Share

BAB 33-RADIO

Author: pujangga manik
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Malam semakin larut di Kampung Sepuh yang sangat sunyi dan sepi ini, semuanya gelap gulita. Yang ada hanyalah tiga buah lampu minyak yang di tempel di dalam warung dan di depan warung, sinarnya yang berwarna kuning kemerah-merahan membuat suasana semakin sunyi dan sepi pada malam itu.

Tidak ada satu pun warga kampung yang kini tidur di dalam rumah-rumah mereka pada malam ini, karena semuanya berangkat ke kampung sebelah untuk menghadiri acara hajatan dengan berbagai pertunjukan yang digelar sepanjang malam.

Samar-samar terdengar sebuah gamelan dan calung untuk pengiring pertunjukan yang terdengar olehku, suara yang terdengar sangat jauh hingga sampai ke Kampung Sepuh. Mencoba menarik semua masyarakat dengan suaranya yang khas, agar datang dan menonton pertunjukan itu sepanjang malam.

Aku kini sedang membuka tutup dari termos air panas di ruangan belakang. Sebuah ruangan yang menjadi gudang sekaligus dapur dan kamar mandi kecil untuk mencuci mangkuk dan gelas-

pujangga manik

Mungkin bagi sebagian pembaca tau dan hapal dongeng Wa Kepoh dongeng yang terkenal di tahun 80-90 an di daerah jawa barat jadi serasa nostalgia dulu waktu berumur 3-5 tahunan, suka dengerin cerita ini sama Bapak di dalam rumah di temani dengan singkong dan jagung rebus. karena dulu ga punya TV jadi cuman radio satu-satunya hiburan hehe Vote dan komen ya agar saya selalu semangat upload bab terbaru setiap harinya ya terima kasih

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 34-CEMILAN

    Radio, adalah salah satu hiburan favorit bagi masyarakat di kala itu. Dengan berbagai ragam acara yang bisa menghibur para pendengarnya, juga lagu-lagu hits yang sering di putar setiap waktu. Membuat radio menjadi sangat populer pada tahun 1980 di masyarakat luas. Namun, di Kampung Sepuh tidak semua orang mempunyai radio. Butuh perjuangan yang sangat besar untuk bisa mendengarkan radio, apa lagi listrik belum masuk ke Kampung Sepuh pada saat itu. Sehingga membuat mereka tambah susah untuk bisa mendengar saluran radio yang diputar setiap harinya. Bapak adalah salah satu yang beruntung, sebuah radio kecil dengan antena yang bisa dipanjangkan untuk menangkap sinyal bisa dia dapatkan dari seseorang yang singgah ke warung sebelum orang tersebut pergi ke Gunung Sepuh untuk melakukan sesuatu. Sebuah radio kecil berwarna hitam dengan speaker di bawahnya, juga tombol pemutar frekuensi dengan sebuah garis dengan nomor AM dan FM untuk mencari radio yang bisa Bapak denga

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 35-MERANGKAK

    Malam yang bertabur bintang dengan sinar bulan yang kini terang menyinari hiruk pikuk masyarakat yang sedang berlalu lalang pada malam itu di Kampung Parigi, banyak orang kini sedang tertawa terbahak-bahak, karena melihat lima orang yang sedang bercerita dan bercanda dengan alat musik calung yang mereka bawa. Calung yang terbuat dari bambu yang bernada da mi na ti la da atau do re mi fa so la si do yang disusun dengan cara berjejer dan dipegang dengan salah satu tangan oleh para pemain itu, dan salah satu tangannya lagi memegang pemukul untuk memukul alat musik calung sembari bercanda satu sama lainnya. Sebuah pertunjukan yang populer pada zamannya, sebelum nantinya ada tarian jaipongan dan dilanjut dengan wayang golek di penghujung acara hingga pagi tiba. Banyak orang dari berbagai kampung datang ke Kampung Parigi, biasanya mereka menyewa truk atau mobil bak terbuka untuk berbondong-bondong datang melihat pertunjukan yang di laksanakan semalam suntuk.

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 36-TUMBAL

    Blug Tubuhku tiba-tiba terjatuh, tepat di atas tumpukan kardus ketika aku melihat makhluk yang sedang merangkak itu dari arah langit-langit, makhluk yang aku pun sendiri tidak tahu namanya. Karena dalam cerita-cerita hantu dan mitos yang aku sering dengar ketika aku masih kecil, tidak ada yang pernah menyebutkan nama dari makhluk ini. Tangan dan kakinya sangat kecil dan kurus. Namun kukunya panjang sehingga bisa merangkak di langit-langit warung yang terbuat dari kayu, tubuhnya terlihat sangat kurus. Bahkan tulang-tulangnya terlihat dengan sangat jelas olehku yang muncul di antara kulit-kulitnya yang sangat pucat. Rambutnya yang hitam terlihat terurai lurus kebawah. Meskipun aku hanya melihat punggungnya, tapi itu membuat ku kini merasa ketakutan bahkan tubuhku sendiri mendadak lemas hingga terjatuh di antara tumpukan kardus yang ada di ruangan belakang. Kikikiki Kikikiki Dia seperti sedang mempermainkanku, lampu minyak yang aku tempel

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 37-KAMBING HITAM

    Suatu perjanjian yang selalu berhubungan dengan para makhluk gaib yang selama ini berada di sekitar kita tanpa kita sadari, selalu menimbulkan resiko dan akan disesali oleh seseorang yang melakukan perjanjian itu semasa hidupnya. Terutama, perjanjian-perjanjian yang mewajibkan para manusia untuk mengirimkan tumbal kepada mereka. Sebagai syarat bahwa derajat mereka lebih tinggi dan para manusia tersebut tunduk kepada mereka sebagai seseorang yang lemah dan butuh bantuan mereka dalam hidupnya. Mereka akan mengabulkan apapun mau itu kekayaan, kejayaan, ataupun keilmuan. Semua keinginan manusia akan terkabul secara instan, asal mereka harus di agungkan layaknya dewa, dengan persembahan-persembahan yang harus mereka berikan kepada makhluk itu di malam-malam tertentu. Dan itulah yang terjadi dengan Gunung Sepuh, gunung yang sangat erat kaitanya dengan Kampung Sepuh sendiri tempat aku tinggal. Banyak sekali manusia dari berbagai daerah berbondong-bondong ke tempat ini dengan segala tujuann

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 38-DUA BELAS

    Jalanan yang menanjak dan berliku-liku, bersamaan dengan rintik hujan yang kini membasahi jalanan di antara pegunungan yang Pak Budi lewati. Sudah hampir satu jam setengah Pak Budi berkeliling di daerah selatan Kota Bandung, berusaha mencari kambing berwarna hitam pekat yang tak kunjung ditemukan saat ini. Suara dari deru mesin yang terdengar kencang dengan roda yang menggerus jalanan dan genangan air yang turun ke jalan pada sore itu, membuat mobil yang di kendarai Pak Budi melaju sangat kencang di jalanan yang berliku di selatan Kota Bandung. “Aku harus ke mana lagi mencarinya? ” Kata Pak Budi panik. Kedua tangannya memegang setir mobil dengan lihainya, jalanan yang sangat lengang ketika masuk ke perkampungan membuat Pak Budi bebas menjalankan mobil tersebut dengan sekencang-kencangnya, apalagi dengan air hujan yang turun dengan sangat deras bersamaan dengan langit sore yang sangat gelap, hingga menutupi matahari sore yang ingin menyinari Pak Budi dengan sinarnya yang hangat. Waj

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 39-MATI

    ZRAASSS Hujan masih deras di luar dan wajah Pak Budi tampak semakin panik, ketika sosok yang ada di depannya kini menampakan dirinya sendiri di antara cahaya petir yang menggelegar pada malam itu. Dia melihat jam tangannya, tinggal lima jam lagi sebelum tengah malam. Dengan perasaan yang gelisah dan wajah yang tidak karuan, dia berdiri dari duduknya untuk membayar apa yang dia makan dengan tergesa-gesa. Mulutnya penuh dengan sisa nasi yang menempel di sekitar mulutnya, Namun dia tidak peduli, dia lebih memikirkan kambing berwarna hitam pada saat ini daripada harus memikirkan penampilannya. Jaket mewahnya yang tadi dia lepas hanya di simpan di dalam mobil, bersamaan dengan ayam cemani dan buah-buahan serta kemenyan yang dia bawa di dalam bagasi. Dia kini hanya memakai kaus oblong bergambar artis band rock terkenal pada masa itu, dengan gayanya yang nyentrik dan rambut kribo nya yang menjadi ciri khas dari band rock tersebut. “Berapa Kang? ” Kata Pak Budi sambil mengeluarkan dompet

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 40-PINTU BELAKANG

    “Kok pintunya gak bisa kebuka?” Brag, Brag, Brag, Aku yang panik kini sedang berada tepat di depan pintu rumah, rumahku yang sangat sederhana yang berdinding bilik kayu yang di cat putih dan hijau. Rumah yang turun temurun di berikan oleh kakek dan kakek buyutku, sehingga rumah yang ku tempati ini terlihat beberapa kali sudah di renovasi mengikuti jaman. Rupanya, ibu dan Bapak mengunci pintu rumah. Sehingga aku yang berusaha masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan diri dari makhluk tersebut pun hanya bisa berdiri di depan rumah sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu. Suara cekikikan dari depan warung masih terdengar, bersamaan dengan cahaya lampu minyak yang mati dan menyala tidak karuan, sepertinya makhluk itu sangat menikmati suara radio yang dia dengarkan sepanjang malam ini. Meskipun, aku sendiri tidak tahu kenapa makhluk tersebut sangat terobsesi dengan radio yang Bapak punya. Kikikiki Kikikiki “Ieu barang urang, barang urang hiji-hijina di dunia ieu. (Ini barangk

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 41-BAYI

    Sebuah ruangan yang memanjang hingga ke pintu depan yang berwarna cokelat tua, dengan dua jendela yang tertutup sebuah tirai putih yang sudah kotor dan berdebu. Ruangan yang berdinding bilik dari bambu itu tampak seperti baru, dengan corak dari bambu hitam yang membentuk sebuah belah ketupat yang dianyam sedemikian rupa dengan bilik bambu berwarna cokelat. Bentuk rumahnya tampak seperti rumahku, dengan ruangan tengah dan di dua buah kamar tidur yang ada di sebelah kanan juga dapur tempat aku masuk tadi. Tapi, isi di dalamnya tampak berbeda, dinding di ruangan rumahku sudah di cat putih. Tidak seperti ruangan ini yang berwarna cokelat. Juga benda-benda seperti jam dinding atau lemari besar pun tidak terlihat di sini, yang ada hanyalah lemari kecil seukuran tubuhku dengan beberapa lubang kecil di pintunya. “Kenapa rumahku tiba-tiba berubah? Atau aku salah masuk rumah?” “Tapi meskipun di luar gelap aku yakin sekali tidak salah masuk rumah, hanya bagian dalamnya saja yang berbeda.” Ak

Latest chapter

  • KUTUKAN LELUHUR   Extra bab-TAMAT

    Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 283-WARUNG TENGAH MALAM

    Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 282-BEKERJA KERAS

    Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 281-SEKOLAH

    Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 280-GELANG

    Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 279-BERTAHAN

    Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 278-PUAS

    Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 272-BUKAN MIMPI

    “Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 271-PABRIK

    Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men

DMCA.com Protection Status