Weekend ini, Kinan berencana untuk mengunjungi pusat perbelanjaan karena persediaan makanan di rumah sudah menipis.Sayangnya, Aljabar tidak bisa mengantar karena lelaki itu bilang dia ada meeting dadakan dengan klien di daerah Bekasi.Alhasil, Kinan pun pergi berbelanja hanya ditemani Chelsea.Setelah puas mengelilingi area perbelanjaan dan mendapatkan semua yang mereka perlukan, Kinan mendorong trolleynya yang sudah penuh ke arah kasir.Namun saat Kinan memberikan kartu kreditnya untuk membayar, kasir mengatakan bahwa kartu tersebut tidak bisa digunakan. Kinan pun mengeluarkan kartu lain dari dompetnya meski dia ragu apakah saldo di kartu itu bisa membayar semua barang belanjaannya, dan sialnya dugaan Kinan benar. Kartunya tak cukup untuk membayar semua barang yang ingin dia beli.Hingga seseorang datang dan menawarkan kartu kepada kasir di sana. "Pakai kartu ini untuk membayar semuanya, Mbak," ucap lelaki itu dengan senyuman lebar. Menatap Kinan penuh kerinduan."Lexi?" Pekik Kina
Sebenarnya Aljabar sudah sejak tadi ingin pulang, hanya saja dia tidak enak pada klien bisnis yang ditemuinya siang ini, yang mengajaknya untuk sekedar minum-minum di sebuah Club malam elit di pusat Jakarta.Sore tadi Chelsea meneleponnya dan mengatakan bahwa anak itu sedang bersama Rassi dan Abraham, padahal yang Aljabar ketahui, harusnya Chelsea hari ini ada bersama Kinan untuk berbelanja kebutuhan bulanan di supermarket langganan mereka.Dan saat Aljabar menanyakan hal itu lebih lanjut ke Rassi, penjelasan Rassi cukup membuat Aljabar terkejut hingga perasaannya benar-benar tidak tenang.Untungnya, klien bisnisnya itu mendapat telepon dari keluarganya yang mengharuskannya untuk lekas pergi dari Club, hingga akhirnya Aljabar pun bisa lekas beranjak dari Club menuju lokasi di mana kini Chelsea berada.Setengah kesal berusaha menghubungi Kinan namun panggilannya itu tak juga dijawab oleh sang istri, Aljabar pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh.Sesampainya di sebuah restor
Rassi POV*****"Bagaimana? Sudah di kirim?" Tanyaku pada sosok lelaki yang kini tengah duduk di sofa ruang tamu sebuah apartemen mewah yang kuhuni bersama anakku.Sebuah apartemen yang letaknya bersebelahan dengan apartemen milik Abraham, sang dewa penyelamatku.Pahlawanku.Lelaki berumur 35 Tahun yang kini sukses dalam karirnya sebagai seorang Dokter bedah plastik ternama di Indonesia.Bahkan tak hanya di situ, prestasinya dalam penerapan tekhnik baru bedah plastik yang setara dengan tekhnik tercanggih yang akhir-akhir ini diterapkan di Korea, membuat klinik kecantikan Abraham ramai didatangi para wanita yang ingin menyempurnakan bentuk wajahnya.The Beauty Klinik kini menjadi klinik kecantikan nomor satu di Indonesia dan menjadi incaran artis-artis terkemuka tanah air.Selain memiliki klinik kecantikan, Abraham juga memiliki investasi saham dibeberapa perusahaan besar di Indonesia dan turut membuka usaha di bidang kuliner yang juga semakin maju dengan pesat akhir-akhir ini. Dan hal
Rassi POV*****"Ada apa Rassi? Kenapa kamu menatapku begitu?"Aku terhenyak dari lamunan panjang tentang masa lalu, mendengar ucapan Abraham selanjutnya."Oh, nggak apa-apa, Dokter," balasku sedikit sungkan.Mendapati sikap Abraham yang seringkali salah tingkah jika bersamaku, itu bukan lagi hal baru untukku.Ya, akhir-akhir ini, sejak aku dan Abraham tinggal bersebelahan di apartemen ini, lalu Abraham menjadi lebih sering datang bertandang ke apartemen ini tanpa mengenal waktu, kecanggungan di antara kami memang terasa jauh lebih intens dari sebelumnya.Meski sejauh ini Abraham sama sekali tak menunjukkan indikasi sikapnya yang kurang ajar terhadapku, tapi entah kenapa, aku masih merasa kurang nyaman jika harus berada berdekatan dengannya terlalu lama.Terlebih saat-saat di mana kami hanya berada berdua saja tanpa kehadiran Althair di sekitar kami.Seperti saat ini, ketika Althair kini sudah terlelap dalam mimpi indahnya sementara Abraham masih saja betah berada di apartemen ini ber
Hari ini Rassi akan memenuhi panggilan interview di perusahaan Wira Makmur Grup.Setelah memperlihatkan CV-nya, Rassi berhadapan dengan seorang wanita yang tersenyum hangat, menyambut kedatangannya di depan ruangan Direktur Utama."Ibu Rassi Pramudita?"Rassi mengangguk mengiyakan. Menghampiri panggilan tersebut dan sesekali membenahi pakaiannya.Sepatu hak tinggi Rassi memijak lantai perlahan setelah duduk di ruang tunggu. Surai lurus panjangnya dia biarkan tergerai hingga menambah kesan anggun pada penampilannya pagi ini.Rok sepan hitam di atas lutut dengan kemeja putih memperjelas bahwa dirinya adalah seorang pelamar."Anda sudah ditunggu Pak Aljabar di dalam," kata wanita tadi, membukakan pintu untuk Rassi, seolah Rassi adalah seorang tamu penting.Merasa ini berlebihan, Rassi pun meraih daun pintu dan menutup sendiri pintu itu, tak lupa dia mengucapkan terima kasih pada wanita tadi dengan senyuman ramahnya.Wanita tadi mengangguk lalu berlalu dari pintu begitu pintu tersebut dit
Angin malam berhembus dingin.Aljabar berdiri di balik dinding kaca kamar tidurnya di lantai dua yang bersebelahan dengan kamar Chelsea.Menatap ke sebuah mobil pribadi yang terparkir di halaman rumahnya. Mobil pribadi yang baru saja mengantar Kinan, sang istri pulang.Tawa lebar Kinan saat wanita itu keluar dari mobil tak terlihat seperti dia baru saja keluar dari taksi online. Bahkan tatapan Kinan seperti lekat pada sosok supir taksi online tersebut.Saat itu, Aljabar masih di sana, mengetik sebuah pesan pada security yang berjaga di kediaman rumahnya, sebelum akhirnya dia melangkah keluar dari kamar, hendak menyambut kedatangan Kinan."Eh Mas, kamu udah pulang?" Tanya Kinan begitu masuk ke dalam rumah dan melihat Aljabar sedang berjalan menuruni tangga.Aljabar tersenyum dan mengangguk. "Ya, klienku dari Singapura nggak jadi ke Jakarta hari ini, jadi pertemuan kami dibatalkan," jawab Aljabar apa adanya. "Gimana acara reuninya? Lancar?" Tanya Aljabar kemudian. Langkah lelaki berpiya
Hari yang melelahkan.Pekerjaan kantor semakin menyita waktu Aljabar karena sampai detik ini Nando belum juga kembali.Waktu Maghrib sudah lewat sejak tadi, Aljabar terlihat keluar dari sebuah aula sebuah Hotel, di mana dirinya baru saja menghadiri acara pertemuan besar dengan beberapa kolega bisnisnya.Lelaki itu berjalan menuju mobilnya, di mana Rassi dan supir pribadi sudah menunggunya.Aljabar baru saja melepas jas hitam yang dikenakannya, mengendurkan dasi dengan membuka satu kancing kemeja atasnya yang terasa mencekik leher. Lelaki itu berjalan semakin dekat ke arah Rassi yang baru saja membukakan pintu mobil untuknya.Semilir angin malam membelai wajah Rassi, mengembuskan rambutnya yang tergerai dan menjadikannya menari-nari. Wanita itu tersenyum menyambut kedatangan Aljabar. Dan senyumannya itu sukses membuat Aljabar terpana sesaat. Terlebih dengan gaun hitam yang kini dikenakan Rassi, membungkus tubuh langsing nan mungil itu dengan sempurna, membuatnya menjadi seratus kali li
Sebuah mobil pribadi mewah baru saja terparkir di sebuah Restoran terkenal bernama Resto Bunga Mawar Putih.Seorang wanita dengan penampilannya yang anggun dan elegan tampak keluar dari mobil dan berjalan tergesa memasuki kawasan Resto. Mencari keberadaan seseorang."Ki," sapa sebuah suara dari arah kiri. Seorang lelaki dengan rambutnya yang setengah gondrong dikuncir kuda, tampak melambaikan tangan ke arah si wanita yang langsung menghampirinya.Karena posisi resto yang bersekat, jadilah tiap-tiap meja di area VIP itu memiliki privasi masing-masing.Wanita itu menduduki kursi di sisi si lelaki yang memilih sekat paling belakang, karena lokasinya yang memang lebih privasi di banding meja lainnya.BRAK!Kinan membanting tas tangannya ke meja, menjatuhkan bokongnya dengan cukup keras ke kursi. Menandakan bahwa dia kini sedang marah."Wow, santai nona cantik," ucap Lexi dengan gayanya yang terlihat menyebalkan di mata Kinan. Lexi hendak meraih tangan Kinan namun Kinan cepat mengelak."Ng
TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir