Home / Thriller / KUKU BU SAPTO / BU HARIYANI MEMBUAT TAKUT

Share

BU HARIYANI MEMBUAT TAKUT

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-04-23 00:43:48

Tangannya mengusap-usap kedua telinga. Berharap suara-suara itu tak dia dengar lagi.

"Percuma!"

Suara tegas dan lantang Bu Hariyani, membuat Raisa terhenyak.

"A-apa yang percuma, Bu?"

Namun wanita itu terdiam tanpa mengindahkan pertanyaan Raisa.

"Kau pasti akan selalu mendengar suara-suara itu!" tegas Bu Hariyani.

"Kenapa Ibu kok bisa tahu?"

"Karena aku juga mendengarnya!"

Raisa pun terhenyak. Dia menoleh pada Delon yang juga tengah memerhatikan dirinya. Bagi mereka berdua sikap Bu Hariyani ini mulai terlihat aneh.

Kini wanita paruh baya itu, mulai menghentak-hentakkan kedua kakinya bergnatian ke lantai. Raisa yang melihat pun keheranan. Dalam pikirannya saat ini, pastilah Bu Hariyani sedang kesemutan.

Tiba-tiba, tanpa mereka sangka. Gerkan kaki itu bertambah cepat. Diikuti kedua tangannya, yang mengibas did epan wajahnya Bu Hariyani sendiri.

"I-ibu, ini kenapa?" Raisa memberanikan diri untuk bertanya.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUKU BU SAPTO   KESAKSIAN

    Karena ketakutan, membuat mereka tak melihat kehadiran seseorang. Sampai akhirnya Delon dan Raisa menabrak ....Bruuukkkk!"Aaaahhhh!" Raisa menjerit.Raisa dan Delon baru menyadari telah menabrak seseorang. Saat mendengar suara yang kesakitan. Mereka bertiga sudah bergulingan di lantai.Terdengar erangan yang lirih. Membuat Delon dan Raisa menyadari. Kalau telah menabrak lelaki paruh baya yang tengah duduk di lantai di hadapan mereka."Ba-bapak enggak apa-apa?" tanya Raisa masih terperanjat.Lelaki itu mendongak dan mengamati mereka dengan mata yang membulat lebar."Si-siapa kalian? Kok bisa masuk rumah orang tanpa permisi.""Maaf dulu, Pak. Tadi kami diterima sama Ibu Hariyani," sahut Delon, mencoba menenangkan lelaki itu."Kalian jangan kurang ajar! Istri-ku itu enggak bisa jalan sendiri. Dia itu cuman bisa berbaring di atas kasur," sentak lelaki itu.Sontak kalimat itu membuat mereka berdua terperanjat.

    Last Updated : 2021-04-23
  • KUKU BU SAPTO   EMPAT PULUH TAHUN SILAM

    Raisa dan Delon langsung mengangguk."Beserta tumbal yang diminta?""Iya, Pak. Kita berdua tahu walau tak seluruhnya.""Lantas sekarang apa yang kalian ingin tahu dari istriku?""Apa istri Bapak tahu mengenai di mana Bu Sapto dulu mendapatkan perjanjian pesugihan itu?"Lelaki itu tercenung cukup lama. Seperti banyak kenangan dalam dirinya. Yang tersimpan dalam setiap ingatan.Dari manik mata yang bergerak-gerak. Raisa bisa membaca keresahan hati lelaki ini. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang."Apa kalian ingin mendengar ceritanya?""Kami akan mendengarkannya, Pak."Terdengar napas yang keras berhembus. Sepertinya dia bingung harus mulai dari mana kisah ini. Sejenak lelaki itu memejamkan mata, dengan punggung bersandar di kursi."Sebenarnya cerita ini sudah ada sebelum aku masuk dalam keluarga besar istriku. Tapi aku tak pernah percaya hal klenik seperti ini. Dan perlu kalian tahu, istri aku ini bukanlah a

    Last Updated : 2021-04-24
  • KUKU BU SAPTO   SOSOK BAYANGAN WANITA

    Wanita asing itu tak menjawab. Dia malah beringsut mundur dan pergi meninggalkan rumah Mariman."Loh, Mas. Kok malah pergi?"ujar Marsinah terbelalak. Begitu juga Mariman. Mereka tercengang tanpa bisa berkata-kata lagi."Si-siapa wanita itu, Mas?""Aku juga enggak tahu, Mar.""Ta-tapi yang dia berikan ini apa?"Saat mereka berdua melihat apa yang berada dalam keranjang. Sungguh sangat terkejut. Mereka melihat dua batang emas murni dalam keranjang itu."Ini maksudnya apa, Pak?"Seketika Mariman terbelalak."Akhirnya permintaan aku dikabulkan, Bu.""Permintaan apa?" Marsinah menatap sang suami dengan keheranan."Wes kamu jangan banyak tanya. Besok pagi aku akan ke toko emas. Sekarang anak-anak di bawa ke rumah sakit dulu!""Bapak yakin?""Sangat yakin, Bu!"Sejak kejadian malam itu. Terjadi perubahan yang sangat mencolok dalam kehidupan Mariman dan Marsinah. Perekonomian mereka berubah dras

    Last Updated : 2021-04-26
  • KUKU BU SAPTO   PERJANJIAN BERDARAH

    Spontan Mariman beranjak dari ranjang. Dia berdiri tegap mengarahkan pandangan pada kedua anaknya."Kalian jangan suka berbohong seperti ini. Bapak paling enggak suka!""Ini, enggak bohong Pak!" sentak Mariyati."Iya, Pak. Mariana juga pernah lihat sosok bayangan wanita itu!" tegas Marian dengan suara yang lebih lembut."Haaaahhh! Diam kalian semuanya!" teriak Mariman berang.Dia menuding satu persatu anak dan istrinya. Raut wajah Mariman terlihat memerah dan murka. Tampak dagunya sampai bergetar. Hingga suara dia pun ikut bergetar."Ka-lian bertiga apa ingin kembali hidup dalam kesengsaraan? Hidup penuh penderitaan? Mengemis dan selalu dihina setiap orang. Kita seperti sampah yang tak pernah dilirik sama sekali. Apa kalian ingin mengulang masa-masa itu?" Suara Mariman penuh penekanan.Mereka bertiga terdiam. Tak ada yang berani mengangkat kepala. Semuanya menunduk dengan pikiran yang kosong. Tak bisa berkata-kata."Kenapa seka

    Last Updated : 2021-04-27
  • KUKU BU SAPTO   PENAMPAKAN YANG SEMAKIN ANEH

    Saat bersamaan dengan teriakan itu. Marsinah seperti mendengar sebuah bisikan. Yang terdengar jelas di telinga."Ini semua perjanjian berdarah antara suami kamu dan aku. Jangan sekali-kali kau coba untuk merusaknya.""Aaaaaahhhh!" Sontak bisikan itu membuat Marsinah terhenyak.Detak jantungnya seakan berhenti. Bisikan itu membuat dirinya benar-benar ketakutan. Saat Marsinah berusaha menghindari sosok wanita dan anak-anaknya. Terlihat bayangan yang melintas."Mas Mariman?"Tapi, Marsinah mengurungkan niatnya untuk mengejar. Saat melihat di punggung sang suami, kedua anaknya saat masih kecil sedang bergelayut."Ke mana dia akan membawa anak-anak?"Saat kaki Marsinah hendak melangkah. Sebuah panggilan yang cukup nyaring terdengar. Dia menoleh. Kedua anak gadisnya, berlumuran darah dengan mata yang melotot ke arah Marsinah."Pergi kalian! Kau bukan Mariyati! Kamu juga bukan Mariana!"Di tengah kepanikan Marsinah. Dia merasak

    Last Updated : 2021-04-28
  • KUKU BU SAPTO   SIAPA SOSOK WANITA ITU(?)

    Tubuhnya berusaha beringsut mundur. Menjauh dari sosok sang anak. Yang terbaring di lantai. Marsinah berusaha merangkak. Walau hanya dengan menggeser bokongnya.Sampai tubuh Marsinah membentur sesuatu. Saat dia berbalik,"Mariana?"Anak gadisnya sudah duduk dengan menjawab penuh anggukan. Lalu Mariana mencekik lehernya sendiri. Membuat Marsinah tercengang."Jangan ... jangan!" Marsinah terus berteriak histeris.Terdengar derap langkah yang mendekati tubuh Marsinah."Bu! Ibu, kenapa?"Marsinah terbelalak saat melihat kedua putrinya sudah berjongkok di sebelahnya."Kalian, enggak apa-apa?"Mariyati menoleh pada Mariana. Lalu keduanya menggeleng."Memangnya ada apa, Bu?""Entah, Ibu seperti bermimpi. Ibu melihat kalian sewaktu masih kecil. Penuh darah di wajah kalian. Dan, Ibu juga melihat kalian di gendong Bapak.""Sepertinya Ibu mimpi. Ayo, Ibu bangun. Nanti masuk angin kalau tidur di sini," bisik maria

    Last Updated : 2021-04-28
  • KUKU BU SAPTO   RAHASIA SEBUAH KOPER

    Hatinya tengah bergelut. Dengan apa yang baru saja dia lihat. Dari kedua sudut mata, menetes air yang terus membasahi wajah. Segera Marsinah mengusap kasar."Bapak kalian ... bapak kalian telah salah jalan!""Maksud Ibu apa?""Bapak kalian telah keblinger.""Keblinger yang bagaimana, Bu?"Marsinah tak sanggup untuk menjelaskan pada dua anaknya."Belum saatnya kalian tahu hal ini."Mariyati dan Mariana terpaku melihat sang ibu yang terlihat kebingungan. Seperti seseorang yang sedang dalam kondisi tertekan. Raut wajah Marsinah pun terlihat sangat tegang."Sampai kapan, Bu? Kita berdua juga ingin tahu. Ada apa sebenarnya""Jika waktunya tiba. Ibu akan ceritakan semua. Tapi bukan sekarang."Mariyati dan Mariana hanya bisa pasrah saat sang Ibu berkata demikian. Mereka ingin mendesaknya tapi percuma. Sang ibu tetap bungkam.Terdengar suara ayam yang berkokok di siang hari. Tak seperti biasanya. Membuat Rais

    Last Updated : 2021-04-29
  • KUKU BU SAPTO   MISTERI KAMAR BELAKANG

    Tangan Hariyani terangkat perlahan. Sembari menunjuk ke arah atas lemari. Pandangan mereka bertiga tertuju pada sebuah koper tua."Koper ...?" ujar Raisa."Itu dulu peninggalan dari rumah tua."Delon dan Raisa mengalihkan pandangan pada Karyono."Rumah tua itu, maksudnya rumah Bu Sapto.""Ohhh ....""Sebaiknya kita ambil saja koper itu. Walau pun itu milik istriku. Aku tak pernah berani membukanya. Kalau dia tak suruh.""Biar saya saja yang ambil, Pak."Raisa langsung menarik kursi. Untuk Delon memanjat dan mudah mengambil koper tua itu.Saat tangan Delon meraih. Debu bertebaran. Membuat Raisa menutup hidungnya. Begitu juga Delon.Tangannya pun menggapai handle koper. Lalu menarik perlahan. Tiba-tiba Delon menghentikan gerakan tangannya. Lalu menoleh pada Raisa."Ada apa, Mas?"Delon menggeleng. Kembali dia menarik koper itu.Cessss!Seperti ada telapak tangan yang sangat dingin menyentuh

    Last Updated : 2021-04-29

Latest chapter

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status