KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 19PoV Author."Aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan, kamu duluan pergi, nanti aku akan menyusul," ucap Jhoni sambil membopong tubuh Bu Dira dan memasukkannya ke dalam taksi."Langsung ke rumah sakit, Pak," titah Zahra sambil memangku kepala ibunya. Ucapan Jhoni tidak lagi dihiraukannya.Jhoni masuk kembali ke dalam restoran untuk meminta kepastian dari Ridwan. Jhoni ingin kembali bekerja dan mendapatkan kepercayaan dari Ridwan lagi."Ngapain lagi kamu ke sini? Kenapa tidak ikut untuk membawa mertuamu ke rumah sakit?" Ridwan bertanya saat melihat Jhoni langsung duduk di sampingnya."Beri saya kepastian, Pak. Saya tidak jadi dipecat kan, Pak? Saya masih diberi kepercayaan 'kan, Pak?" tanya Jhoni dengan tatapan mata penuh harap."Maaf, saya tidak bisa menerimamu untuk bekerja dengan saya lagi, silakan mencari pekerjaan yang lain, jika tidak punya kepentingan lagi, silakan pergi dan susul Ibu mertuamu yang akan pergi ke ruma
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 20"Sayang, kamu kok belum bangun? Kamu kenapa?" tanya Mas Ridwan saat melihatku masih berada dibawah selimut."Nggak tahu, nih, badanku lemes tidak bertenaga," jawabku dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.Entah kenapa, akhir-akhir ini badanku terasa remuk semua. Aku sulit bangun pagi, biasanya aku tidak akan tidur lagi setelah mengerjakan sholat subuh.Mas Ridwan mendekatiku sambil meletakkan punggung tangannya ke keningku."Tidak panas, hmm ... kita ke dokter, ya?" ucapnya sambil mengusap pipiku."Aku istirahat saja, Mas. Mungkin, aku hanya kurang istirahat, tadi malam kan kita ..." Aku menjeda ucapanku sambil tersenyum menggodanya."Kamu ini, ya sudah kalau gitu, kamu istirahat biar Mas yang membantu ibu dan adik-adik berkemas, kamu lanjut saja tidurnya." ucapnya sambil menjawil hidungku dan mendaratkan kecupan di keningku.Aku tersenyum sambil memejamkan mataku. Rasanya bahagia sekali dimanjain sama suami. "Barang-
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 21"Zahra sudah pulang dari rumah sakit, apa kamu tidak mau menjenguknya?" ucap Tante Dira padaku.Suaranya terdengar lembut dan tidak ketus seperti biasanya. Ada apa gerangan? Kenapa Tante Dira begitu lembut sekarang, apa ada sesuatu yang direncanakan dibalik sikap lembutnya ini?"Nanti kami akan menjenguknya, biarkan Zahra beristirahat dulu, dia pasti lelah," kataku."Oh, baik lah," sahut Tante Dira sambil melihat-lihat ke seluruh ruangan yang sudah kosong dengan barang-barang rumah."Ada keperluan apa, Tante?" tanyaku yang melihatnya hanya celingukan melihat ke sana kemari tanpa bersuara."Mmm ... ngomong-ngomong, kalian mau menyewa rumah yang di mana?" tanya Tante Dira. Mungkin, Tante Dira ingin berbasa-basi terlebih dahulu sebelum mengatakan apa niatnya datang ke sini."Rumah yang ada di sebelah masjid sana," jawabku.Tante Dira terlihat gelisah, tangannya tidak berhenti bergerak seperti orang yang sedang cemas."Langsung aja,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 22PoV Author."Assalamualaikum," ucap Ridwan kepada anak yatim-piatu dan warga yang ikut hadir di acara syukuran pembukaan restoran barunya."Wa'alaikumsallam!" sahut mereka semua serempak."Perkenalkan nama saya Ridwan dan ini istri saya Jelita, kami adalah pemilik restoran ini. Saya minta doanya kepada semua orang yang hadir, agar ikut mendoakan supaya usaha saya berjalan dengan baik dan lancar, berkah dunia dan akhirat.""Aamiin!""Baik lah, silakan Pak." Ridwan menyerahkan mikrofon kepada Pak ustadz dan mempersilakan Pak ustadznya untuk membaca doanya.Di luar restoran, Bu Dira, Zita, Aldi dan Zahra merasa kesal karena tidak bisa masuk sebab banyaknya warga yang berdiri untuk bersiap-siap mengambil makanan yang sudah dibungkus.Beberapa saat kemudian, doa syukuran sudah selesai. Ridwan kembali meraih mikrofonnya."Hari ini, saya menggratiskan semua makanannya, jadi silakan nikmati makanan sepuasnya, setelah makan bisa juga mem
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 23"Astagfirullah, ya Allah, Sayang, ada apa? Kenapa kamu berteriak?" ucap Mas Ridwan. Dia terkejut dan membuat mangkok kaca berisi adonan tepung untuk menggoreng pisang terlepas dari tangannya dan pecah menghantam lantai."Keluar kamu!" sergahku pada Zahra yang sedang berdiri di depan kulkas, tepat di belakang suamiku."Kamu! Kenapa bisa ada di dapur?" Mas Ridwan kebingungan karena dia tidak melihat Zahra yang sudah masuk ke dapur.Aku melihat Zahra membuka kancing bajunya dan memperlihatkan belahan daging yang seharusnya ditutupnya rapat.Kalau aku tidak cepat datang ke dapur, Zahra pasti sudah melancarkan aksinya untuk menggoda suamiku."Ck! Apa-apaan sih? Berisik banget, santai aja kali!" ucapnya seraya tersenyum sinis.Emosiku benar-benar naik mendengar ucapannya. Santai katanya? Enak sekali dia berkata santai.Secepat kilat aku mendekati Zahra. Dan langsung mengangkat tanganku.Plak!Plak!"Niatmu busuk, Zahra! Kamu ingin me
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 24PoV Author."Saya mohon, jangan pecat saya, Bu, Pak. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya, saya janji, Pak." ucap Suna sambil berlutut dan menyatukan kedua telapak tangannya ke arah Jelita dan Ridwan.Ridwan yang sudah terlanjur geram dengan sikap Suna, hanya membiarkannya dan langsung menarik lengan Jelita untuk masuk ke dalam restoran dan meninggalkan Suna. Suna tampak menangis sambil memohon pada Tika agar Ridwan tidak memecatnya."Kasihan juga melihatnya, Mas. Katanya kan dia punya anak-anak, artinya dia punya banyak anak, Mas." ucap Jelita.Ridwan tampak berpikir sejenak lalu mengusap punggung tangan Jelita. Bila menyangkut persoalan anak-anak Ridwan juga turut merasakan kasihan pada yang namanya anak-anak."Kamu ini, semenjak hamil jadi gampang sedih, jangan sedih ya. Nanti kita akan cari tahu, apa benar Suna itu mempunyai anak, bisa jadi kan kalau Suna itu hanya berbohong untuk tetap bekerja di sini." ujar Ridwan sam
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 25"Besok kita sudah bisa pindah, sepulangnya Mas dari restoran, kita akan berkemas," ucap Mas Ridwan, seraya mengangkat gelas berisi teh dan meminumnya sampai habis.Kalau soal minum teh, dia lebih suka langsung menghabiskannya dari pada meminumnya sedikit demi sedikit."Alhamdulillah, cctv-nya sudah kamu pasang 'kan, Mas?""Sudah beres, di seluruh bagian luar rumah, luar pagar dan di dalam rumah, Mas pasang cctv-nya. Hanya di kamar-kamar saja yang tidak dipasang cctv. Lagian, siapa yang mau masuk ke kamar selain kita, ya, 'kan?" Aku mengangguk menanggapi penjelasan Mas Ridwan."Apa Tante Dira melihat saat kamu memasang cctv?" "Iya,""Syukurlah, dengan begitu Tante Dira akan berpikir untuk berbuat yang tidak-tidak lagi." ucapku.Setelah sekian purnama, akhirnya kami sudah bisa kembali lagi ke rumah Ibu setelah tembok pembatas yang menjulang tinggi itu sudah siap dikerjakan._____"Kasurnya belakangan aja, Rin. Naiki dulu kardus-k
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 26PoV Author."Pasti Mbak Jeni tidak jadi jualan hari ini, biar tahu rasa, punya rezeki banyak kok pelit!" ucap Bu Nur yang tampak senang sambil mengaduk nasi goreng di dalam wajan.Bu Nur merasa sakit hati melihat kakaknya yang bisa membangun rumah lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan dia masih menghuni rumah berdindingkan papan dan beratap daun yang sering bocor ketika hujan."Besok tampung lebih banyak lagi, siram di depan pagar mereka. Biar Jelita ikut serta membersihkan kotoran kita semua, ha-ha-ha!" Sinta menimpali sambil mencelupkan popok bekas anaknya yang sudah terkena kotoran ke dalam ember berisi air.Walau merasa ji jik, Sinta tetap memisahkan kotoran anaknya yang tetap menempel pada popok, selanjutnya air itu yang akan menyiram rumah Bu Jeni."Besok giliran kamu, pastikan setelah tidak ada orang yang lewat." ucap Bu Nur."Aman itu, habis ini, Ibu pergi ke sana, Sinta yakin sekali, kalau Jelita dan ibunya lagi bagi-b
"Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem
37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me
BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju