Segera Raisa bangkit dan hendak berlari. Namun dia tertegun saat melihat ada seseorang yang sedang sholat.
Namun saat dia terus mengamati. Raisa merasakan ada yang salah. Mukena itu hanya terpakai yang bagian atas saja. Sajadah yang terbentang pun terbalik. Harusnya kalau berada di kamar hotel ini, menghadap ke arah barat.
Tapi ....
"Ke-kenapa dia menghadap utara?" bisik Raisa lirih.
Langkah kakinya seakan tertahan. Dia tak bisa bergerak sama sekali. Sosok yang memakai mukena itau tak bergerak sama sekali. Suasana kamar ini sunyi dan hening.
"Si-siapa sosok ini?"
Saat Raisa masih bergelut dengan perasaan takut. Tiba-tiba pintu kamar kembali di ketuk pelan. Tak hanya itu, bel kamar pun berbunyi.
"Pasti Mas Delon."
Saat Raisa memperhatikan kembali sosok yang berada dalam mukena hitamnya. Seketika sosok itu telah menghilang.
"Haaaahhh!"
Raisa menutup mulutnya yang terperangah.
"Di mana dia tad
Seketika itu, suara tawa dan wajah Raisa yang sedari tadi mendongak ke arah Delon menghilang. Yang ada suara -suara Raisa yang sedang membaca doa-doa sholat.Jantung yang tadi hampir berhenti berdetak. Kini berangsur kembali berdetak normal. Delon sampai mengembuskan napas panjang. Setidaknya dia terlihat lega.Namun, saat Raisa sedang bersujud. Delon kembali mendengar suara kasur yang berderit kencang. Seperti ada yang sedang melompat di atasnya.Dia memberanikan diri untuk melihat. Saat menoleh ke belakang. Mengarah pada kasurnya.Delon terperangah. "Si-siapa ... kalian ini?" Dia melihat dua orang gadis yang saling berlompatan."Bu-bukannya kalian ini gadis yang ada di foto?" bisik Delon.Selesai Delon berucap. Kedua sosok gadis itu menghentikan gerakan tubuhnya di atas kasur. Mereka berdua menoleh ke arah Delon yang masih terperanjat.Lirikan mata mereka berdua yang tajam, membuat Delon bergidik. Seketika bulu kuduknya berdiri, mer
Salah seorang keamanan langung membuka pintu kamar mandi. Mereka terperangah saat melihat Raisa yang duduk dilantai. Sudah berlumuran darah.Melihat keadaan Raisa. Delon langsung berlari menghampirinya."Apa yang terjadi? Bukan kah tadi kamu berlari ke kamarku? Dan kamu juga sholat. Iya 'kan?"Raisa hanya menggeleng. Dan terus menggeleng. Seolah apa yang baru saja dia alami diluar nalarnya. Tangannya menunjuk ke arah cermin. Spontan Delon bergerak masuk ke dalam.Dia sudah berdiri di depan cermin. Pandangan matanya tertuju pada sebuah tulisan yang terbuat dari tetesan darah segar."Pergi atau kalian akan mati!"Delon pun menoleh pada Raisa."Ka-kamu yang menulisnya?"Raisa terus menggeleng."Ta-tapi, tangan kamu berdarah. Cermin ini juga pecah. Pasti kamu kan yang menulis ini? Pesan ini sama dengan bisikan anak itu!" tegas Delon. Seolah menyalahkan Raisa."Bukan aku, Mas!" sentak Raisa ge
Sesaat Delon terdiam sejenak."Sebenarnya ini semua berhubungan dengan seorang wanita, Pak. Yang sudah meninggal. Hanya saja kematiannya sampai sekarang terus menghantui kami.""Dan penulis di cermin ini. Salah satu dari mereka?" tanya lelaki asing itu."Apa Bapak bisa melihatnya?"Lelaki itu menggeleng."Aku hanya bisa melihat tulisan diarah di cermin itu. Aku rasa ini berkaitan dengan pesugihan di gunung K ....""Bagaimana Bapak bisa tahu?"Lelaki itu tak langusng menjawab pertanyaan Delon. Pandangan matanya terus mengarah pada selurih isi kamar."Apa kalian membawa sesuatu yuang berhubungan dengan wnaita yang kata kalian sudah meninggal itu?""I-iya, Pak. Kami memang membawanya.""Hemmm, ada yang tak menyukai hal ini. Sosok makhluk hitam itu memang berasal dari gunung K ....""Apa bisa kontak dengan para makhluk itu?""Yang bisa, itu teman kamu!" Seraya menunjuk ke arah Raisa."Raisa?" ulan
Raisa terus menggeleng."Eeeeeerghhh!""Sadarlah Raisa. Sadarlah!" Delon terus mengguncang tubuh Raisa. Kepalanya terus mendongak ke atas. Dengan tubuh yang terus bergoyang maju mundur.Delon menarik lengan lelaki asing yang terus membaca sesuatu. Namun dia membalas Delon, dengan gerakan jari telunjuk yang menempel di bibir.Dia mengangguk tanda mengerti. Kemudian mengalihkan pamdangan pada Raisa, yang semakin kuat bergetar. Sesekali kedua kakinya terangkat tinggi. Lalu di hempaskan ke atas kasur. Berulang-ulang dia lakukan seperti itu.Tangan Raisa mulai bergerak menunjuk pada lelaki asing. Dia menuding berulang kali. Tak hanya itu saja. Mulut Raisa terbuka lebar, dengan mata yang terbelalak."Errrrghhh!"Hanya terdengar erangan. Seperti Raisa ingin mengucapkan sesuatu tapi tak bisa bicara. Kedua bola matanya terkadang memutih seperti mayat hidup. Terkadang terbalalk dengan manik mata tajam melihat ke arah mereka satu persatu.
Gadis itu membanting salah seorang dari mereka. Hingga tubuhnya terpelanting ke lantai."Aaaaahhhh!"Teriakan para penghuni hotel ikut mewarnai malam ini. Dua penjaga keamanan yang lain semakin kuat mencengkeram tubuh Raisa. Akan tetapi, gadis itu berkelit cepat. Dia meraih tangan salah seorang penjaga lalu menggigitnya kuat. Membuat lelaki kekar dan garang itu berteriak sekencang-kencangnya."Aaaaarghhh ... aaaarghhh!"Akhirnya Delon yang berada di dekat Raisa. Langsung menarik tubuh gadis itu. Mencekal kedua tangannya. Lelaki yang sedari tadi membacakan doa, langsung berlari mendekati Raisa.Segera lelaki itu mencengkeram tengkuk Raisa. Lalu mengurutnya perlahan, dengan membacakan doa. Perlahan akhirnya Raisa pun terkulai lemas. Wajahnya penuh darah."Angkat ke atas kasur Mas.""Baik, Pak!"Delon langsung mengambil tisu yang tak jauh berada di atas meja kecil. Segera dia membersihkan darah yang hampir menger
"Raisa ... Raisa!"Dia pun mengejar gadis itu. Yang langsung tertuju pada tas coklat milih Bu Hariyani. Lalu Raisa seperti orang yang kebingungan sedang mencari sesuatu."Kamu cari apa Raisa?""Di mana foto itu, Mas?""Fo-to yang mana? Dua gadis kembar?"Raisa tak menghiraukan pertanyaan Delon. Tangannya terus bergerak mmebongkar isi tas. Membuat Delon semakin penasaran. Apalagi dia masih sangat syok, dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Peristiwa yang membuat Raisa menjadi sosok aneh. Beringas dan jahat."Raisa! Ini kah fotonya?"Seketika dia menoleh ke arah Delon. Lalu menyambar cepat foto itu. Delon pun mendekatinya."Ada apa Raisa?""Dia, Mas! Lihat sosok hitam ini. Sosok yang selalu berada di antara keluarga Mariman ini. Dia ini seorang wanita. Dan--"Tatap matanya membulat mengarah pada Delon. Yang terus menatap Raisa dengan keheranan."Dan, apa?""Sosok ini telah melakukan perkawinan
Tiba-tiba, Delon merasa ada yang aneh di dalam saku kemejanya. Sesuatu terasa sangat panas. Segera dia merogoh sakunya. Terkejut bukan main. Karena tiba-tiba ponsel itu berasap. Spontan Delon melempar ke lantai Dan .... Bluuup! Tercium aroma hangus dan sesuatu yang terbakar. Ponsel Delon tiba-tiba saja mengeluarkan percikan api. Hanya dalam sekejap, ponsel itu terbakar. "Mas Delon, lihat HP kamu itu!" teriak Raisa panik. Api menyambar ponsel miliknya. Bergegas Delon mengambil air mineral dan mengguyurnya. Wussssh! Seketika api padam. Hanya saja dia tak bisa lagi menghubungi Hamaz. Dalam pikiran Delon pastilah ini perbuatan makhluk itu. Sepintas dia melihat Raisa menyeringai tipis. Akan tetapi itu bukanlah Raisa. Delon berusaha menarik napas dalam-dalam. Mencoba untuk bersikap tenang. "Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu, Sa?" tanya Delon penuh curiga. Karena sulit baginya tahu mana Raisa, mana makhluk yang menjel
Raisa mulai menggerakkan kedua tangan, yang mengarah pada leher Delon. Lelaki tampan berwajah oriental itu, mulai merasakan panas yang mengeliling lehernya. Tiba-tiba, dia merasa tercekik. Tak bisa bernapas sama sekali."Aaaarghhh!"Delon berusaha untuk melepaskan sesuatu yang kian mencekik dirinya. Namun tenaga yang dia miliki tak kuasa. Yang ada Delon semakin jatuh tersungkur dengan kedua tangan memegang leher.Tak jauh dari tempat Delon. Sosok Raisa dengan kedua kaki yang masih terangkat. Terus menggerakkan kedua tangannya. Terkadang seperti menekan atau memelintir sesuatu secara perlahan. Yang membuat Delon berteriak kesakitan.Tampak Wajah Delon merah kebirauan. Dia kali ini benar-benar kehabisan oksigen. Tenggorokannya seperti di tekan oleh sesuatu yang tajam. Hingga bunyi bel terdengar. Membuat manik mata Delon bersinar, seolah ada harapan hidup baginya.Namun dia tak bisa berbuat banyak. Bahkan saat ingin menggapai pintu kamar, tenaga