KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 30.**PoV Sandrina Aku menghela napas sambil menyeruput kopi di kafetaria yang tak jauh dari kantorku. Ku ambil gawaiku lalu ku kirim pesan ke Damar melalui aplikasi hijau. [Kamu bisa datang ke sini?] [Kemana, Bu?] Dia menjawab pesan itu dengan sangat cepat. Aku menepuk kepalaku teringat kebodohan tadi di kantor saat Mas Alif datang. Mas Alif sengaja melakukan itu sehingga aku menjadi asal bicara saja. Kali ini akan aku jelaskan pada Damar, apa yang sesungguhnya terjadi. [Datang ke Kafetaria yang tak jauh dari kantor. Aku share alamat sama kamu] [Baik, Bu] Aku mengelap kasar wajahku teringat kejadian tadi. Kejadian saat Mas Alif yang memang berstatus sebagai suamiku datang ke kantor. Aku sudah mendaftarkan perceraian kami ke Pengadilan agama. Sebentar lagi kami akan berpisah. Aku sudah mempersiapkan diriku sedemikian baik. Walaupun kata orang menjadi janda sulit, tetapi untuk bertahan dalam lingkungan toxic sungguh aku tak mau. Teringat lagi pesan Da
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 31.**PoV Sandrina. "Sandrina!" Suara itu membuat senyumku sirna. Sosok Ibu dan Miranti ada di sana. Mereka sepertinya sedang berbelanja di tempat ini. Terlihat akur, aku teringat masa lalu saat berbelanja dengan Ibu mertua yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertua. Dia akan mengambil apa saja yang dia mau. Semua diambil sebagai sebuah kesempatan. "Ibu," gumam ku dengan sangat pelan. Netra Ibu melihatku tajam. Dia juga mengalihkannya ke Damar. Rasa tak sukanya langsung menguar begitu saja. "Ngapain kamu di sini, Sand? Kamu menyelingkuhi anakku. Kamu menuduh Alif menyeleweng sementara kamu sama saja!" Ibu berkata kasar padaku walau suaranya tak terlalu kuat, mungkin dia malu dengan orang banyak yang berlalu lalang di pusat perbelanjaan ini. Aku hanya mencibir seluruh perkataannya sebagai sebuah tuduhan. Wajar dia menuduhku karena Mas Alif pasti mengadu pada Ibunya ini. "Yang nyata berselingkuh adalah Mas Alif dengan Miranti. Tujuan Miranti suda
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 32. **POV AUTHOR."Damar saya mau bertanya sama kamu. Apa hubungan kamu dengan Tissa?" tanya Sandrina ke Damar. Lelaki itu melirik Sandrina lalu mengernyitkan dahinya. "Hubungan maksudnya bagaimana, Bu?" tanya Damar bodoh. "Yah, hubungan. Apakah calon istri atau bagaimana?" Damar hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan Sandrina. "Kenapa ketawa?" "Eh, enggak, Bu. Saya gak ada hubungan apapun dengan wanita saat ini. Sejak istri saya meninggal beberapa tahun lalu. Saya hanya sibuk bekerja di kantor maupun Panti. Mengenai Tissa, mengapa Ibu tanya seperti itu?" Damar heran melirik lagi sekilas Sandrina yang seperti memikirkan sesuatu. "Dia tadi introgasi saya panjang lebar. Kayaknya setelah melihatnya mimik wajahnya. Dia suka deh sama kamu," balas Sandrina asal."Suka? Bagaimana maksudnya?" "Saya juga gak tahu tapi dia beberapa kali bertanya apa hubungan kita." Damar menghembuskan napas perlahan. Dia tertawa getir sambil terus menyetir. Lelaki itu hany
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 33.**PoV Alif. Aku terkejut melihat wajah babak belur Ratmini. Kasihan sebenarnya tetapi salah dia sendiri juga karena percaya dengan sosok Seno yang brengsek dan gak tahu diri. Melihat Seno aku teringat diriku. Apakah aku dan dia sama saja sebagai l**aki bajingan? Tidak juga sepertinya, aku tidak melakukan KDRT dengan Sandrina, istriku itu. "Kalau dia mati kamu di penjara!" kata Miranti ke Ratmini. Sekujur tubuhnya bergetar karena takut. "Aku gak mau di penjara. Lagian, ini karena Ibu juga ngasih surat tanah sama aku. Coba Ibu simpan sendiri pasti Mas Seno gak akan aku pukul!" Ratmini protes ke Ibu. Karena protesnya itu Ibu mendengkus menatapnya. "Mana Ibu tahu kalau suami kamu gila! Yang penting surat ini sudah di tangan dan tinggal kita gadaikan saja!" "Gak bisa, Bu. Kalian harus tetap pulang kampung. Hidup di kota berat. Setelah kalian dapat uang untuk menggadaikan surat tanah itu maka uang akan dalam sekejap habis karena kalian royal dan rumah ju
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 34. **PoV Sandrina. "Terima kasih, Damar. Kamu sudah berkenan membantuku," ucapku padanya setelah sidang perceraian selesai. Aku merasa lega. Beberapa saat lagi persidangan maka aku resmi bercerai dari Mas Alif. Tidak ada tempat untuk seorang pengkhianat di sisiku. "Tidak masalah, Bu. Saya sangat senang membantu Ibu." Damar mengulas senyum membuat aku bahagia. Aku kembali memicingkan mata mendapati perasaanku sendiri. Aku harus fokus pada perceraian. Tak boleh memikirkan tujuan lainnya. "Saya minta maaf juga, Bu. Karena tadi berkata yang tidak sopan pada Ibu." "Tidak masalah," ucapku. Setelah urusan kantor selesai aku merasa rindu dengan anak Panti. Aku meminta Damar membawaku ke sana. Sampai di sana, aku di sambut anak-anak Panti itu. Mereka seakan sudah kenal dekat dengan ku. "Bawa apa, Ibu Sandrina?" tanya Rahmat anak laki-laki yang berusia delapan tahun hari itu. "Hei, sini. Jangan panggil Ibu. Kamu panggil aja Bunda," kataku memberikan plastik
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 35.**PoV Author"Siapa yang mau bertemu denganku?" "Mas Alif, Mbak!" kata Nisa. "Jangan kamu izinkan dia masuk. Aku gak mau bertemu dia. Biarkan saja dia!" ujar Sandrina. "Baik, Mbak," sahutnya. Sandrina tak akan pulang ke rumah. Dia akan menginap saja di hotel berbintang malam ini. Wanita itu gak mau bertemu dengan Alif. Setiba di Hotel, Sandrina langsung merebahkan diriku di kasur king size. Sebenarnya lebih nyaman berada di rumah tetapi Alif gak akan berhenti menggangu. Entah apa lagi maunya, yang pasti mereka akan segera berpisah. Tinggal menunggu ketuk palu saja karena Sandrina sudah menyerahkan semua bukti ke Pengacara. Mereka pasti bisa bekerja dengan baik. Pagi hari sebelum ke kantor. Sandrina lebih dulu menuju butik. Dia juga harus meluangkan waktu untuk melihat dan mengontrol butik, walau tak ada waktu merancang pakaian. Paling tidak melihat hasil rancangan beberapa orang termasuk Nisa. Jika bagus, maka akan di produksi. "Bagaimana, Mbak?" ta
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 36. **PoV Author. Rasanya kepala Sandrina begitu sakit. Rasanya sangat sakit dan berputar. Perlahan kesadaran nya kembali. "Bu, Sandrina." Sandrina mendengar suara itu. Suara yang sepertinya di kenal. "Damar ...," sahut Sandrina pelan.Mengapa Damar ada di sini? Sejak kapan dia di sini? Aku juga ada di rumah sakit. Terbaring lemah. Apa yang terjadi? Banyak pertanyaan yang Sandrina belum tahu jawabannya. "Assalamualaikum." Suara Nisa terdengar oleh Sandrina. Sandrina mencoba mengingat. Dia mengunjungi Faiz dan tak sengaja berjumpa Miranti. Lalu Alif ada di parkiran. Dia dengan sengaja menculik Sandrina untuk sebuah tujuannya. Karena Sandrina berontak. Terjadilah kecelakaan itu Kemana Alif? Apa dia sudah di tangkap Polisi?"Mbak, Sandrina." Nisa mendekati lalu memegang tangan nya perlahan. "Nisa. Apa yang terjadi padaku?" Damar bergegas memanggil Dokter. Karena Sandrina sudah sadar. Nisa yang berada di sisinya. "Mbak kecelakaan. Bersyukur tak apa-ap
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 37. **PoV Author"Mas, kamu mau ke mana? Apa yang sebenarnya terjadi?" "Aku hanya nekat. Nekat saja karena kesal melihat Sandrina. Dia sudah membuat hidupku hancur!" "Kamu bicara apa sih, Mas?" "Aku harus cari tempat aman agar bisa bersembunyi sementara waktu karena Sandrina kecelakaan dan aku yang menyebabkan dia celaka." Miranti begitu heran dengan yang terjadi. Karena Alif mengalami sejumlah luka. Tangan dan kaki nya terluka. Walaupun tak parah tetap saja mengeluarkan darah yang banyak. Suster yang masuk harus membersihkan dan menutup lukanya. "Jadi Sandrina mati?" tanya Miranti berharap itu benar. "Enggak tahu. Aku keburu lari karena takut. Jangan sampai orang tahu kalau aku biang keladi dia celaka!" "Kamu memang nekat, Mas. Terus, setelah ini bagaimana?" "Ini semua aku lakukan karena kamu dan juga Ibu di kampung yang membuatku pusing karena kalian selalu minta uang!" Alif mengacak rambutnya frustasi. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. "Itu m
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 60. **PoV Author. Alif sebenarnya ingin pergi dari sana karena situasinya tidak kondusif. Mereka semua berkumpul seperti ingin menyidang dirinya dan menyalahkan dirinya atas segala hal yang terjadi selama ini. Alif merasa posisinya tidak aman sekarang. Namun mau pergi juga tidak bisa. Tiba-tiba tangannya dipegangi oleh kedua Bodyguard Pak Rifat. Mereka membentak Alif. Laki-laki itu tak berkutik akhirnya dia menurut saja duduk seperti yang diinginkan mereka semua. Kedua Bodyguard tetap setia berada di sisi kanan dan kirinya. Alif beberapa kali berusaha melihat kesempatan untuk kabur Namun sepertinya tidak bisa. Dia terus di pegangi dengan kasar. Seketika dia saat ini pasrah, mereka semua duduk memandangi dirinya untuk bertanya macam-macam. "Ada apa ini, Mona? Kamu menyuruh aku datang ke tempat ini. Aku berpikir kita akan berbicara berdua di sini. Tapi aku nggak nyangka di sini banyak orang. Ada Sandrina dan yang lainnya kenapa kamu suruh aku datang kemari?
Mona berkata miris. Teringat kembali kebohongan-kebohongan yang diberikan Alif kepadanya. Dengan bodohnya dia percaya kepada laki-laki yang sudah banyak menipunya. "Kamu ini bicara apa sih. Itu sama sekali nggak benar. Alif itu sangat baik lagi pula dia tidak sengaja. Mungkin karena ada sesuatu hal yang membuat dia berbohong." Bu Rifah meringis bingung. "Aku ingin bertanya kepadamu, Bu. Apakah benar dia Alif dan bukan Putra?!" tanya Mona kembali. "Itu ...." Bu Rifah bingung mau menjawab apa. "Jawab dong, Bu!" kali ini Miranti yang berbicara. Bu Rifah menatap Miranti jengkel. Mau ikut campur saja urusannya. "Nak, Mona. Ibu belum tahu pasti, apakah dia Alif atau Putra seperti yang kamu bicarakan. Cuma Ibu memang benar-benar harus melihat dia secara langsung untuk memperjelas. Apakah dia anak Ibu Alif atau bukan," ucap Bu Rifah. Wanita itu berusaha mencari jalan tengah. Baginya terserah Alif saja. Kalau mau mengaku Putra, demi uang dan harta maka dia tak masalah anaknya berbohong.
Hanya itu yang Mona katakan. Dia mematikan gawainya. Rasa sakit hatinya sudah begitu dalam. Dia tidak mau berbicara panjang lebar lagi kepada Alif. Teringat ucapan Papanya, Alif itu adalah laki-laki yang cerdik. Dia sangat pintar bermanis mulut dan kalau dia sudah bermanis mulut maka Mona masih bisa ditipunya dengan berbagai tipu daya dan bualan-bualan seorang lelaki untuk memanfaatkan dirinya. Alif adalah penipu ulung. Beberapa saat Mona berpikir. Akhirnya dia mendapatkan ide. Dia tahu di mana Panti asuhan Sandrina. Karena penasaran dengan Sandrina Mona sempat memata-matai Sandrina. Jadi dia tahu di mana butik Sandrina dan Panti asuhan Sandrina. Mona yakin kalau sore hari Sandrina dan suaminya ada di sana. Mona berpikir lagi. Tidak mungkin Sandrina tidak mengenal wanita bernama Miranti yang tadi merusak pernikahannya. Pasti Sandrina mengenalnya jadi Mona harus banyak berkomunikasi dengan Sandrina tentang Alif dan apa langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Wanita itu kemudian kel
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 59. **POV AUTHOR. Sebelumnya Alif beberapa kali menghubungi Mona untuk menyampaikan permintaan maafnya tetapi Mona tidak mengangkat gawainya. Walaupun Mona tidak mematikan panggilannya karena dia mau melihat seberapa banyak Alif menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan yang tak terjawab. "Sayang, Untuk apa kamu menangisi laki-laki yang menipu kamu. Belum apa-apa saja dia sudah membohongi kamu. Bagaimana kalau nanti kalian menikah dan pasti masih banyak sekali kebohongan dalam dirinya. Papa juga menyesal membantunya kalau seperti ini keadaannya." "Terus apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku juga bingung. Aku mencintainya tapi dia sudah membohongi ku.""Sebenarnya ada yang ingin Papa katakan kepadamu. Kalau produksi barang kita banyak yang gak berjalan. Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki. Ternyata Putra dalang dari semua ini. Perusahaan Papa mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kerugian itu banyak. Papa nggak menyangka kalau dia melakukan in
Miranti terdiam mendengar sikap kasar Sandrina karena sebenarnya dia yakin Sandrina itu adalah teman yang baik. Namun memang dia yang sudah menghianati pertemanan mereka. Apalagi merebut suaminya dulu. Ini adalah karma atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Wajar Sandrina marah kepadanya. Sekarang saja ketika melihat Mona merebut Alif dari dirinya, Miranti marah. Apalagi hal yang dirasakan Sandrina pernah dia lakukan dan dia menghianati temannya sendiri. "Bu tolong pergilah. Sandrina tidak suka Ibu ada di sini. Ini tempat Sandrina. Aku saja menumpang di sini dan karena kebaikan hatinya aku bisa merawat bayiku beberapa bulan di sini. Jadi aku minta ibu dan Ratmini pulang saja ke kampung atau kalian jumpai Mas Alif saja, calon istrinya yang kalian bilang kaya itu. Jumpai saja mereka. Tolong kalian pergi dari sini!" "Sekarang kamu enak sekali mengusir kami setelah kami datang dari kampung. Bagaimanapun saya harus bertemu Alif karena saya mau melihat sendiri apakah dia benar-benar Alif
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 58. **POV author. "Mir, kamu mau ke mana sekarang? Bukankah kamu juga gembel setelah lari dari rumah ibu kamu nggak punya tempat tinggal?" tanya Bu Rifah geram ke Miranti. "Ya, asal ibu tahu ya setelah lari dari rumah Ibu itu aku memang terlunta-lunta karena nggak punya keluarga lagi. Untuk pulang ke luar kota menjumpai abangku. Sama sekali aku tak ada biaya. Semua ini gara-gara mulut manis Mas Alif dan ibu tapi apa yang aku dapatkan di kampung sama sekali kesengsaraan!" "Terus, kalau kamu memang terlunta-luntas sekarang. Tapi kamu penampilannya udah jauh lebih bersih. Walaupun masih tetap saja kumuh. Kamu pasti punya tempat tinggal kan sekarang? Biarkan kami tinggal bersama kamu selama kami berada di kota. Kami juga nggak tahu kemana tujuan kami setelah Sandrina ngusir kami!" "Itu bukan urusanku, Bu! Sewa saja hotel. Kalian bisa tinggal di sana atau hubungi Mas Alif!" Bu Rifah mendengkus kesal mendengar ucapan Miranti. Mereka bingung sekarang. Padahal M
Setelah di ruangan ganti. Alif melepaskan tangan Ibunya secara kasar dan menatap tajam Miranti. Dia merasa kacau bukan main. Apakah semua kebohongannya harus berakhir sekarang? "Nak, kenapa kamu kasar banget sama Ibu!" "Udah berapa kali aku bilang kalau aku bukan Alif. Aku Putra!" kata Alif masih berusaha berbohong. "Ibu yakin kamu Alif. Kami bahagia sekali bertemu dengan kamu," lirih Bu Rifah. "Siapa yang suruh kalian datang ke sini?!" "Aku yang suruh, Mas. Aku sengaja menyuruh mereka datang untuk melihat kamu langsung. Mereka keluarga kamu dan pasti lebih mengenali! Kamu gak bisa membohongi aku juga karena aku tahu suamiku!" kata Miranti. Plak!Dengan cepat Alif langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Miranti. Miranti terkaget apalagi dia sedang menggendong bayi. Sudut bibirnya. "Berani kamu gampar aku, Mas!" "Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Alif berkilat marah. Saat itu Alif melirik Sandrina yang datang dengan Damar ke ruangan itu. "Mau apa kamu?!" kata Alif.