KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 24PoV Author."Saya mohon, jangan pecat saya, Bu, Pak. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya, saya janji, Pak." ucap Suna sambil berlutut dan menyatukan kedua telapak tangannya ke arah Jelita dan Ridwan.Ridwan yang sudah terlanjur geram dengan sikap Suna, hanya membiarkannya dan langsung menarik lengan Jelita untuk masuk ke dalam restoran dan meninggalkan Suna. Suna tampak menangis sambil memohon pada Tika agar Ridwan tidak memecatnya."Kasihan juga melihatnya, Mas. Katanya kan dia punya anak-anak, artinya dia punya banyak anak, Mas." ucap Jelita.Ridwan tampak berpikir sejenak lalu mengusap punggung tangan Jelita. Bila menyangkut persoalan anak-anak Ridwan juga turut merasakan kasihan pada yang namanya anak-anak."Kamu ini, semenjak hamil jadi gampang sedih, jangan sedih ya. Nanti kita akan cari tahu, apa benar Suna itu mempunyai anak, bisa jadi kan kalau Suna itu hanya berbohong untuk tetap bekerja di sini." ujar Ridwan sam
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 25"Besok kita sudah bisa pindah, sepulangnya Mas dari restoran, kita akan berkemas," ucap Mas Ridwan, seraya mengangkat gelas berisi teh dan meminumnya sampai habis.Kalau soal minum teh, dia lebih suka langsung menghabiskannya dari pada meminumnya sedikit demi sedikit."Alhamdulillah, cctv-nya sudah kamu pasang 'kan, Mas?""Sudah beres, di seluruh bagian luar rumah, luar pagar dan di dalam rumah, Mas pasang cctv-nya. Hanya di kamar-kamar saja yang tidak dipasang cctv. Lagian, siapa yang mau masuk ke kamar selain kita, ya, 'kan?" Aku mengangguk menanggapi penjelasan Mas Ridwan."Apa Tante Dira melihat saat kamu memasang cctv?" "Iya,""Syukurlah, dengan begitu Tante Dira akan berpikir untuk berbuat yang tidak-tidak lagi." ucapku.Setelah sekian purnama, akhirnya kami sudah bisa kembali lagi ke rumah Ibu setelah tembok pembatas yang menjulang tinggi itu sudah siap dikerjakan._____"Kasurnya belakangan aja, Rin. Naiki dulu kardus-k
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 26PoV Author."Pasti Mbak Jeni tidak jadi jualan hari ini, biar tahu rasa, punya rezeki banyak kok pelit!" ucap Bu Nur yang tampak senang sambil mengaduk nasi goreng di dalam wajan.Bu Nur merasa sakit hati melihat kakaknya yang bisa membangun rumah lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan dia masih menghuni rumah berdindingkan papan dan beratap daun yang sering bocor ketika hujan."Besok tampung lebih banyak lagi, siram di depan pagar mereka. Biar Jelita ikut serta membersihkan kotoran kita semua, ha-ha-ha!" Sinta menimpali sambil mencelupkan popok bekas anaknya yang sudah terkena kotoran ke dalam ember berisi air.Walau merasa ji jik, Sinta tetap memisahkan kotoran anaknya yang tetap menempel pada popok, selanjutnya air itu yang akan menyiram rumah Bu Jeni."Besok giliran kamu, pastikan setelah tidak ada orang yang lewat." ucap Bu Nur."Aman itu, habis ini, Ibu pergi ke sana, Sinta yakin sekali, kalau Jelita dan ibunya lagi bagi-b
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 27PoV Author.Di dalam kamar, Zahra terus mencari-cari nama Ridwan di sosial media. Sikap Ridwan yang mengacuhkannya, tidak membuatnya berputus asa untuk mendapatkan keinginannya. Zahra selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan Ridwan, dan bisa kembali hidup enak dengan banyaknya uang seperti saat Jhoni belum ketahuan."Aduh, sudah berapa jam waktuku habis untuk mencarinya, Jelita juga memblokirku di semua sosial media, kalau gini, gimana aku mau menghubungi Ridwan?" omel Zahra sambil duduk dibibir ranjang."Aku tahu!" seru Zahra dan bangkit dari duduknya.Zahra merapikan rambutnya sambil berlari kecil ke luar kamar.Zahra mengendap-endap agar Bu Jeni tidak melihatnya masuk melewati pagar. Pintu pagar yang terbuka lebar membuatnya mudah untuk menyelinap masuk, karena Bu Jeni sedang berjualan kue di depan.Karena rumah Bu Jeni terkunci dari dalam. Zahra memilih menunggu di luar sampai Jelita keluar dari rumah."Enak bange
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 28PoV Zahra."Zahra, bangun, ini sudah pagi, cepat bangun dan pergi ke rumah Jelita." Ibu menepuk-nepuk pipiku cukup kasar, membuat mataku spontan terbuka.Aku melihat jam dinding yang belum menunjukkan jam enam pagi."Subuh ini, Bu. Aku masih ngantuk dan ngantuk, hoooaaahhh." Aku menguap sembari berbaring dan menarik selimut."Kalau begitu, balikin lagi uang Ibu! Baru kamu lanjut tidur, mau sampai satu bulan pun kamu tidur Ibu tidak akan membangunkanmu!" omel Ibu."Ini aku bangun! Ibu bawel banget sih jadi orang!" Sumpah demi apa? Aku kesal sekali melihat Ibu yang membangunkanku subuh-subuh begini.Terpaksa aku bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.Lagian kenapa juga harus jadi pembantu gratisan untuk mendapatkan dukungan dari mereka. Aneh-aneh saja Ibu.Setelah menyikat gigi dan mencuci muka, aku keluar kamar mandi dengan rasa malas. Mata masih begitu ngantuk, selimut dan tempat tidur terlihat melambai-lambai, mengajakku
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 29PoV Author."Jelita." Jelita menoleh saat mendengar suara Ridwan memanggilnya.Jelita yang sedang duduk di teras rumah Bu Dira, beranjak setelah pamit kepada para tetangganya yang belum pulang setelah pemakaman ayahnya Zahra selesai."Sudah dimakamkan, ya?" tanya Ridwan. Saat Jelita sudah didekatnya."Sudah, Mas. Tadi pagi jam tujuh." jawab Jelita sembari meraih tangan Ridwan dan mencium punggung tangannya."Sebenarnya, Paman meninggal karena kecelakaan apa?" tanya Ridwan."Kecelakaan tunggal, Mas. Motornya melaju dan menabrak tiang listrik," jawab Jelita.Jelita membawa Ridwan masuk ke dalam rumah Bu Dira."Sudah sampai, Nak? Apa keluargamu jadi datang?" tanya Bu Jeni, Ridwan meraih tangan mertuanya dan menciumnya takzim."Iya, Bu. Jalanan macet, jadi Ridwan sampainya siang. Keluarga Ridwan akan datang bulan depan, soalnya tidak enak kalau kita tetap melakukan acara lamaran sekarang, sedangkan ada keluarga kita yang lagi berdu
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 30"Ibu, jangan ngomong begitu." Zahra mendekati Tante Dira. "Ayo, kita pulang, maaf semuanya," ucap Zahra sambil menunduk sopan.Tangannya menarik lengan Tante Dira, Zahra tampak berbisik agar Tante Dira menurut dan mengikuti langkahnya. Entah apa yang dibisikkan Zahra, sehingga ibunya itu menurut."Tidak usah dipikirkan, adik saya yang itu memang kadang-kadang agak lain, maklum," kata Ibu yang tidak enak hati pada mertuaku karena ulah Tante Dira."Tidak apa-apa, santai saja besan, kami memakluminya kok." Ibu mertua berujar sambil menepuk-nepuk punggung tangan ibuku.___"Kenapa rumah Tante Dira ada polisi?" ucap Mas Ridwan.Aku melihat ke arah rumah Tante Dira. Dua orang berseragam coklat sedang menunggu di depan pintu. Entah apa yang terjadi?"Langsung pulang saja, Mas. Mau apa pun yang terjadi dengan mereka, kita biarkan saja." kataku yang malas untuk ikut campur dalam masalah yang dihadapi Tante Dira saat ini.Mobil lanjut jal
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 31PoV Author."Ada masalah apa kamu? Pulang-pulang cemberut!" ucap Bu Dira, ketika melihat Zahra baru pulang dari rumah Bu Jeni."Ibu bisa tidak sih, jangan ikut-ikutan kayak Tante! Aku malu, Bu! Malu!" Zahra menjawab ucapannya dengan berteriak.Zahra merasa sangat malu saat ibu dan adiknya ikut-ikutan memasukan makanan ke dalam kantong plastik dan rantang."Mau jadi anak durhaka kamu! Bicara sama orang tua pake teriak-teriak, kamu pikir Ibu tuli!?" Bu Dira yang gampang tersulut emosi langsung melemparnya dengan tutup rantang yang sedang dipegangnya."Orang-orang di sana pada ngomongin Ibu tadi, aku sampai tidak bisa mengangkat wajah karena malu. Lain kali Ibu jangan seperti ini, Zahra tidak akan berpikir dua kali untuk pergi meninggalkan Ibu sendirian di rumah ini!" ucap Zahra sambil berjalan menuju ke kamarnya."Anak itu, mulai stress karena tidak jadi kawin sama Riswan! Seharusnya, dia harus bisa berusaha mendapatkan orang kaya
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 24PoV Suci.Hari ini, setelah berziarah ke makam Ibu mertua, aku dan Mas Azka menuju ke perumahan yang sudah kami beli untuk tempat tinggal kami nanti.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Akhirnya, kami tiba di kawasan perumahan elit di Jakarta. Awalnya aku sempat protes. Sebab, tempatnya terlalu jauh kalau ingin pergi ke rumah Eyang. Ya, tempat berlabuh kami sekarang adalah ke rumah Eyang. Setelah kami keluar dari rumah Ibu, mungkin akan jarang kami berkunjung ke sana, bisa jadi tidak akan pernah berkunjung karena Ibu tidak ada lagi di sana.Karena keinginan Mas Azka yang sudah memimpikan ingin memiliki rumah mewah hasil dari keringatnya sendiri, membuatku menyetujui untuk membelinya."Bagus kan?" tanya Mas Azka, yang kini lekat memandangku."Bagus, tapi, jauh juga ya, kalau harus bolak balik pergi ke pabrik," jawabku, dan kembali mengucapkan kata jauh."Tidak masalah, yang penting kamu suka, kamu suka, 'kan?""Iya, aku suka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 23PoV Author."Suci 'kan sangat dekat sekali dengan Bu Sukma. Makanya, Suci sangat terpukul dengan meninggalnya Bu Sukma, bisa dikatakan meninggalnya mendadak begini, saya juga kaget pas Pak Tejo memberitahu tentang meninggalnya Bu Sukma," ucap seorang tetangga pada Eyang dan beberapa tetangga yang lainnya.Para tetangga berdatangan ke rumah Bu Sukma untuk mendoakan almarhumah Bu Sukma."Iya, saya juga kaget kok. Bu Sukma itu terkenal baiknya sama menantu, beliau juga sering bilang kalau sudah menganggap Suci sebagai anak bukannya menantu, Suci juga sangat dekat dengan Bu Sukma, sudah seperti Ibu dan anak, pokoknya klop banget kalau melihat mereka berdua. Jaman sekarang sangat susah untuk melihat mertua dan menantu akur seperti almarhumah dan Suci.""Mertua seperti Bu Sukma itu langka. Benar kata Pak ustadz, yang baik pasti akan pergi lebih dulu. Ibaratnya bunga, mana yang cantik pasti itu yang akan dipetik dulu.""Mau bagaimana
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 22"Masak apa Suci? Baunya enak sekali, bikin Tante lapar mencium baunya.""Masak cumi asam manis Tante, Ibu minta dibuatin, kepengen katanya.""Baguslah, Tante senang mendengarnya, Tante minta dikit ya cuminya." Tante Erni menyendok nasi dan mengambil lauk yang masih berada di dalam wajan."Banyak itu Tante, ambil aja lagi, sengaja masak lebih biar semua bisa makan siang sekalian," kataku."Ambilkan Ibu makan juga Er, ngiler liat cuminya." Aku mengambil piring untuk Ibu makan dan Eyang. Aku bersyukur sebab Ibu sudah mau meminta makan, itu artinya Ibu sudah mulai sembuh."Apa itu, Sari?" tanyaku, saat melihat Sari memasukkan sesuatu ke dalam plastik hitam yang dibawanya dari dalam kamar Ibu mertua."Itu ... Tadi Nyonya muntah lagi.""Muntah lagi?" "Iya, dan Nyonya bilang tidak mau makan karena selera untuk makannya jadi hilang," jelas Sari, aku langsung berlari menuju kamar Ibu mertua.Ibu mertua tampak lesu, terbaring lemas sambi