jovan yang membuka beberapa kancing baju blues atasku untuk melonggarkan dan memberi jalan napas, karena memerlukan asupan oksigen lebih banyak untuk melonggarkan dada. Kurasakan getaran tangan, bibir tipisnya naik turun menelan saliva dan peluh bercucuran membasahi dahi. Sesekali ia mengusapnya dengan membuang napas kasar. Sepertinya lelaki itu harus menahan desakan hasrat yang mendadak muncul. Berulang kali ia berusaha menguasai gejolak gairah
Part 4Kenyataan pahitMengingatmu dalam gaguTatkala sukma terhanyut semilir alunan bayu pekat dan rentaGelebahmu menguap terbawa asa nan repasDan kau pun membawa sauh berlabuh pada dermaga cinta sang wanita penggodaMenyuguhkanmu secawan bisa dalam rupa madu pada netra berkabut fatamorganaDuhai tuan sang pengiba hatiSudahkah kau lupa pada janji?Saat mengkhitbahku duluKau datang bak ksatria pujangga menghelaku dari jelagaNamun, ternyata hanya untuk kau larungkan dalam durja kerinduanBersama pedihnya belati harap tak kunjung menghirapHingga menenggelamkanku pada duka yang lerak menderak.Masa indah pengantin baru seharusnya dilewati dengan kenangan indah dan manis. Namun, tidak bagiku, karena justru siksa sebagai permulaan dalam mengarungi bahtera kehidupan bersama Jovan.Pagi datang menjelang. Aku menuju dapur dan memasak nasi goreng. Dua nasi goreng seafood telah siap saji di meja m
Part 5Pengorbanan cintaKata orang cinta tak hanya sebatas rasa dan kata, tetapi butuh tindakan nyata disertai kepercayaan, pengakuan dan pengorbanan. Jovan telah berhasil mengoyak hatiku seperti secangkir kopi yang telah dibanting hingga hancur berkeping-keping. Namun, sisi lembut dari rasa manusiawiku masih mengasihinya. Mungkinkah ini karena cinta yang terlalu kuat mengikat ataukah hanya sekedar rasa iba? Entahlah ...."Aku punya usul. Mungkin kau setuju?" ucapku memberanikan diri. Jovan menoleh ke arahku. Iris kelamnya menatapku teduh."Apa itu, Na?" balasnya penuh tanda tanya"Sebaiknya kita bikin surat perjanjian," usulku."Maksudmu?""Berapa uang yang harus kubayar agar kau bisa mendapatkan jumlah yang sama dengan warisan yang akan kau terima dari Pak Wijaya? Dan kau bebas menikahi Siska.""Sangat banyak," jawabnya ragu. Rasa bimbang tampak jelas di wajah putihnya."Sebutkan saja jumlahnya, kau tak pe