Kinan sudah membawa Chelsea bersamanya, keluar dari kediaman Atama, saat lagi dan lagi pikiran wanita itu terus berputar-putar pada apa yang tadi dia lihat dan dia dengar dari percakapan orang-orang di dalam rumah itu begitu dia tiba di sana.*"Althair ini paling suka dengan mie, sama seperti Atama, Ibunya," ucap Abraham saat itu."Woah, iya dong pasti, Atama itu kalau sudah makan Mie kayak orang kesetanan! Nggak bisa berhenti," sahut Lyra yang disusul bibir cemberut dari Rassi."Aku kan suka Mie dulu gara-gara Mama jarang masak, hahaha," balas Atama yang masih terus bermanja-manja ria di pelukan Lyra.*Ya, Kinan mendengar semuanya.Bagaimana cara Tante Lyra memperlakukan Rassi seolah dia memperlakukan Atama.Lalu panggilan Atama yang juga ditujukan pada Rassi oleh seluruh pihak keluarga.Terlebih, saat Abraham mengatakan bahwa Ibu Althair adalah Atama?Sungguh, apa arti dari semua ini?Jika memang bukan karena suatu kepentingan, untuk apa juga Rassi dan Abrahan berada di kediaman A
Rasanya, seperti baru saja dihempaskan ke bumi dari langit ke tujuh, ketika Atama mendengar kabar dari Arlan bahwa Aljabar mengalami kecelakaan.Saat itu, di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Atama terus berpikir dan berpikir, apa yang harus dia lakukan nanti?Apa yang harus dia katakan di hadapan kedua orang tua Aljabar, di hadapan Nando?Sungguh, dia benar-benar bingung.Sesampainya di rumah sakit, Atama melihat orang tua Aljabar juga Nando berada di ruang tunggu yang berhadapan dengan ruang operasi.Itu artinya, kondisi Aljabar cukup mengkhawatirkan."Gimana keadaan Aljabar, Nan?" Tanya Arlan dengan wajah khawatir.Atama bisa melihat tatapan heran yang ditujukan keluarga Aljabar saat melihat Arlan yang datang bersama keluarga besarnya, termasuk dirinya.Sebab, yang Atama ketahui dari Arlan, bahwa hubungan keluarganya dengan keluarga Aljabar menjadi kurang baik sejak Atama dinyatakan meninggal, terlebih saat keluarga Atama mengetahui bahwa Aljabar menikah dengan Kinan.Mereka
Tangis haru tampak pecah di depan ruang operasi ketika kedua orang tua Aljabar dan Nando mengetahui hal yang sebenarnya mengenai Atama.Tahu bahwa Atama sang menantu masih hidup, terlebih dengan keberadaan cucu mereka yaitu Althair yang memang sangat mirip dengan Aljabar, membuat harapan mereka akan kembalinya sosok Aljabar yang dulu seketika muncul ke permukaan."Selama ini, meski sudah hidup bersama Kinan, tapi Mama tak pernah melihat Aljabar bisa tertawa bahagia, lepas seperti dulu saat Aljabar masih berpacaran dengan kamu, Ata. Mama tau, Aljabar sudah salah dengan menyia-nyiakan kamu setelah kalian menikah, tapi percayalah, Aljabar waktu itu hanya belum bisa menerima keadaan. Aljabar masih sangat labil untuk bisa mengerti apa itu arti tanggung jawab." Ucap Widya dalam tangis.Meski hal ini sulit untuk dipercaya, Widya dan Aryan benar-benar bersyukur jika kenyataannya, Atama memang masih hidup. Terlebih sosok Atama dengan wajahnya yang baru terlihat sangat cantik saat ini."Percaya
Tatapan Atama tak lepas memandang tubuh laki-laki yang dia cintai, tergolek lemah di dalam ruang ICU dengan berbagai peralatan medis yang menempel di tubuhnya.Atama terus mengusap air mata yang mengalir deras di pipi, seolah tak mau berhenti, meski waktu sudah berlalu beberapa jam namun tangisan Atama tak kunjung reda.Rasa bersalah itu kian menggerogoti hati dan jiwanya. Menikam sanubarinya. Meruntuhkan asanya.Atama merasa bersalah karena tak juga berbicara jujur pada Aljabar akan siapa dirinya. Hingga Aljabar yang terlalu putus asa mengalami kecelakaan seperti ini. Mungkin, jika saja Atama bisa sedikit menurunkan egonya saat melihat Aljabar yang sudah hampir mati akibat terlalu tenggelam dalam penyesalan dan keputusasaan, kejadiannya tidak akan seperti ini.Aljabar tidak harus berakhir di dalam ruang ICU ini.Sungguh, Atama benar-benar menyesali perbuatannya!"Mama yakin dia akan segera sadar Ata, ayo kita duduk. Istirahat dulu," ajak Widya menghampiri sang menantu, kasihan meliha
"Sa-saya, tidak mengingat apa pun Dok!" ucap Aljabar sedikit bingung, tatapannya masih terus mengerjap dengan kepala yang menunduk.Suasana dalam ruangan pun seketika hening, dokter terdiam sejenak lalu mengerutkan keningnya. Tarikan napas sang dokter sepertinya mengisyaratkan bahwa ada hal yang tidak beres tengah terjadi pada Aljabar.Atama menutup mulut dengan tangannya, tak menyangka jika Aljabar akan kehilangan ingatannya. Kakinya terasa lemas seperti tidak ada tulang di dalamnya. Namun dia tak mau menyerah, berusaha untuk tetap membantu mengingatkan Aljabar."Al, aku Rassi, aku Atama. Kami orang yang sama. Tidak mungkin kamu tidak mengingat apapun tentang kami? Coba ingat-ingat lagi Aljabar!" pinta Atama sedikit memaksa agar Aljabar mengingat dirinya, suaranya parau menahan tangis.Atama merasa syok dan kecewa, kenyataan Aljabar tak mengenal dirinya, baik sebagai Atama atau Rassi. Padahal dia ingin meminta maaf atas ketidakjujuran dirinya.Aljabar hanya menatap wajah Atama dingin
"Awalnya, saya berpikir, benturan keras di kepala Pak Aljabar saat dia mengalami kecelakaan akan mempengaruhi fungsi otaknya sehingga menyebabkan memorinya terganggu dan kami biasa menyebut istilah ini dengan amnesia retrograde. Tapi sejauh ini, pasien yang mengalami Amnesia Retrograde biasanya akan lupa dengan semua peristiwa yang dia alami di masa lalu. Dan setelah mendengar cerita Nona tadi, bahwa Aljabar tak sepenuhnya lupa dengan apa yang dia alami sebelum kecelakaan itu terjadi, itu artinya, apa yang dialami Pak Aljabar berbeda kasus dengan pasien-pasien amnesia yang sebelumnya sudah pernah saya tangani. Nanti, saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan jika sudah mengetahui hasilnya, saya akan kabari Nona Atama secepatnya." jelas seorang Dokter muda bernama Diki yang kini menangani perawatan Aljabar di rumah sakit.Hari itu juga, setelah pertanyaan demi pertanyaan yang Aljabar lontarkan pada Atama dan Nando di ruang rawat tadi, sementara Atama dan Nando tak tahu harus men
"Tinggalin aku sendiri! Kalau nanti aku butuh sesuatu, aku bisa panggil suster!"Kalimat berupa bentakan pelan dengan nada dingin itu terus menggema dalam benak Atama bahkan saat dirinya kini sudah berlari cukup jauh dari ruang rawat Aljabar.Atama benar-benar tidak percaya jika kini Aljabar justru malah berbalik membencinya.Menangis terisak di sebuah bangku taman tak jauh dari tempat parkir rumah sakit, Atama berusaha menenangkan diri sejenak.Dihapusnya jejak air mata yang membasahi pipinya meski tetesan air mata itu sendiri belum sepenuhnya terhenti. Kelopak matanya masih terus mengeluarkan cairan bening itu, sulit dihentikan.Kenapa di saat Atama justru merasa yakin untuk berkata jujur pada Aljabar tentang siapa dirinya sebenarnya, kini Tuhan justru menghadapkan dia pada keadaan seperti saat ini?Keadaan yang membuatnya merasa bersalah atas apa yang terjadi dengan Aljabar saat ini.Sebuah keadaan yang membuat Atama terhakimi atas semua rencana jahatnya terhadap Aljabar selama ini
Hari itu, Althair sangat senang setelah diberitahu bahwa Aljabar adalah ayahnya.Bahkan hingga menjelang sore hari, saat Kakek dan Neneknya mengajak dia pulang, Althair tetap tak mau diajak pulang.Bocah itu bilang, dia ingin menginap di rumah sakit menemani ayahnya.Alhasil, Lyra dan Rama mengalah dan membiarkan Althair memiliki waktu lebih banyak bersama sang Papa."Coba, dari dulu Althair tau kalo Om Al Papanya Althair, Althair nggak akan paksa Om Abraham buat jadi Papanya Al." celetuk Althair saat dirinya sedang bermain game dari ponsel milik Aljabar. Kepala anak itu bersandar nyaman di bahu Aljabar, mereka tidur di satu ranjang yang sama.Atama yang saat itu sedang membenahi bekas makanan para penjenguk hari ini, sempat menunda aktifitasnya sejenak mendengar celoteh polos sang anak. Diam-diam, dia memanjangkan telinga, menguping pembicaraan sepasang Ayah dan Anak itu."Om Abraham? Siapa itu?" Tanya Aljabar refleks. Seperti menemukan sasaran tepat untuk memulai aksi stalkingnya, A
TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir