Kata orang iri hati adalah penyakit yang tidak akan pernah bisa sembuh. Kalau dipikirkan sebenarnya Alice tidak punya alasan yang jelas mengapa dia tidak suka melihat kehadiran Kyrena, tapi saat ini dia sudah punya alasan yang jelas mengapa dia sangat membenci Kyrena. Gadis itu selalu melampaui nya. Bagi Alice, kakaknya yang kedua adalah orang yang paling sulit untuk dia curi hatinya, meskipun Asteria tidak secara gambling menunjukkan nya tapi Alice masih bisa merasakan kalau kakaknya itu tidak begitu senang dengan kehadirannya. Asteria terkadang selalu menjauhinya bahkan disaat pria itu hanya memiliki sedikit waktu di istana, pria itu hanya selalu memberikan hadiah-hadiah kecil dari perjalanannya tapi dia tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang didambakan Alice darinya.
Tapi melihat interaksi Asteria saat di meja makan bersama dengan Kyrena membuat rasa sakit dihatinya seperti ditaburi garam. Pedih melihat kakaknya yang selalu melempar raut wajah dingin bisa dengan mudah
Saat ini Kyrena duduk di pojok perpustakaan kerajaan Alvah, dengan kacamata yang sudah lama bertengger di hidungnya. Ini sudah tengah hari, entah berapa lama gadis itu menghabiskan waktu hanya dengan tumpukkan buku-buku tebal yang lusuh. Yang pasti Kyrena selalu menikmati waktu seperti ini dengan santai, apalagi belakangan ini dia selalu di ganggu oleh kehadiran Asteria. Kyrena cukup yakin saat ini perpustakaan adalah tempat pelarian yang tepat, walaupun pria itu berhasil menemukannya, dia tidak akan bisa berisik dan riburt di perpustakaan. Ibarat kata sekali dayung dua-tiga pulau terlewati, perpustakaan memang tempat terbaik untuk bebas.“Putri?” suara Alice mengintrupsi Kyrena. Awalnya Alice memang berniat ingin menghabiskan waktunya bersama Aron di perpustakaan seperti yang biasanya mereka lakukan, siapa sangka ternyata dia malah harus bertemu Kyrena. Orang yang paling dia benci saat ini.“Ah putri Alice, maafkan saya karena bersikap kurang sopan,&
Asteria hanya bisa selalu tersenyum saat melihat wajah lucu Kyrena, bahkan selera humornya bisa sebatas gadis itu saja bila bersamanya. Persetanan dengan rencana Aron, dia bahkan sudah tidak perduli apakah Kyrena menyukai Aron atau tidak, yang pasti dia ingin mengejar gadis ini.Kyrena melahap pai apelnya dengan semangat, tapi dia sedikit risih dengan tatapan Asteria yang melekat. Bahkan saat ini Kyrena bisa merasakan bola mata pria itu seakan ingin melompat keluar, sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan? Dia tidak sedang berpikiran senonoh kan? Tanpa sadar Kyrena segera menutup mata Asteria dengan telapak tanganya setelah menerka hal tersebut.“Hei, apa yang kau lakukan?” ucap Asteria bingung, tapi dia tidak keberatan kalau tangan Kyrena menutup matanya, lama pun tidak apa-apa. “Kau tidak sedang berpikir yang lain-lain kan?” Asteria mengerutkan alisnya, dia tidak mengerti apa yang dimaksud Kyrena.“Sebenarnya aku tidak mengerti ap
Kyrena mencabik-cabik bantal kepalanya dengan kesal. Barusan itu kejadian macam apa? “Seharusnya kau saja yang mati,” ucap Kyrena menirukan gaya Asteria yang tadi berbicara di taman. Setelah pria itu berkata kasar, dia pergi meninggalkan Kyrena seorang diri. Andai saja ada batu, pasti sudah dia lempar batu itu ke kepala Asteria hingga berdarah. Mengingatnya saja kembali membuat dia kesal setengah mati. “Lain kali akan kupastikan untuk membalas semua perlakuan dia padaku,” sumpah Kyrena pada dirinya sendiri.Tapi sekarang dia harus berpikir dengan kepala dingin, entah apa maksud dari semua perkataan Asteria padanya. “Bahkan dipikirkan dengan kepala dinginpun aku masih tidak tahu kesalahanku ada dimana,” gumamnya. Kyrena yakin betul ini pertama kalinya dia datang ke Alvah, lalu bagaimana bisa Asteria berbicara seolah olah dia sudah pernah kesini sebelumnya?“Luna, kapan kematian Ratu Alvah?” tanya Kyrena pada Luna yang seda
Kyrena duduk termenung di dalam rumah kaca tempat dia biasanya menghabiskan waktu jika sudah bosan. Saat ini kepalanya di penuhi dengan pikiran rumit layaknya benang kusut, ingatannya terbang saat terbagun pagi tadi. Kyrena memimpikan hal yang aneh, tapi dia tidak bisa mengingat dengan jelas gambaran mimpi itu seperti apa meskipun dia terasa nyata. Satu-satunya yang bisa dia ingat hanyalah mata biru safir yang menyala, lainnya tampak buram tidak peduli sekeras apapun dia memaksa.Setelah dia tersadar dari mimpi, kepalanya serasa dilempar batu besar. Pandangannya hingga berkunang-kunang dan badannya terasa sangat sakit. Apakah ada seseorang yang membacakan mantra mimpi untuknya? Tapi dipikirkan pun tidak mungkin karena penggunaan sihir di istana sangat dibatasi, dan hanya orang tertentu yang boleh menggunakan sihir di lingkungan istana. Kyrena juga sudah memeriksa apakah memang ada, tapi hasilnya nihil. Dibandingkan sihir mimpi Kyrena merasa ini seperti memori lama yang terkun
"Bagaimana persiapannya?" Aron bertanya kepada Jason."Semuanya sudah berjalan dengan baik Yang Mulia, Besok panggung yang telah anda siapkan akan membuka tirainya," jawab Jason dengan tenang. Aron meminum sampanye yang sejak tadi dia pegang di bawah sinar rembulan. Ada perasaan senang, setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa membuka tirai panggung yang selama ini di buat dengan susah payah."Bagaimana dengan kabar petinggi klan monster itu? bagaimanapun kita memerluka mereka untuk di jadikan kambing hitam." Jason melirik ke arah majikkannya. Entah sudah berapa lama Jason terbiasa dengan ucapan Aron yang menyeramkan, tapi ini tetap saja tidak manusiawi. "Mereka siap berada di pihak kita, Yang Mulia," tegas Jason. Bagaimana pun Dark Elf merupakan makhluk hidup bukan? Pada dasarnya mereka juga monster, hanya saja bentuk fisik mereka jauh berbeda dengan saudara mereka White Elf. Padahal kalau dipikirkan lagi, Aron dan Asteria memiliki darah Elf juga meskipun
Asteria hendak menemui raja namun dia malah bertemu dengan Kyrena di tengah jalan. Dia belum siap bertemu dengan Kyrena dan sekarang dia malah terpaksa harus berjalan beriringan dengan gadis itu. Kyrena juga tampak tidak ingin melihat Asteria, pikirannya terlalu berantakan untuk sekedar mengingat kalau mereka sedang berantam. Masalahnya Asteria merasa sangat canggung saat ini, tapi dia tidak mungkin menemui raja bersama dengan Kyrena, padahal yang ingin dia bahas adalah gadis itu. Asteria melihat ke samping kanannya, tapi sama sekali tidak ada reaksi dari Kyrena, apa dia tidak menyadari kehadiran orang lain di sebelahnya?Dari keaadan Kyrena yang sekarang, Asteria bisa menyimpulkan bahwa berita itu sudah sampai padanya. Cukup cepat dari perkiraan Asteria, dia jadi sedikit khawatir dengan keadaan Kyrena. Putri dari Drystan itu terus saja melangkah seperti patung hidup dan beberapa kali Asteria memastikan langkah Kyrena agar gadis itu tidak menabrak dinding atau terjungkal, and
Kyrena tidak pernah berada pada perasaan canggung seperti ini. Dia terpaksa masuk kedalam ruangan raja Allerick karena sifat Asteria yang selalu blak-blakan, tanpa aba-aba pria itu mendorong pintu dan masuk meninggalkan Kyrena dan Aron. Mau tidak mau mereka berdiri berjajar di depan Allerick.Kyrena akan lebih memilih hilang menggunakan sihir seperti Lucien saja dibandingkan harus di apit oleh kedua pangeran. Masalahnya dengan Asteria saja belum selesai, lalu sekarang dia harus bertemu dengan Aron setelah kejadian di rumah kaca. Informasi yang ingin dia beritahukan pada sang raja pun bukan hal yang sepele, sudah pasti akan ada banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh mereka. "Kalian terlihat cukup akrab jika seperti ini." ujar Allerick melihat ketiganya, sudah lama dia tidak melihat ketiga anak ini tampak sangat dekat. Terakhir kali saat mereka masih kecil, meskipun Allerick cukup yakin ketiganya tidak mengingat momen itu.Allerick jadi sedikit bernostalgia
Mereka bertiga mengundurkan diri dari hadapan sang raja. Sementara itu Asteria terus menerus mengawasi tindakkan Aron, dia sangat penasaran bagaimana cara kakaknya menjalankan kudeta itu. "Putri? apa anda yakin? anda harus menempuh perjalanan malam, tidak baik untung putri." Kyrena menolak, lagipula perjalanan malam tidak lebih penting dari masalah besar yang terjadi di negaranya. Asteria tidak begitu yakin dengan ingatannya, tapi dia percaya putri dari negara sihir seperti itu tidak mungkin takut dengan malam. Lagipula bukankah Kyrena berasal dari negara yang tidak punya siang? bagi Asteria, baru kali ini dia melihat dengan kepala matanya sendiri tentang kebodohan Aron. Dia bahkan cukup ingat bagaimana lihai nya Kyrena bergerak saat mereka bertemu di perbatasan, setidaknya cukup membuat Asteria pecaya bahwa Kyrena cukup mampu melindungi dirinya sendiri. "Bagaimana jika saya memaksa untuk mengantarkan anda hingga sampai di perbatasan?" Asteria mengernyit begitu Aron mengatakan kali
Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Aron adalah orang yang paling menyesal membuat rencana berbahaya seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Kyrena yang melawan Cerberus sendirian, entah apa yang akan terjadi padanya. Bahkan Aron sendiri mengalami luka yang dalam dari Cerberus itu. Yang lebih menyakitkan, dia merencanakan hal ini dengan kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia meletekkan Kyrena pad posisi yang mengerikan? Untung saja Aron ada disini. Meskipun samar, Aron masih sempat melihat wajah khawatir Kyrena. Sebenarnya tujuan Arom meletakkan Cerberus disitu untuk memastikan seberapa kuat sihir dari Kyrena. Seberapa pintarnya Kyrena dalam menyusun strategi, melakukan perlawanan, dan memimpin negaranya. Tapi dia tidak bisa. Apalagi mengingat Kyrena yang terluka saat di hutan, Aron tidak bisa lagi melihat Kyrena terluka secuilpun. Perasaan bersalah membuncah dari hatinya, ketika melihat gambaran Kyrena yang terbaring lemah di atas kasur hingga berhari-hari. Aron mengeluarkan seluruh tenagannya untuk bangki
"Aron berhenti disana, Cerberus bukan mosnter yang mudah untuk dibunuh," Tegas Kyrena. "Kita tidak punya pilihan selain bertahan, Kyrena." Kyrena menggertak gigi ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan Cerberus di depan sana. Cerberus liar itu bergerak secara perlahan mendekati Aron dan prajurit yang lain. Kyrena segera melepas jubah yang dia pakai, kemudian bersiap dengan sihir yang dia punya. Aron jelas tidak akan bisa menahan serangan dari Cerberus liar, tidak ada harapan dengan alat tempur dan pedang laras panjang. Cerberus itu menegendus-ngendus, kemudian menggerakkan ketiga kepalanya secara bersamaan. "Arggh ... ," erang Cerberus, menunjukkan giginya yang tajam. Aron sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya. Cerberus itu mulai merasa terancam dengan pedang para prajurit, dia berjalan memutari formasi bertahan itu. Berbeda dengan Aron, beberapa prajurit merasa takut bahkan beberapa dari mereka tampak bergetar ketakutan. Cerberus itu mendekat pada prajurit yang
"Apa? Kau bilang apa?" Tanya Kyrena sambil mendekatkan telinganya pada wajah Asteria. "Aku tidak bilang apa-apa nona? Apa anda sedang mabuk?" "Aku tidak mabuk!" sarkas Kyrena dengan kesal, kemudian menjauh dari Asteria. Kyrena jadi penasaran tentang siapa pria itu, mungkin saja mereka akan bertemu lagi di masa depan. Namun ketika Kyrena berbalik pria itu sudah menghilang lenyap di makan bumi. "Kyrena? Apa yang kau lakukan sendiri disini?" Aron menepuk bahu Kyrena hingga membuat gadis itu tesadar. Kyrena menggeleng, "Ayo kita kembali ke kereta." *** Kyrena sebenarnya sudah memaksa Aron untuk masuk ke dalam kereta karena mereka sebentar lagi akan tiba di wilayah Drystan, pasti ada banyak monster disana. Tapi Aron tidak mendengarkan dan masih tetap memilih untuk menunggangi kuda. Semakin lama, langit yang semula biru berubah menjadi oranye. Orang-orang bisa melihat langit di wilayah Drystan dari kejauhan, sementara hutan-hutan belantara mulai sedikit menjadi hamparan rumput dan
Bertemu orang-orang menyebalkan seperti pria ini adalah hal yang paling di benci oleh Kyrena. mengingat betapa keras pria itu menginginkan benda tersebut, sepertinya dia ingin memberikan anting-anting itu pada seseorang yang sangat berharga. "Padahal itu barang milik wanita, seharusnya pria mengalah!" ketus Kyrena tidak suka. Baru kali ini Asteria melihat sifat egois Kyrena, dia sungguh ingin berteriak di depan wajah Kyrena kalau benda itu hendak dia berikan padanya. Padahal Asteria sudah lebih dulu tiba di desa ini menggunakan portal, kalau saja dia tidak perlu berlama-lama pasti dia tidak akan sempat bertemu dengan Kyrena. Hal yang gawat bila penyamarannya terbongkar di depan Kyrena, apalagi gadis itu ahli dalam sihir. "Hei nona, barang ini milik wanita pun bila aku sudah menyukainya maka aku akan membelinya." Asteria menerima anting-anting itu dan memberikan satu koin emas kepada sang penjual. Asteria mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, dia baru sadar kalau Kyrena munc
"Kita berhenti di desa terakhir sebelum tiba di perbatasan." Perintah Aron pada rombongan Kyrena. Begitu sampai di depan pintu desa, Kyrena yang tidak tahu apa-apa tentu saja bingung. Saat Kyrena menyibakkan gorden kereta, wajah Aron sudah terpampang jelas sedang menatap padanya. Aron tersenyum manis, kemudian membuka pintu kereta, "Mau turun?" tawar Aron sambil memberikan tangannya. Kyrena tidak mengerti mengapa dia harus turun, tapi menolak kebaikan Aron sangat tidak baik, jadi dia meraih tangan pria itu dan turun dari sana. Kyrena ingin bertanya lebih jelas, tapi seketika dia terpana dengan keramaian di desa itu. "Meskipun ibukota merayakan hari berkabung, desa ini mempunyai izin khusus untuk karnaval bintang tari." Ucap Aron melihat pemandangan yang sama dengan Kyrena. "Festival ini tidak selalu bisa di rayakan. Katanya bintang tari selalu membawakan keberuntungan ke desa ini setiap kali mereka muncul." Kyrena memang tahu soal bintang tari yang dimaksud Aron, itu adalah saat-saa
Asteria membenarkan letak masker kain yang melorot karena kerasnya hembusan angin. Siapapun tidak akan tahu kalau pria dengan baju lusuh itu adalah seorang pangeran, bahkan rambutnya yang pirang sudah berubah warna menjadi cokelat. Mereka berangkat dari istana saat matahari sudah terbenam. Dibelakang Asteria, ada Rafael yang mengekor menggunakan kuda hitam. "Bagaimana jika kita beristirahat Yang Mulia, lagi pula besok hari kita bisa menggunakan sihir portal untuk tiba di Drystan lebih dulu," Rafael tidak pernag setuju kalau Asteria turun tangan kedalam masalah seperti ini. Tentu saja sejak dulu majikannya itu tidak pernah mendengarkan apa yang dia katakan, angin badai bahkan juka dewa Zeus marah dan meluluh lantakkan bumi pun pangeran itu tidak akan mundur dari medan perang. Bukan hanya sekali Asteria mendapati luka yang parah, pria itu bahkan hampir merenggang nyawa karena berusaha menjadi penengah antar kedua suku di bagian barat, hampir mati saat melawan monster mitos, dan hampir
"Kenapa ibunda sangat menyukai bunga ini?" tanya Aron kecil sambil melirik bunga putih yang ada di genggaman ratu Faye. Aron tidak begitu tertarik tentang tumbuh-tumbuhan, dia juga tidak tertarik dengan hal-hal indah, dia hanya suka berkutat dengan banyak kertas dan mengurung diri di dalam perpustakaan berhari-hari. Aron kecil tidak bisa mengerti mengapa ibunya sangat menyukai bunga liar yang tumbuh di atas gunung, padahal ada lebih banyak bunga langkah dan unik yang di lingkungan kerajaan. "Kamu tahu kalau bunga ini memiliki arti kesetiaan. Mereka tidak mudah hancur dan abadi, hidupnya panjang dan warnanya indah." Ratu itu memberikan satu tangkai bunga tersebut pada Aron kecil. Aron terus mengekor kemanapun ibunya pergi, tapi dia masih tidak mengerti mengapa tumbuhan memiliki arti seperti itu. Terdengar seperti mitos di telinganya, dan Aron tidak menyukai kebahagiaan semu yang dihasilkan dari mitos, mungkin Asteria yang lebih mempercayainya. "Tapi aku tidak menyukai ini ibunda, ke
Kyrena akhirnya berhasil mendapat bross dengan ukiran Edelwiss itu dari Alice. Awalnya Alice tidak mengerti mengapa Kyrena meminta Bross itu seletah menolak membantu, namun Kyrena berkata kalau dia berubah pikiran. Hari ini adalah terakhir kalinya Kyrena bertemu dengan Aron, entah kapan dia bisa bertemu dengan pangeran itu lagi. Bisa saja di masa depan Aron sudah memiliki pasangan, tapi setidaknya pria itu akan mengingat dirinya saat melihat bross itu. Sejatinya Edelwiss memiliki arti kesetiaan. Kyrena tidak akan memberikannya sebagai hadiah ulang tahun, dia akan memberikannya sebagai hadiah perpisahan. Dengan perasaan ragu-ragu dia mengetuk pintu ruangan Aron dan membukanya. Aron yang semula sibuk dengan pikirannya kemudian merapikan posisi duduknya, "Apa aku mengganggu?" tanya Kyrena dari balik pintu. Aron mendekat dan membiarkan Kyrena masuk, "Untuk apa bertanya hal seperti itu? Bahkan jika aku sibuk, kau tidak akan menggangguku, lagipula hari ini terakhir kalinya aku bisa melih