공유

Bab 6

작가: NawankWulan
last update 최신 업데이트: 2023-04-01 12:35:53

Acara pernikahan itu sudah selesai. Para tamu mulai keluar dari rumah ini. Sesederhana itu, sekedar ijab qabul tanpa resepsi. Benarkah Maya, gadis 21 tahun itu rela pernikahannya tanpa resepsi? Benarkah dia ikhlas pernikahannya digelar sesederhana itu? Bahkan tanpa mengundang teman-teman sebayanya satu pun? 

Apakah dia sengaja menyembunyikan status pernikahannya dari kawan-kawannya? Malu karena hanya menjadi istri kedua? Sehingga menerima begitu saja saran Mas Gilang untuk melangsungkan pernikahannya dengan sangat sederhana? Mungkin saja begitu. Terserah, aku tak ingin ikut campur soal itu. 

 

"Mas ... nanti kita tinggal di mana? Mas sudah nyiapin rumah kan buat aku?" Pertanyaan gadis itu sok manja dan mendayu-dayu membuatku ingin muntah saja. Seganjen itukah dia? 

 

"Mas, sudah siapin rumah baru kan buat aku?," tanyanya lagi. 

 

Heh! Rumah baru katanya? Duit darimana, Non. Bahkan untuk memberi nafkah bulanan buatmu saja nanti kerepotan. Aku tersenyum kecut. Makanya sebelum mengambil keputusan, cari tahu dulu bagaimana keadaan calon suamimu. Bukan hanya manggut-manggut mengiyakan, merasa lebih cantik, lebih baik dan lebih diharapkan! 

 

Mas Gilang bergeming. Menoleh ke arahku yang akan masuk ke kamar. 

 

"Lin ...."

 

"Sudahlah, Mas. Kalian honeymoon saja sana. Aku baik-baik saja," jawabku singkat. Masuk kamar dan menutup pintu perlahan. Tak kuberi kesempatan Mas Gilang untuk bicara apapun. Aku malas. 

 

"Tiga hari ke depan, aku nggak di rumah ya Lin," izin Mas Gilang lagi. 

 

Aku diam saja. Ternyata perih juga rasanya, ya? Kukira aku bisa melewati semuanya dengan cukup mudah ternyata dugaanku salah. Sulit. Sangat sulit! 

 

"Kamu baik-baik di rumah ya, Lin."

 

Tak kujawab ucapannya. Rasanya masih setengah percaya setengah tidak, kalau Mas Gilang memang benar-benar sudah memiliki cinta yang lain. 

***

Malam ini kulewati dengan sepi. Jarum jam menunjuk pukul satu dini hari. Namun mataku juga belum mampu terpejam. Entah apa yang kupikirkan. Bayangan-bayangan masa lalu tak pernah berhenti mondar-mandir di otakku. 

Berulang kali kutepis namun selalu saja memenuhi benak, membuat dadaku terasa semakin sesak. 

 

Apakah aku kuat jika harus terus-menerus berbagi suami? Bahkan baru semalam ditinggalkannya aku merasa sesakit ini. Terlalu cintakah aku padanya?

 

Mungkin ... karena selama sebelas tahun bersama, tak pernah sekalipun dia mengkhianati cintaku. Tak pernah sekalipun dia membuatku begitu terluka. Namun sekalinya dia berbuat, ternyata rasanya sesakit ini. 

 

Hahh! Kuhembuskan napas kasar. Kudengar suara seseorang ngobrol di luar kamar. Sepertinya ibu masih terjaga. Lampu ruang tengah mendadak menyala, mungkin dia ada di sana. 

 

"Kenapa lagi kamu, Lang?" Samar-samar kudengar suara ibu. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan percakapan mereka lewat henfon itu. 

 

Kudekatkan telinga ke daun pintu. Berharap masih bisa mendengarkan obrolan mereka. Apalagi malam ini begitu hening, suara sepelan apapun masih cukup terdengar di telingaku yang normal.

 

"Semua sudah terjadi, Lang. Mau tidak mau kamu harus bisa mencintai istri barumu. Lagian apa sih yang kamu andalkan dari istri mandulmu itu?" 

 

Mulut sama hati ibu mertuaku memang sama kotornya. Ngomong seenaknya tanpa pernah peduli perasaan orang lain. 

 

"Ibu nggak mau tahu ya, Lang. Pokoknya nanti setelah Maya selesai datang bulan, kamu harus bisa menunaikan kewajibanmu. Berikan ibu cucu!" Ucapan ibu semakin keras terdengar. 

 

"Halah sudah. Kamu anak satu-satunya ibu, Lang. Cuma kamu yang bisa kasih ibu cucu. Nggak ada yang lain lagi." Sepertinya ibu menutup sambungan telfonnya. 

 

"Bukannya seneng dicarikan istri baru yang masih gadis, cantik, muda pula malah bikin tensiku makin naik saja. Mungkin si Lina itu pakai susuk, makanya Gilang nggak mau lepas dari jeratnya!" 

 

Ibu kembali mengomel, makin ngelantur kemana-mana. Seambisius itukah dia untuk mendapatkan seorang cucu? Sampai tega mengorbankan perasaan menantunya atau mungkin mengesampingkan perasaan anaknya sendiri? 

 

Kepalaku mendadak pusing memikirkan semuanya. Cekut-cekut tak karuan. Apalagi aku belum jua bisa memejamkan mata sampai selarut ini. Mungkin aku memang harus memaksa netraku untuk terlelap. Mencoba untuk tidur meskipun pikiran masih tak tentu arah. Berharap pagi nanti kepalaku sudah tak sepening ini. 

*** 

Aku masih mematut di depan cermin hias di kamar, dengan seragam mengajar dan tas kulit di tangan.

"Buka pintunya, Lin. Ibu mau bicara," ucap ibu dari balik pintu. 

 

Mau ngapain dia sepagi ini? Malas sekali aku ribut pagi-pagi buta seperti ini. Terpaksa kubuka pintu karena ketukannya tak juga berhenti sedari tadi. 

 

"Ada apa, Bu?," tanyaku datar. Melangkah menuju kulkas mencari selai kacang dan roti tawar untuk sarapan. 

 

"Semalaman kamu tidur, emang nggak capek, Lin? Sampai bikin sarapan saja nggak mau," ucap ibu, menarik kursi di depanku dan mendudukinya.

 

Dahiku mengerut. Apa maksudnya? 

 

"Kamu nggak masak buat ibu?" 

 

"Oohh, ibu lapar?," tanyaku singkat, masih sibuk mengoles selai di atas sepotong roti.

 

"Kamu kira ibu robot yang nggak punya nafsu lapar ataupun haus?" Ucapan ibu meninggi. Aku hanya melirik sekilas. 

 

"Aku kira seperti itu, Bu. Karena ibu juga nggak punya hati," jawabku sekenanya. 

 

"Makin kurang ajar kamu ya, Lin. Lihat saja nanti, kalau Gilang sudah bahagia dengan Maya, kamu pasti akan diceraikan."

Hampir saja tersedak mendengar ucapan ibu, beruntung aku bisa menahannya. 

"Cerai?"

 

"Iya. Kenapa? Kamu takut diceraikan anak ibu yang pinter dan ganteng itu?"

 

Aku tersenyum kecut mendengarnya. Ibu bersandar di kursi sambil melipat dada. Sok lebih berkuasa rupanya.

 

"Tolong jaga ucapan ibu, sebelum aku berubah pikiran. Kalaupun aku nanti tak kuat, aku yang akan minta cerai. Silakan ibu dan menantu kesayangan ibu itu bertepuk tangan menyaksikan."

 

Tak kuhiraukan wajahnya yang mendadak berubah. Kaget. Mungkin dia tak pernah menyangka aku akan berkata demikian padanya. Kuteguk air putih di gelas dan merapikan tempat makan.

 

"Ada banyak sayuran di kulkas, kalau ibu lapar, ibu bisa memasaknya sendiri."

 

Kumasukkan kembali sisa roti tawar dan selai ke dalam kulkas. Tanpa perlu berpamitan, aku melangkah ke luar rumah. Kukeluarkan motor maticku ke teras. 

 

"Oh ya, Bu." Aku melongok ibu yang masih terus mengomel. Dia menoleh cepat.  

 

"Mulai sekarang, aku stop jatah bulanan ibu. Silakan ibu minta jatah bulanan sama menantu kesayangan ibu itu."

 

***

관련 챕터

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 7

    Pov : Gilang Ada tiga mobil yang masuk bengkel minta diservis. Alhamdulillah, meskipun minggu ini belum banyak customer yang datang tapi aku yakin bulan-bulan selanjutnya pelanggan akan bertambah. Yang paling penting sekarang adalah memberikan pelayanan semaksimal mungkin agar mereka tak kecewa. Hampir delapan bulan berlalu, memang belum ada hasil signifikan dari usaha bengkel ini. Jangankan balik modal atau bisa untuk tabungan. Bahkan hasilnya baru cukup untuk membayar gaji para karyawan.Tapi tak apa, aku harus bersyukur. Berapapun hasilnya yang penting halal. Sebenarnya, ada rasa bersalah di dalam dada karena tak bisa memberikan nafkah yang layak untuk istriku, Lina. Namun apa boleh buat, aku sudah berusaha maksimal hanya saja baru segitu rizki yang Dia kirimkan. Bersyukur aku memiliki istri sepertinya, dia tak pernah menuntut macam-macam, selalu mendukungku sepenuh hati di saat aku terpuruk dan jatuh, bahkan rela menyisihkan sebagian gajinya untuk jatah bulanan ibuku, yang seh

    최신 업데이트 : 2023-04-01
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 8

    Pov Gilang (2) Sejak permintaan serius ibu kemarin aku makin nggak tenang. Aku takut Lina tahu keinginan ibu saat ini. Tiap kali dia mendekat, aku selalu berusaha menghindar. Aku takut keceplosan bicara jika berada di sampingnya. Karena tiap kali banyak pikiran, kadang ucapan dan emosiku tak terkontrol. Berulang kali dia tanya kenapa? Aku hanya menjawabnya asal. Capek lah, pusing lah atau ngantuk. Hanya itu alasanku, makin membuat gurat kebingungan di wajahnya yang ayu. Meski akhir-akhir ini aku sedikit cuek, tapi dia tak pernah kesal ataupun marah bahkan senyum manis itu masih terus terukir di kedua sudut bibirnya. Lina ... Betapa beruntungnya aku memilikimu. Kamu yang dulu begitu banyak disukai para lelaki. Kamu yang bahkan rela menolak Adam-- laki-laki yang dijodohkan ibumu itu, hanya demiku. Padahal dari segi wajah dan finansial, mungkin dia jauh lebih di atasku. Tak pernah menyangka bahwa akulah pemenangnya. Aku yang saat itu masih kuliah semester akhir, dengan polos

    최신 업데이트 : 2023-04-01
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 9

    Suasana sekolah kembali lengang. Murid-murid sudah pulang. Namun, aku begitu enggan beranjak dari kursi kelas empat ini. Masih duduk termangu, memikirkan rumah tanggaku.Hari ini, jadwal Mas Gilang pulang. Entah ekspresi apa dan bagaimana nanti yang akan kutunjukkan. Bingung. Meskipun jalan ini, aku yang memilihnya sendiri, namun jujur saja aku belum sepenuhnya bisa menerima dan memahami. Tapi ... Jika aku terus merasa tersakiti, bukankah aku justru lebih berdosa? Memaksakan sesuatu yang tak mampu kuterima? Mataku kembali berkaca-kaca mengingat semuanya. Kudengar derap langkah ke luar dari ruang guru. Mungkin beberapa guru mulai meninggalkan sekolah. "Aku kasihan lihat Bu Lina. Sejak suaminya menikah lagi, dia terlihat berbeda. Sering melamun sendirian di kelas saat anak-anak pulang. Kadang juga duduk aja di mushola sampai sekolah sepi." Kudengar suara Bu Ika membicarakanku. Kuhela napas sesak."Lagian siapa suruh mau dimadu? Bu Lina sendiri yang memilih, kan? Kalau saya jadi di

    최신 업데이트 : 2023-05-06
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 10

    Langit begitu gelap. Suara guruh terdengar riuh, sesekali menggelegar. Rintik hujan pun mulai datang mengguyur. Perlahan membasahi bumi. Aroma tanah yang khas ketika hujan mulai mengusik Indra penciuman. Aku menyukai itu. Merindukan damai dan tenangnya di tengah semilir angin yang sesekali menerpa wajah.Kumainkan gemericik air yang turun dari langit dengan telapak tangan. Membiarkannya terpercik ke lengan dan baju yang kukenakan. Tak lupa menengadahkan tangan ke atas, menangkap air yang mulai deras mengguyur lalu membasuhkannya ke wajah. Sejuk dan dingin yang terasa berbeda. Lagi-lagi aku menyukainya. Cukup lama aku di sini. Terdiam di sebuah gazebo taman belakang, ditemani secangkir teh hangat dan mi telur favoritku. Tak kupedulikan Mas Gilang yang sedari tadi duduk di bangku teras, menatapku. Tiba-tiba Maya datang membawakan nampan berisi dua cangkir dan camilan. Mungkin teh atau kopi. Entahlah. Lalu, muncul ibu dari belakang. Bicara, entah apa. Aku pura-pura tak melihat. Menikma

    최신 업데이트 : 2023-05-06
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 11

    Alarm handphone berbunyi tepat di samping kepala. Kukucek mata perlahan lalu mematikan alarm yang begitu berisik di telinga. Setelahnya menata selimut dan bantal kemudian bergegas keluar kamar. Kulihat Mas Gilang tidur di sofa tanpa bantal dan selimut. Entah mengapa, aku sebenarnya nggak tega melihatnya seperti itu. Tapi ... rasa sebal dan cemburu itu masih saja merajai otakku.Aku masih setengah menerima, setengah menolak pernikahan keduanya! Kadang kuberpikir, apakah Mas Gilang sudah tak mencintaiku lagi? Apakah aku sudah tak semenarik dulu? Apakah keturunan itu hanya sebagai alibi karena kebosanannya padaku? Apakah aku pernah membuatnya kecewa, hingga dia sengaja membalasnya dengan mengirimkaku seorang adik madu? Kuhembuskan napas kasar. Aku bergeming. Memandang wajah Mas Gilang yang begitu nyenyak terlelap. Dia terlihat tenang dan damai, meski gurat beban masih tampak jelas di wajah tampannya. Aku tak tahu kenapa dia bisa setenang itu. Padahal biasanya dia tak bisa terlelap ta

    최신 업데이트 : 2023-05-06
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 12

    Adzan Subuh berkumandang. Mas Gilang, mengenakan koko dan sarungnya, bersiap untuk ke masjid. Aku beranjak masuk kamar mandi, mengguyur tubuh dengan air yang dingin. Perlahan, kurasakan kesegarannya. Hatipun terasa lebih tenang saat berada di bawah guyuran shower. Selesai membersihkan badan dan mengenakan daster kesayangan, aku mematut diri sebentar di depan kaca. Mengamati wajahku yang mungkin mulai menua. Kuhela napas panjang lalu mengambil mukena di lemari. Tak ada tempat berbagi selain DIA Sang Pembolak-balik hati. Gegas kujalankan salat subuh dan berdoa agar bisa lebih ikhlas menjalani takdirNya. Usai menjalankan kewajiban, aku keluar kamar. Hening. Tak ada suara apapun di rumah ini selain denting jam dan gesekan kakiku dengan lantai saat melangkah. Ibu dan Maya sepertinya belum juga terjaga. Kubiarkan sesukanya. Aku tak peduli dengan apapun yang mereka lakukan. Kuseduh dua cangkir teh dan memanggang roti dengan selai kacang kesukaanku, sedangkan Mas Gilang lebih senang dengan

    최신 업데이트 : 2023-05-07
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 13

    Kulihat Mas Gilang keluar kamar. Dia sudah cukup rapi dengan memakai kaos kerah berwarna putih polos dan celana levis panjang hitam ditambah jam tangan silver di pergelangan tangan kirinya. Laki-laki itu menyugar rambutnya pelan, lalu melangkah perlahan menghampiriku."Lin, aku mau ke rumah Mas Vino dulu sebelum ke bengkel. Kemarin dia nggak masuk kerja. Istrinya melahirkan katanya. Ini mau kasih sedikit 'uang shampoo'. Sekalian tanya soal kontrakan buat Maya," pamit Mas Gilang padaku. Aku yang masih sibuk memakaikan bros ke hijab. "Aku nggak ikut ke rumah Mas Vino nggak apa-apa, kan, Mas?" tanyaku padanya. Menghentikan aktivitasku sejenak. Kutatap wajah tampan Mas Gilang sesaat lalu kembali mematut di depan cermin, membenarkan hijabku yang masih sedikit berantakan."Nggak apa-apa. Lagipula kamu sudah mau berangkat juga, kan?" Tak membalas sepatah katapun, aku hanya mengangguk sembari tersenyum tipis.Hari ini ada test harian untuk anak kelas lima, jadi aku sengaja berangkat agak pa

    최신 업데이트 : 2023-05-07
  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 14

    Aku masih sibuk menyapu di halaman saat tante Deby-- Mamanya Mas Adam, berhenti di depan rumah. Tiba-tiba dia melongok lewat kaca mobilnya, memanggilku. "Lin ... ayo, main ke rumah. Dicariin si kembar tuh. Kangen, katanya," ucap tante Deby dengan senyum khasnya. Si kembar yang dia maksud adalah anak Mas Bimo, anak pertama tante Deby. Rumahnya di kota sebelah, mungkin saat ini liburan ke rumah neneknya. Anaknya lucu-lucu, cantik, nggemesin. Alana dan Aluna, namanya. Nama yang cantik, secantik orangnya. "Lin ... ayo." Tante Deby keluar dari mobil lalu menghampiriku. Detik ini aku benar-benar tak enak hati jika menolak ajakannya. Sejak menikah, aku memang sudah membatasi diri untuk main ke rumahnya. Padahal dulu, nyaris setiap hari aku ke sana. Tante Deby sudah kuanggap seperti ibu keduaku sendiri. Selain bertetangga, ibu dan tante juga sekolah menengah dan kuliah di kampus yang sama. Mereka bersahabat sejak bangku menengah pertama. Mungkin karena itulah, ibu dan Tante Deby sempat m

    최신 업데이트 : 2023-05-07

최신 챕터

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 61 (End)

    Althaf Radhika Alfahri.Anak laki-laki pertamaku yang rupawan. Dia adalah pelita yang menyinariku di saat gelap dan rapuh. Dia yang membuatku semakin kuat dan semangat di setiap keadaan dan dia yang membuatku semakin menyadari jika tak akan pernah ada kata sia-sia dari sebuah perjuangan dan kesabaran. Ada harapan dan doa yang kutanamkan dalam nama itu. Aku dan Mas Gilang sangat berharap kelak dia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang berhati lembut, sukses dan memiliki semangat untuk berbagi kebaikan hingga bisa bermanfaat untuk banyak orang.Detik ini, kulihat Mas Gilang yang sedang mengazani anak sulungnya dengan hati berbunga. Senyumnya mengembang. Wajahnya yang tampan memancarkan aura kebahagiaan. Ibu yang dulu seolah tak pernah memberi restu untukku, sekarang justru berbalik 180 derajat.Dia begitu menyayangiku setelah rencana buruk dan sandiwara menantu kesayangannya itu terbongkar semuanya. Cinta dan perhatian ibu padaku semakin bertambah saat anak pertamaku lahir. Ibu terli

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 60

    Pov : Maya"May, kamu di mana? Aku mau ketemu," ucap Mbak Dewi tiba-tiba setelah sekian minggu tak ada kabar."Mau ngapain sih, Mbak?" tanyaku cepat.Hatiku berdebar-debar, jangan sampai Mbak Dewi merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Mbak Lina lagi. Aku nggak mau ikut campur. Mereka bisa benar-benar menjebloskanku ke sel."Rumah tanggaku hancur, May. Mas Indra menceraikanku. Istri tua dan keriputnya itu mengambil semua yang kupunya. Rumah dan mobil itu. Sekarang, aku di rumah ibu," ucap Mbak Dewi panjang.Mulutku ternganga seketika mendengar ceritanya. Aku yakin, Mbak Dewi pasti tak akan rela dan diam begitu saja. Dia pasti akan membalas perlakuan Mbak Lina. Karena masih menganggap Mbak Lina dalang semuanya."Sudahlah, Mbak. Jangan ganggu keluarga Mas Gilang lagi. Bahaya, Mbak. Mbak bisa benar-benar dimasukkan penjara nanti."Aku masih terus berusaha menasehati. Walaupun bagaimana, dia tetap kakakku. Aku sangat menyayanginya, meski kelakuannya seperti itu dan sering membuatku pusin

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 59

    Pov : Dimas Maya. Aku ingin sekali membencinya karena dia sudah tega menghianati cinta yang kupunya. Dia diam-diam berhubungan dengan lelaki lain yang jauh lebih mapan dan tampan. Saat tahu kabar itu, rasanya benar-benar sulit digambarkan.Banyak hal yang kami lakukan bersama, teganya dia pergi begitu saja. Namun, aku cukup heran kenapa sampai detik ini belum bisa melupakannya. Berulang kali mencoba untuk move on, berulang kali pula selalu gagal. Aku benci dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu mengapa harus mencintai perempuan yang sudah terang-terangan menghianatiku. Bahkan secara sengaja menikah dengan laki-laki lain yang lebih mapan, meski hanya menjadi istri kedua. Entah siapa yang bodoh dalam hal ini. Aku yang dibutakan oleh cinta dan nafsu atau dia yang hanya mengejar harta, tanpa peduli adanya cinta. Entah.Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Begitu pula dengan sandiwara Maya. Aku mengetahui gerak-gerik pengkhianatannya sebelu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 58

    Sebelum maghrib, kami sudah sampai di rumah. Maya dan Bi Minah turun dari mobil Mas Adam. Perempuan itu masih saja menunduk dalam diam."Lang, aku pamit pulang, ya?" ucap Mas Adam tiba-tiba. Mas Gilang yang baru saja menutup pintu mobil, menoleh seketika."Nggak mampir dulu, Dam? Btw Makasih banyak atas bantuannya ya? Maaf selalu ngrepotin kamu," jawab Mas Gilang kemudian."Santai aja, Lang. Aku balik dulu deh, habis maghrib mau ada perlu soalnya," lanjut Mas Adam lagi."Oh, okey. Hati-hati kalau begitu," jawab Mas Gilang pelan sembari tersenyum.Mas Adam menatapku sekilas sebagai tanda pamit pulang. Dia kembali masuk ke mobilnya dan berlalu dari halaman.Tak berselang lama, muncul mobil hitam dop dari arah kanan, berhenti tepat di depan gerbang.Mas Gilang melangkah pelan menghampirinya. Bercakap sebentar dengan sang supir lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah."Pak Roby dan Pak Emon. Dia datang membawa laki-laki itu. Ayah si Haikal," ucap Mas Gilang lirih di sampingku. Aku men

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 57

    Perempuan itu keluar kamar juga setelah sekian menit menunggu. Geram, kesal dan benci kembali menyergapku. Kutatap matanya yang menyiratkan ketakutan.Rasanya ingin sekali kumaki dan kutampar dia berulang kali, agar dia sadar. Kelakuannya selama ini bukanlah sesuatu yang lucu.Bagaimana mungkin dia berhubungan dengan orang lain tapi justru meminta suamiku untuk bertanggung jawab! Benar-benar keterlaluan. Tak punya adab.Apakah seperti itu yang diajarkan Dewi padanya? Merusak rumah tangga orang bagaimana pun caranya. Seperti syaitan yang begitu riang ketika sebuah keluarga di ambang perceraian."Maya!" Bentakku tiba-tiba. Dia terlonjak kaget. Mas Gilang memegang lenganku pelan. Membisikkan istighfar berulang kali.Mataku memanas menahan amarah yang memuncak namun aku tak kuasa mengungkapkannya. Kupendam sedemikian rupa, namun kali ini rasanya aku ingin membuat sedikit pelajaran padanya. Biar dia kapok, tak mengulangi kesalahannya lagi.Kucengkeram lengannya sekuat mungkin dengan tangan

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 56

    Pov : Maya Mas Gilang masih saja mencecarku dengan berbagai pertanyaan tentang Denis dan anak itu. Tak bisa mengelak dan begitu tersudut, akhirnya kuceritakan saja semuanya. Beragam bukti dia genggam membuatku tak bisa berkelit lagi. Kini aku mulai pasrah. Mungkin memang sudah waktunya aku menyerah dan kalah. "Kenapa kamu berbuat seperti ini, May? Apa kamu kira, aku akan membuangmu begitu saja saat aku tahu anak itu bukan darah dagingku?" tanyanya dengan penuh penekanan dan ketegasan.Aku tetap menunduk. Rasanya tak mampu membalas apapun yang akan dikatakan dan dituduhkannya nanti. Sesekali menyeka kedua pipiku yang makin lama makin basah. Ibu mertua ikut mengomel tak karuan. Membuat makin banyak polusi telinga. "Aku sudah menyuruh orang untuk memata-mataimu sejak lama. Aku juga tahu, kalau selama ini kamu tak kuliah. Uang kuliah dan jatah bulananmu sengaja kamu tabung untuk membangun rumah ini, kan?" tanyanya lagi. Bukan bertanya, namun dia memang sudah mengantongi kuncinya. Membu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 55

    Pov : Maya Semua usaha dan pengorbananku selama ini tak sia-sia. Aku sudah memiliki tabungan yang cukup dan sebuah rumah lumayan megah di pinggiran kota. Uang kuliah dan sebagian jatah bulanan dari Mas Gilang memang aku gunakan untuk membeli tanah dan membangun rumah di sana. Sengaja aku pilih di daerah itu, karena aku suka dengan suasananya yang damai.Warga di sana juga sangat ramah. Beberapa kali aku datang, mereka selalu tersenyum dan mengajakku mengobrol santai. Mereka menceritakan profesi dan kehidupan sehari-hari yang mayoritas sebagai petani dan pedagang di pasar. Pantas saja, masih banyak sekali sawah terbentang luas. Bahkan, di samping dan belakang rumahku masih ada beberapa hektar sawah dengan tanaman padi yang mulai menguning. Setidaknya nanti jika memang Mas Gilang mengetahui semua kecuranganku, aku sudah bisa berlenggang dengan tenang. Dia tak bisa mendepakku begitu saja, karena rumah ini sengaja aku atas namakan ibuku agar dia tak bisa memasukkannya dalam harta gono-g

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 54

    Pov : GilangBuru-buru kuparkir mobil ke halaman. Rumah ini memang belum punya garasi atau carport. Hanya saja halamannya luas. Jadi bisa untuk parkir beberapa mobil. Rumahnya pun bukan rumah bertingkat atau rumah dengan gaya modern seperti di tengah kota. Rumah sederhana dengan gaya klasik bahkan masih banyak yang bernuansa pedesaan menggunakan lantai papan. Seperti rumah panggung. Unik. Terdengar teriakan Maya dari kamarnya. Ibu sepertinya berusaha menenangkannya. Aku segera masuk rumah bercat putih itu dengan salam lirih. Memasuki kamar Maya dengan tergesa. Dia masih saja menangis dan mengoceh nggak jelas. "May!" bentakku tiba-tiba saat dia mendorong bahu ibu. Hampir saja ibu terjungkal karenanya. "Jangan macam-macam kamu, May. Apalagi sama ibu!" Aku melotot tajam ke arahnya. "Aku bukan laki-laki yang suka ingkar janji, May. Kamu tenang saja. Nggak perlu sekhawatir itu. Nggak perlu takut aku bakal kabur," ucapku pelan. Kutekan emosiku, jangan sampai Maya semakin meronta dan t

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 53

    Pov : LINAKepala masih terasa pening sekali karena menangis semalaman. Detik ini, mungkin mataku terlihat sangat sembab. Aku tak peduli dan tak terlalu memikirkan hal itu. Rasa lelah mulai mendera. Capek. Kesal. Marah. Entah apalagi yang kini kurasakan.Setelah salat Subuh, aku kembali ke kamar untuk merebahkan badan. Pikiranku tak tenang. Berbagai pertanyaan dan kekhawatiran kembali menyelinap dalam benak. Tak tahu lagi harus bagaimana. Sampai sekarang, aku belum jua menemukan jejak Mas Gilang dan ibu, pun saat mencarinya di rumah itu. Rasanya, semua berlalu begitu cepat dan tak menyangka jika Mas Gilang sudah menghilang lima hari yang lalu. Kalau sampai hari ini tak ada kabar juga, aku benar-benar akan melaporkan kejadian ini pada polisi. Aku mulai menyerah dan tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Semua terasa buntu dan aku benar-benar membutuhkan pertolongan polisi.Kutatap langit-langit kamar. Teringat lagi kejadian kemarin saat aku dan Mas Adam datang kembali ke rumah itu.

앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status