Xander sedang berbaring terlelap diranjang empuknya sebelum perutnya tiba-tiba bergejolak, seperti ada sesuatu yang ingin keluar. Pelipisnya mengkerut dan keringat tipis mulai mengalir di dahinya. Ruangan yang dingin semakin membuat tubuhnya bergetar.
Padahal, beberapa menit yang lalu tubuhnya masih dalam keadaan baik-baik saja. Sehingga ia bisa tidur dan berbaring dengan nyaman. Tapi setelahnya, tubuhnya tiba-tiba merasakan hal yang aneh.Semakin ia memejamkan matanya, semakin rasa mualnya muncul. Ia merasa tidak tahan lagi. Xander lalu bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi. Langkahnya sempoyongan dan tergesa-gesa, untungnya ia tidak menabrak benda-benda yang ada dikamarnya."Huekkk.....huekkkk" Xander berusaha untuk memuntahkan cairan yang sejak tadi selalu bergejolak untuk keluar, tapi hanya cairan putih bening yang keluar.Kamarnya kedap suara, sehingga orangtuanya tidak akan mendengar suara mualnya. Kalau sampai mereka mendengarnya, pasti mereka akan langsung memanggil dokter ke rumah ini.Nafasnya tersengal-sengal, seperti ada benda besar yang menimpahnya dengan kuat. Ia lalu mencuci wajahnya dan menatap wajahnya yang terlihat pucat. Aneh, padahal sebelumnya ia baik-baik saja.Setelah mencuci muka, ia langsung keluar dari kamar mandi dan duduk di kursi dekat jendela. Membuka jendela dan membiarkan angin malam masuk kedalam kamarnya.Pikirannya terus berkecamuk dan kepalanya terasa berat. Sudah beberapa hari ini tubuhnya merasakan hal yang tidak biasanya. Bahkan dokter pun mengatakan tidak ada hal serius yang dialaminya.Tidak mungkin jika dirinya baik-baik saja, sedangkan ia setiap hari merasakan hal yang tidak enak pada tubuhnya. Mual-mual, sakit kepala, tidak nafsu makan dan yang lebih parahnya lagi, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.Ia tidak tahu sampai kapan akan mengalami hal seperti ini. Sepertinya tuhan sedang menghukumnya karena dosa-dosanya dimasa lalu.Xander lalu mengambil ponselnya dan melihat layar ponsel yang masih menunjukkan jam 12.00 malam. Masih banyak waktu untuk ia beristirahat. Namun matanya tidak bisa terpejam.Dari pada tidak ada kegiatan apapun selain tidur, ia memutuskan untuk memeriksa dokumen kerjanya. Duduk dimeja kerjanya dan mulai memeriksanya. Mungkin setelah kelelahan bekerja ia bisa tertidur kembali.***Didalam kamarnya, Alexa telah tertidur dengan nyenyak. Ia bahkan bertemu dengan seekor rusa yang cantik di pegunungan. Ia mengelus kepala rusa itu dengan lembut. Bulu-bulu halus rusa langsung menggelitiki telapak tangannya. Membuatnya tersenyum hangat dalam tidurnya.Beberapa jam telah berlalu, waktu sudah berjalan hingga pagi. Suara kicauan burung membangunkan Alexa dari tidur panjangnya. Tadi malam mimpinya terasa indah dan nyata. Seakan-akan ia sedang berada disana. Setelah bangun tubuhnya langsung merasa segar.Alexa lalu mengecek ponselnya dan mendapatkan alarm pengingat. Hari ini ia harus berkunjung ke rumah Hana. Wanita seusianya yang sudah menolongnya waktu pingsan ditaman kemarin.Sebelumnya ia belum sempat menemuinya, tapi hari ini ia akan menemuinya. Untungnya dokter memberikan identitas mengenai seseorang yang sudah membawanya ke rumah sakit. Jadi ia bisa dengan mudah menemukannya.Sebelum pergi, ia ingin membuat beberapa cemilan. Tidak mungkin berkunjung kerumah orang tidak membawa apa-apa dan hanya mengucapkan terimakasih saja. Lebih baik kalau ia membawa beberapa cemilan khas Amerika. Lagian membuat cemilannya tidak sulit, hanya membutuhkan beberapa bahan dasar yang mudah untuk didapatkan.Setelah cemilannya selesai, ia langsung bergegas mandi dan membersihkan kekacauan yang telah dibuatnya. Setelah itu baru ia bisa pergi dengan tenang setelah semuanya beres.***Xander yang merasakan cahaya matahari mulai masuk kedalam kamarnya membuatnya terbangun. Ia benar-benar tertidur walaupun hanya beberapa menit. Tapi tetap saja tubuhnya terasa lemah dan tidak bertenaga.Hari sudah pagi, sudah waktunya ia pergi bekerja. Orangtuanya pasti sedang menunggunya untuk sarapan pagi dibawah. Lalu ia langsung bergegas mandi dan merapikan dirinya. Setelah selesai ia langsung turun kebawah dengan menuruni beberapa anak tangga.Dibawah, ia sudah melihat kedua orangtuanya berkumpul. Papanya duduk ditengah meja dan mamanya sedang berdiri menyiapkan piring dan makanan untuk diletakkan diatas meja."Xander! Ada apa dengan wajahmu?" Ana yang melihat kondisi putranya saat ini langsung terkejut. Matanya menatap khawatir pada wajah putranya. Wajah pucat dan ada lingkaran hitam dibawah matanya."Aku tidak bisa tidur, Ma" Xander berjalan mendekat kearah mamanya dan duduk dihadapannya."Lihatlah lingkaran hitam dibawah matamu dan wajahmu terlihat pucat. Lebih baik kau istirahat saja ya di rumah. Mama takut kalau terjadi sesuatu dengan mu dijalan" Ana memperhatikan wajah putranya dengan khawatir."Tidak usah, Ma. Aku ada rapat penting hari ini" Xander langsung menolak permintaan mamanya dengan halus. Ada rapat penting diperusahaan hari ini, tidak mungkin ia sebagai pemimpin tidak menghadirinya."Jangan membantah mamamu. Lihatlah dirimu sekarang, bahkan karyawan pun akan takut melihat kondisi mu sekarang. Lebih baik istirahat dirumah, Papa yang akan menggantikanmu diperusahaan sementara sampai kau kembali sehat" Hans yang melihat kondisi putranya yang buruk langsung menyelahnya saat mendengar Xander tetap ingin bekerja dengan kondisi tubuhnya yang buruk."Tapi, Pa!" Xander tetap menolak permintaan papa dan mamanya. Baginya, rapat lebih penting karena menyangkut masalah perusahaan."Tidak ada tapi-tapian, Xander. Dengarkan ucapan papa, fokus saja sama kesehatan mu sekarang. Apa perlu papa panggilkan dokter kerumah untuk memeriksa mu?" Sekali lagi Hans menolak permintaan Xander dengan tegas.Masih ada dirinya yang bisa menjalankan rapat selagi menunggu kesehatan putranya pulih. Jika ia tetap membiarkan Xander bekerja maka seluruh mitra bisnisnya akan menganggap dirinya sebagai orangtua yang buruk karena membiarkan anaknya berkerja dalam kondisi yang tidak sehat."Tidak perlu, Pa. Aku hanya butuh tidur beberapa jam saja" Xander langsung menolak permintaan papanya untuk memanggilkan dokter ke rumah."Bagus, kalau begitu kau harus makan sekarang" Ana langsung berkata dengan bangga pada putranya. Lebih baik memperhatikan kondisi kesehatannya dulu baru memikirkan pekerjaannya.Ana lalu mengambil piring dan mengisinya untuk suami dan juga putranya. Setelah selesai mereka langsung melanjutkan makannya."Kenapa tidak dimakan?" Ana mengkerutkan keningnya penasaran saat melihat putranya tidak memakan makanan yang telah ia siapkan didepannya."Aku tidak selera untuk makan, Ma" Xander langsung menghela nafasnya berat. Melihat makanan enak didepannya tidak sedikitpun dapat membangkitkan selera nafsu makannya."Xander, kalau kau tidak makan maka kesehatan mu akan semakin memburuk dan kau tidak akan bisa kembali bekerja seperti semula" Ana yang mendengar perkataan Xander hanya bisa menatapnya khawatir."Dengarkan perkataan mama mu. Ini semua merupakan hal yang terbaik untukmu" Hans yang memperhatikan istri dan putranya juga ikut menasehatinya."Ya" ucap Xander dengan pelan. Ia lalu mengambil sendok dan menyendok makanan kedalam mulutnya. Hanya ada rasa hambar di lidahnya saat makanan itu masuk kedalam mulutnya.***Alexa memperhatikan nomor rumah dan kertas yang berisikan alamat yang ia pegang ditangannya. Alamat yang tertera di kertasnya sudah sesuai, mungkin memang itu rumahnya. Dari pada ragu lebih baik memeriksanya langsung.Ting...Ting...Alexa memencet tombol bel yang terletak dipintu gerbang, menunggu pemilik rumah untuk datang dan menghampirinya. Setelah memencet bel beberapa kali, pemilik rumah akhirnya datang. Wanita muda yang seusia dengannya."Halo" Alexa langsung menyapanya dengan senang setelah wanita itu keluar menghampirinya."Kamu??" Hana melihat kedatangan Alexa kerumahnya dengan tatapan terkejut. Ia seperti mengenal wanita itu, tapi tidak ingat siapa namanya."Aku Alexa, kata dokter kamu yang membawa aku ke rumah sakit saat pingsan ditaman" Alexa yang melihat raut kebingungan di wajah Hana langsung menjelaskan siapa dirinya."Ahh, itu kamu! Untungnya kamu tidak apa-apa. Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu sampai kamu bangun. Soalnya aku ada urusan yang mendesak" Hana yang mendengar penjelasan Alexa segera mengingat semuanya. Ternyata Alexa adalah wanita yang telah ia selamatkan saat pingsan ditaman."Tidak apa-apa, kamu sudah mau mengantarkan aku ke rumah sakit pun, aku sudah senang" ucap Alexa dengan senyum hangat. Sudah dibawah ke rumah sakit saja ia sudah merasa senang, tidak perlu terlalu memaksa dirinya untuk menunggunya sadar. Apalagi kalau ada sesuatu hal penting yang harus segera dilakukan."Iya, kamu ada urusan apa datang ketempat ku?" Hana yang mendengar kata-kata Alexa langsung merasakan hangat dihatinya, sepertinya Alexa adalah wanita yang baik."Aku datang kesini untuk mengucapkan terimakasih atas pertolongan kamu dan aku ingin memberikan beberapa cemilan khas Amerika yang aku buat sendiri" Alexa langsung menyampaikan tujuannya untuk datang kesini dan memberikan kotak cemilan yang telah ia bawah sejak tadi."Wahh, terimakasih banyak. Jadi merepotkan kamu saja" Hana menatap dan mengambil kotak yang berisikan cemilan dengan mata berbinar."Tidak masalah, kalau begitu aku pergi dulu ya. Sampai jumpa lagi!" Alexa yang tidak ingin mengganggu waktu Hana langsung pamit untuk pergi, yang terpenting ia sudah mengucapkan terimakasih karena sudah bersedia untuk menolongnya.~NextKandungan Alexa sudah menginjak usia 8 bulan, sebentar lagi anaknya akan segera lahir. Sebelum itu, ia ingin mendatangi rumah sakit untuk memeriksa kesehatan dan kapan waktu yang tepat untuk anaknya lahir.Setiap bulannya ia selalu rutin memeriksakan kesehatan kandungnya, ia tidak ingin jika terjadi sedikit masalah pun pada anak yang ada dikandungnya. Bahkan ia selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya agar tidak terjadi cidera yang dikhawatirkan.Sekarang Alexa sudah berada di rumah sakit yang pernah ia datangi waktu pingsan ditaman beberapa bulan yang lalu. Selain itu, di rumah sakit ini juga ia selalu memeriksa kesehatan kandungnya. Dokternya merupakan orang yang sudah ia kenal dengan baik, sehingga membuatnya lebih leluasa untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi kandungnya."Kandungan mu sangat sehat dan baik, aku pikir kau bisa melahirkan secara normal dalam beberapa Minggu lagi. Kau harus tetap rutin meminum suplemen kesehatan yang sudah dire
Sebelum kelahirannya tiba, Alexa dan kakaknya akan berbelanja seluruh perlengkapan bayi yang akan ia butuhkan di Mall. Beruntung kakaknya datang dan akan membayarkan semua barang yang akan ia beli. Jadi ua tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Kebetulan sekali, ia belum membeli barang apapun untuk anaknya nanti. Lebih baik dibeli sekarang daripada sibuk membelinya nanti.Alexa membawa kakaknya ke Mall, ke bagian khusus perlengkapan bayi. Ia menyeret kakaknya untuk ikut masuk dengannya, karena kakaknya menolak untuk masuk sebelumnya. Tapi Alexa tidak akan membiarkan kakaknya diam berdiri diluar, lebih bagus kalau Alex bisa membantunya."Bagaimana dengan baju ini, warnanya sangat manis dan cantik" Alex menunjukkan sepasang pakaian bayi dengan warna merah muda yang tidak terlalu mencolok. Pakaiannya imut dan membuat siapapun yang memakainya akan terlihat cantik."Kakak, baju ini berwarna merah muda. Bagaimana kalau anakku nanti laki-laki?" Alexa langsung
Malam harinya, Alexa tertidur dengan nyenyak. Jendela kamarnya dibiarkan terbuka agar angin malam dapat masuk kedalam. Daripada menggunakan pendingin ruangan, ia lebih suka angin alami. Lebih bagus untuk kesehatannya.Suara jangkrik, menghibur dirinya seperti lagu pengantar tidur. Bulan terlihat menyala dengan memamerkan sinarnya hingga tembus kedalam kamarnya. Alexa mengeratkan selimutnya hingga ke dada nya.Pelipisnya tiba-tiba berkerut, keringat tipis mulai mengalir didahi mulusnya. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang tidak tahu datang dari mana.Matanya lalu terbuka dan ia kembali sadar. Rasa sakit itu ternyata datang dari perutnya, bagaimana bisa? Usia kandungannya baru 8 bulan!Rasa sakitnya semakin bertambah parah, Alexa mencoba untuk meredam suaranya, tapi tetap saja tidak bisa. Perutnya terasa semakin sakit, sepertinya ia akan melahirkan."KAKAK!!" Alexa meninggikan suaranya memanggil sang kakak. Nafasnya terengah-engah men
Alexa memandang putranya yang sedang terlelap didalam box bayinya. Ia baru saja kembali ke penginapannya setelah dirawat selama seminggu dirumah sakit, tentu saja dengan ditemani kakaknya. Setelah dokter mengatakan bahwa kondisinya sudah membaik dan memperbolehkannya untuk pulang maka ia dan kakaknya bergegas kembali. Berlama-lama dirumah sakit membuat kepalanya sakit dengan bau obat-obatan."Sudah tertidur?" Alex menemui adiknya yang berada dikamarnya, berdiri disebelahnya dan ikut memandang keponakannya yang sedang tertidur lelap di box bayinya.Mata tajam, rahang tegas dan wajah tampan dari keponakannya mengingatkan Alex pada seseorang yang sangat ia kenal dengan baik. Semakin lama ia memandang keponakannya maka semakin mirip pula mereka. Tapi, sayangnya ia lupa siapa orang yang mirip dengan keponakannya."Saat tertidur pun wajahnya terlihat menyeramkan!" ucap Alex tanpa memperhatikan raut wajah Alexa yang terlihat tidak baik, sepertinya ia salah bicara
"Oekkk...oekkk....oekkk" Alexa mendengar suara tangis yang datang dari kamar putranya sontak langsung menghampirinya. Ia baru saja selesai membereskan penginapannya dan langsung datang saat putranya menangis, untung saja ia sudah mencuci tangannya terlebih dahulu. Tidak bagus menyentuh bayi dalam keadaan tangan kotor."Sayang, cup...cup" dengan lembut ia menggendong putranya di lengannya, mengayunkannya pelan agar putranya tentang. Ia bahkan menghibur putranya agar berhenti menangis.Ia memperhatikan wajah putranya yang memerah akibat menangis, mengecek dahinya dan tidak panas sama sekali. Alexa menghela nafas lega, untung saja putranya tidak demam tiba-tiba.Alexa berpikir sejenak alasan mengapa putranya menangis. Ia baru saja memberikannya ASI sebelum putranya tertidur, membersihkan tubuh putranya juga sudah, tapi kenapa putranya masih menangis.Ia lalu tetap menenangkan putranya dengan lembut, berharap putranya segera tenang dan kemba
5 tahun sudah berlalu. Kini Alexa menikmati hari-harinya dengan tenang tanpa adanya sedikitpun masalah yang menghampirinya. Putranya sudah tumbuh menjadi sosok anak yang baik dan manis. Bahkan ia berharap kalau anaknya tidak cepat dewasa, agar bisa terus bersama putranya.Namun sayang, ketenangannya sering terganggu dengan panggilan telepon dari kakak tersayang nya. Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, langsung membuat moodnya hancur. Bagaimana tidak hancur kalau setiap saat kakaknya menelepon, yang dibahas hanyalah masalah yang sama."Aku tidak bisa kembali kesana, kak!" ucap Alexa dengan jengah. Sudah ribuan kali Alex memaksanya untuk kembali ke Amerika. Kenapa kakaknya ini masih tidak mengerti! Ia memperhatikan putranya yang sedang bermain di luar rumah dengan anak tetangga, untung saja putranya tidak mendengar perkataannya. Kalau tidak, pasti ia akan banyak bertanya."Mau sampai kapan kau disana, apa kau lupa? Kalau kau masi
"Mama" teriak William dengan semangat. Setelah panggilan dengan pamannya berakhir. Ia langsung menghampiri mamanya yang sedang menonton televisi di ruang tamu.Alexa yang mendengar teriakan putranya hanya mengkerutkan keningnya penasaran. Tidak biasanya putranya itu merasa begitu bersemangat. Pasti ada sesuatu!"Sayang, kenapa berlari seperti itu? Bagaimana kalau kau terjatuh nanti?" Alexa yang melihat putranya berlari menghampirinya langsung mengingatkannya dengan nada khawatir. Putranya ini begitu aktif dan agresif, dirinya sering dibuat kewalahan karena sifat putranya.Pernah putranya ini bermain hingga ke taman kota tanpa sepengetahuannya. Padahal ia hampir menelepon polisi dan mengatakan bahwa putranya diculik. Untung saja tetangga sebelah penginapannya langsung mengantarkan William pulang dan mengatakan kalau putranya bermain di taman kota seorang diri. Ia hanya bisa bernafas prustasi setelah kejadian itu."Maaf, aku tidak akan berlari lagi.
Angin malam menyapu kulit tangannya yang hanya mengenakan baju pendek, suara jangkrik menemani malam seraya bernyanyi bersama embusan angin.Alexa terpaku pada penampakan aktivitas malam diluar kaca jendelanya, hatinya merasa gelisah seketika dan ratapannya pun senduh. Ia ragu sesaat, apakah harus melakukannya atau tidak. Bimbang, hatinya mengatakan tidak sedangkan kepalanya harus melakukannya.Menatap satu nama yang tertera dilayar ponselnya. 'Kak Alex'Tangannya tidak sanggup untuk menekan tombol hijau. Tapi, ia teringat janjinya dengan putranya. Tidak mungkin ia mengubah pikirannya.Dengan satu embusan nafas yang panjang, Alexa akhirnya menekan tombol hijau. Tutttt.....Telepon berdering bertanda panggilan tersambung. Jantung nya berdegup kencang, tangannya meremas gangang handphone dengan keras."Sekarang kau berinisiatif untuk menelepon kakakmu sendiri? Bukankah kau selalu menolak panggilan kakak?" Terden
Pagi yang hening diruangan makan, suara sendok dan garpu terdengar menghiasi suasana makan keluarga Xander. Tidak ada satu pun suara yang terdengar kecuali suara makan. Sampai sosok wanita paru baya yang masih terlihat cantik menghentikan aktivitas makannya dan menatap putranya lekat."Xander, jangan lupa pesan mama kemarin! Kamu harus datang ke cafe XX, mama sudah menentukan jadwal kapan kalian akan bertemu" Ana menatap Xander dengan serius, ia bahkan sepertinya tidak peduli dengan Xander yang sudah berapa kali menolak permintaannya. Baginya, Xander harus setuju untuk bertemu dengan wanita yang sudah ia tentukan.Ana sangat keras kepala untuk segera menjodohkan putranya dengan segala jenis wanita pilihannya, tanpa mempedulikan pendapat Xander sedikitpun. Bahkan ia tidak pernah bertanya seperti apa tipe wanita yang putranya itu inginkan. Karena menurutnya, hanya wanita pilihannya lah yang hanya bisa menikah dengan Xander. Tidak dengan sembarangan wanita, apalagi wa
Angin malam menyapu kulit tangannya yang hanya mengenakan baju pendek, suara jangkrik menemani malam seraya bernyanyi bersama embusan angin.Alexa terpaku pada penampakan aktivitas malam diluar kaca jendelanya, hatinya merasa gelisah seketika dan ratapannya pun senduh. Ia ragu sesaat, apakah harus melakukannya atau tidak. Bimbang, hatinya mengatakan tidak sedangkan kepalanya harus melakukannya.Menatap satu nama yang tertera dilayar ponselnya. 'Kak Alex'Tangannya tidak sanggup untuk menekan tombol hijau. Tapi, ia teringat janjinya dengan putranya. Tidak mungkin ia mengubah pikirannya.Dengan satu embusan nafas yang panjang, Alexa akhirnya menekan tombol hijau. Tutttt.....Telepon berdering bertanda panggilan tersambung. Jantung nya berdegup kencang, tangannya meremas gangang handphone dengan keras."Sekarang kau berinisiatif untuk menelepon kakakmu sendiri? Bukankah kau selalu menolak panggilan kakak?" Terden
"Mama" teriak William dengan semangat. Setelah panggilan dengan pamannya berakhir. Ia langsung menghampiri mamanya yang sedang menonton televisi di ruang tamu.Alexa yang mendengar teriakan putranya hanya mengkerutkan keningnya penasaran. Tidak biasanya putranya itu merasa begitu bersemangat. Pasti ada sesuatu!"Sayang, kenapa berlari seperti itu? Bagaimana kalau kau terjatuh nanti?" Alexa yang melihat putranya berlari menghampirinya langsung mengingatkannya dengan nada khawatir. Putranya ini begitu aktif dan agresif, dirinya sering dibuat kewalahan karena sifat putranya.Pernah putranya ini bermain hingga ke taman kota tanpa sepengetahuannya. Padahal ia hampir menelepon polisi dan mengatakan bahwa putranya diculik. Untung saja tetangga sebelah penginapannya langsung mengantarkan William pulang dan mengatakan kalau putranya bermain di taman kota seorang diri. Ia hanya bisa bernafas prustasi setelah kejadian itu."Maaf, aku tidak akan berlari lagi.
5 tahun sudah berlalu. Kini Alexa menikmati hari-harinya dengan tenang tanpa adanya sedikitpun masalah yang menghampirinya. Putranya sudah tumbuh menjadi sosok anak yang baik dan manis. Bahkan ia berharap kalau anaknya tidak cepat dewasa, agar bisa terus bersama putranya.Namun sayang, ketenangannya sering terganggu dengan panggilan telepon dari kakak tersayang nya. Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, langsung membuat moodnya hancur. Bagaimana tidak hancur kalau setiap saat kakaknya menelepon, yang dibahas hanyalah masalah yang sama."Aku tidak bisa kembali kesana, kak!" ucap Alexa dengan jengah. Sudah ribuan kali Alex memaksanya untuk kembali ke Amerika. Kenapa kakaknya ini masih tidak mengerti! Ia memperhatikan putranya yang sedang bermain di luar rumah dengan anak tetangga, untung saja putranya tidak mendengar perkataannya. Kalau tidak, pasti ia akan banyak bertanya."Mau sampai kapan kau disana, apa kau lupa? Kalau kau masi
"Oekkk...oekkk....oekkk" Alexa mendengar suara tangis yang datang dari kamar putranya sontak langsung menghampirinya. Ia baru saja selesai membereskan penginapannya dan langsung datang saat putranya menangis, untung saja ia sudah mencuci tangannya terlebih dahulu. Tidak bagus menyentuh bayi dalam keadaan tangan kotor."Sayang, cup...cup" dengan lembut ia menggendong putranya di lengannya, mengayunkannya pelan agar putranya tentang. Ia bahkan menghibur putranya agar berhenti menangis.Ia memperhatikan wajah putranya yang memerah akibat menangis, mengecek dahinya dan tidak panas sama sekali. Alexa menghela nafas lega, untung saja putranya tidak demam tiba-tiba.Alexa berpikir sejenak alasan mengapa putranya menangis. Ia baru saja memberikannya ASI sebelum putranya tertidur, membersihkan tubuh putranya juga sudah, tapi kenapa putranya masih menangis.Ia lalu tetap menenangkan putranya dengan lembut, berharap putranya segera tenang dan kemba
Alexa memandang putranya yang sedang terlelap didalam box bayinya. Ia baru saja kembali ke penginapannya setelah dirawat selama seminggu dirumah sakit, tentu saja dengan ditemani kakaknya. Setelah dokter mengatakan bahwa kondisinya sudah membaik dan memperbolehkannya untuk pulang maka ia dan kakaknya bergegas kembali. Berlama-lama dirumah sakit membuat kepalanya sakit dengan bau obat-obatan."Sudah tertidur?" Alex menemui adiknya yang berada dikamarnya, berdiri disebelahnya dan ikut memandang keponakannya yang sedang tertidur lelap di box bayinya.Mata tajam, rahang tegas dan wajah tampan dari keponakannya mengingatkan Alex pada seseorang yang sangat ia kenal dengan baik. Semakin lama ia memandang keponakannya maka semakin mirip pula mereka. Tapi, sayangnya ia lupa siapa orang yang mirip dengan keponakannya."Saat tertidur pun wajahnya terlihat menyeramkan!" ucap Alex tanpa memperhatikan raut wajah Alexa yang terlihat tidak baik, sepertinya ia salah bicara
Malam harinya, Alexa tertidur dengan nyenyak. Jendela kamarnya dibiarkan terbuka agar angin malam dapat masuk kedalam. Daripada menggunakan pendingin ruangan, ia lebih suka angin alami. Lebih bagus untuk kesehatannya.Suara jangkrik, menghibur dirinya seperti lagu pengantar tidur. Bulan terlihat menyala dengan memamerkan sinarnya hingga tembus kedalam kamarnya. Alexa mengeratkan selimutnya hingga ke dada nya.Pelipisnya tiba-tiba berkerut, keringat tipis mulai mengalir didahi mulusnya. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang tidak tahu datang dari mana.Matanya lalu terbuka dan ia kembali sadar. Rasa sakit itu ternyata datang dari perutnya, bagaimana bisa? Usia kandungannya baru 8 bulan!Rasa sakitnya semakin bertambah parah, Alexa mencoba untuk meredam suaranya, tapi tetap saja tidak bisa. Perutnya terasa semakin sakit, sepertinya ia akan melahirkan."KAKAK!!" Alexa meninggikan suaranya memanggil sang kakak. Nafasnya terengah-engah men
Sebelum kelahirannya tiba, Alexa dan kakaknya akan berbelanja seluruh perlengkapan bayi yang akan ia butuhkan di Mall. Beruntung kakaknya datang dan akan membayarkan semua barang yang akan ia beli. Jadi ua tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Kebetulan sekali, ia belum membeli barang apapun untuk anaknya nanti. Lebih baik dibeli sekarang daripada sibuk membelinya nanti.Alexa membawa kakaknya ke Mall, ke bagian khusus perlengkapan bayi. Ia menyeret kakaknya untuk ikut masuk dengannya, karena kakaknya menolak untuk masuk sebelumnya. Tapi Alexa tidak akan membiarkan kakaknya diam berdiri diluar, lebih bagus kalau Alex bisa membantunya."Bagaimana dengan baju ini, warnanya sangat manis dan cantik" Alex menunjukkan sepasang pakaian bayi dengan warna merah muda yang tidak terlalu mencolok. Pakaiannya imut dan membuat siapapun yang memakainya akan terlihat cantik."Kakak, baju ini berwarna merah muda. Bagaimana kalau anakku nanti laki-laki?" Alexa langsung
Kandungan Alexa sudah menginjak usia 8 bulan, sebentar lagi anaknya akan segera lahir. Sebelum itu, ia ingin mendatangi rumah sakit untuk memeriksa kesehatan dan kapan waktu yang tepat untuk anaknya lahir.Setiap bulannya ia selalu rutin memeriksakan kesehatan kandungnya, ia tidak ingin jika terjadi sedikit masalah pun pada anak yang ada dikandungnya. Bahkan ia selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya agar tidak terjadi cidera yang dikhawatirkan.Sekarang Alexa sudah berada di rumah sakit yang pernah ia datangi waktu pingsan ditaman beberapa bulan yang lalu. Selain itu, di rumah sakit ini juga ia selalu memeriksa kesehatan kandungnya. Dokternya merupakan orang yang sudah ia kenal dengan baik, sehingga membuatnya lebih leluasa untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi kandungnya."Kandungan mu sangat sehat dan baik, aku pikir kau bisa melahirkan secara normal dalam beberapa Minggu lagi. Kau harus tetap rutin meminum suplemen kesehatan yang sudah dire