Tampaknya, pertarungan Buta Langkir dan aku belum mencapai babak akhir, aku sendiri belum bisa menjatuhkan makhluk besar itu dengan kekuatanku pada saat ini.Meskipun, aku sudah bisa membuat salah satu tangannya putus, namun dia masih bisa bertahan dan tetap berdiri tegak tanpa pernah bisa terjatuh ke tanah. Bukannya aku tidak ingin mengeluarkan kekuatanku sepenuhnya, namun aku harus bisa menghemat semua tenagaku karena selain dirinya ada dua makhluk lain yang sama kuatnya di dekat portal.Mereka berdua masih terdiam, dengan wajah-wajahnya yang menyeramkan, mereka hanya menunggu giliran tanpa sekalipun mengganggu pertarunganku dengan Buta Langkir yang masih berdiri tegak di hadapanku.Hah, hah, hahNafasku semakin lama semakin berat, aku tidak bisa terus-menerus seperti ini. Aku mencoba menahan kekuatanku, namun hal itu tidak bisa aku lakukan terus-menerus, karena semakin lama aku berdiam diri disini maka energiku semakin terkuras habis.Tampaknya, Buta Langkir pun terlihat sama, dia
Lampu lima watt yang menerangi rumahku kini menjadi saksi bisu, atas perjuangan Esih ketika sedang melakukan proses persalinan yang baru dia rasakan untuk pertama kalinya.Esih yang kini memakai baju kebaya dengan jaket yang tebal serta kain jarik yang menutupi kedua kakinya dengan darah yang mengucur di sana, membuat suasana di dalam rumahku menjadi sangat tegang.Esih dengan cekatan mengatur nafas, kelahiran bayi pertama kami pada saat ini terlihat sangatlah susah.Bu Sonah yang menjadi Paraji (dukun bayi) tampaknya sangat kewalahan. Begitu pula dengan Bu Lela yang membantunya di belakang, bahkan Bu Lela pun sampai menekan perut Esih agar bayi yang ada di dalam kandungannya bisa keluar dengan membantu mendorongnya. Bersamaan dengan Esih yang mendorong bayi tersebut dengan segenap kekuatannya yang kini sudah mencapai batasnya.BruaaaaaakkkProses kelahiran mereka pun sedikit terganggu, dengan suara-suara gaduh yang ada diluar sana. Bu Lela yang baru pertama kali mendengar gangguan ya
Malam itu, Doni yang masih duduk di atas kursinya di dalam villa dengan pintu yang terbuka ke arah luar. Kini mulai resah, karena melihat para dukun suruhannya kini mulai tumbang satu persatu.Dari beberapa orang yang bisa dia bayar untuk membantunya, kini hanya tinggal setengahnya lagi yang masih bertahan. Beberapa dari mereka bahkan bekerja sama untuk memanggil tiga makhluk yang memerlukan pengorbanan manusia agar apa yang sedang mereka kerjakan bisa cepat selesai.Sedangkan sisanya, sudah terkapar dan tidak berdaya, mulutnya mengeluarkan darah segar dengan tubuhnya yang terbanting beberapa meter dari tempatnya setelah makhluk suruhannya tiba-tiba lenyap dan menghilang, sehingga hal itu bisa membuat luka di dalam bagi tubuhnya sendiri.Memang, inilah pertarungan antara dua orang yang mempunyai sebuah keilmuan, mereka hanya terlihat seperti seseorang yang sedang silat apabila mata kita tidak bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan.Tapi, bagi orang yang bisa melihat hal-hal gaib,
Apa yang terjadi di dalam rumahku, sepertinya membuat semua orang yang mengetahuinya tidak bisa tertidur pulas pada malam ini. Bagaimana tidak, suara-suara gaduh dan dentuman-dentuman yang terjadi di depan rumah, membuat mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak, terutama bagi para warga Kampung Sepuh yang pada malam itu mengetahui tentang apa yang sedang terjadi di dalam rumahku sekarang. Parman, Rusdi, Asep bahkan para warga yang lainnya terlihat masih berjaga di ruangan tengah rumahnya. Dengan lampu lima watt yang menyala di atas rumahnya, mereka menunggu dan menunggu tanpa sekalipun memejamkan mata. Menunggu sebuah kabar baik atau sebuah kabar buruk yang akan mereka terima, di depan sebuah pintu dan jendela yang tertutup rapat pada saat itu. Darman juga sepertinya merasakan hal yang sama, hidup bertahun-tahun di kota membuatnya kini terlihat lebih khawatir. Karena hal-hal seperti ini sudah jarang dia temui di kota-kota besar. “Man, kamu mendingan tidur aja duluan, biar Bapak yang
Plak, Plak,Di tengah-tengah ruangan di villa, terlihat dengan samar-samar Pak Uki yang sedang menampar Doni beberapa kali di tengah malam. Lampu yang awalnya padam kini mendadak menyala kembali, meskipun kini lampu tersebut tampak redup sehingga memberikan kesan yang penuh kesuraman atas apa yang terjadi kepada Doni saat ini.“Kadieu maneh! (Kesini kamu!)”Pak Uki dengan kasarnya menyeret Doni dari tempat dia bersembunyi, dia terus-menerus menampar Doni dengan sekuat tenaga atas apa yang dia lakukan kepada keluarganya, sehingga membuat kegaduhan di Kampung Sepuh pada saat ini.Salah satu tangannya menjambak rambutnya dan menyeretnya ke ruangan tengah, lalu ketika sampai disana, Pak Uki mulai menginjak-injak tubuh Doni tanpa ampun.“Aku gak akan memakai keilmuan ku untukmu, manusia biasa harus diberi pelajaran dengan cara manusia biasa juga, sedangkan manusia-manusia seperti mereka yang ada di luar, harus diberi pelajaran sesuai dengan keilmuan mereka.”PlakBeberapa kali tamparan ker
Tidak dipungkiri, dibalik kehidupan kita yang kita anggap normal setiap harinya, ada kejadian-kejadian yang seperti ini. Yang seringkali membuat banyak orang yang menjadi korban, karena sebuah pertikaian dari beberapa orang yang mempunyai keilmuan tertentu yang bisa mengakibatkan salah satu dari mereka kehilangan jiwanya.Hal-hal seperti ini tidak bisa diproses secara hukum. Kalaupun ada, hal tersebut tidak bisa dibuktikan dengan jelas, sehingga seringkali dibiarkan begitu saja dan di anggap bahwa hal tersebut adalah sebuah kecelakaan yang membuat mereka tidak sadar dan kehilangan jiwanya hingga dia meninggal.Itu adalah resiko yang sangat berat bagi orang-orang yang mempunyai sebuah keilmuan yang ada di dalam dirinya.Karena,Ketika ada dua orang yang bertarung satu sama lain, mereka bisa saja kehilangan jiwanya. Yang mungkin saja jiwa mereka tidak akan kembali hingga mereka mati seutuhnya dengan tubuhnya yang kaku.Dan itulah yang mungkin terjadi kepada para dukun yang kini terkapar
Pada zaman dahulu, ada sebuah kisah yang membuat gempar kerajaan-kerajaan zaman dulu. Sebuah tragedi akan suatu kiriman penyakit yang sangat besar sehingga melanda desa-desa yang ada di timur pulau jawa. Hanya berawal dari sebuah sakit hati dari seorang janda tua yang memiliki anak yang tidak mau dipersunting oleh siapapun, karena dirinya terlalu sakti dan terlalu ditakuti, sehingga orang-orang yang ingin mempersunting anaknya takut akan kesaktian ibunya. Hal itu membuat dirinya marah, anak yang sudah mulai beranjak dewasa dan harus sudah menikah di umurnya pada saat itu pun hanya bisa berdiam diri tanpa ada seseorang yang datang kepadanya. Hingga, Dengan kemampuannya, dia menculik salah satu wanita yang ada di desa, membawanya ke tempat ritual dan dikorbankan disana. Hasilnya, karena dia melakukannya dengan penuh dendam dan sakit hati akibat anaknya tidak ada yang mempersuntingnya. Maka, seluruh desa yang ada disana diliputi penyakit yang disebabkan ritual yang dilakukan oleh jan
Asap hitam yang menutupi Kampung Sepuh tampak sangat pekat sekali, Kampung Sepuh pada malam ini terlihat seperti tertutup asap dari kebakaran hutan yang terjadi di dekat mereka pada malam itu.Meskipun, asap hitam itu tidak sampai menutup seisi rumah yang ada di Kampung Sepuh, namun tetap saja mereka merangsak masuk dari lubang-lubang kecil yang ada di dalam rumah tersebut.Parman, yang dari tadi masih terdiam dengan rokoknya yang terus dia hisap. Terus-menerus menatap ke arah pintu rumahnya yang masih tertutup rapat pada malam ini, rasa kantuk yang menyerang dirinya tidak bisa membuatnya terpejam pada malam itu.Suara-suara gaduh yang terjadi pada malam ini membuatnya sangat waspada, karena ini adalah sesuatu yang baru kali ini dia rasakan lagi setelah kejadian yang menimpa Esih sewaktu KKN di Kampung Sepuh beberapa tahun yang lalu.Beberapa kali dia menatap ke sekeliling rumah yang kini terang dengan lampu lima watt yang menyala sepanjang malam, membuat setiap sudut dari rumahnya ya