KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 19. **PoV Sandrina. "Bu, ini berkas laporan yang di minta," kata Damar padaku. "Eh, ya." Aku merasa malu karena ketahuan melamun. "Dimana Pak Alif? Apa gak masuk kerja?" Aku menghela napas, terpikir perbuatan keluarga mereka tadi pagi. Apakah aku harus mengakhiri ini. Mudah saja bagiku mengusir mereka dari rumah. Tetapi Mas Alif belum menyelesaikan laporan kerjanya. Ratmini juga belum mendapatkan balasan atas apa yang sudah di lakukannya serta Miranti yang sudah merebut suamiku. Walau sampai sekarang aku gak tahu apa hubungan mereka. Apakah menikah atau hanya kumpul kebo? "Hari ini dia gak bisa masuk kerja. Mungkin besok dan targetnya dalam tiga hari laporan itu harus di selesaikan nya." "Bagus jika begitu, saya permisi, Bu." Damar hendak keluar. "Sebentar," panggilku. Dia menoleh. "Iya, Bu." "Ada yang mau aku tanyakan padamu. Duduklah," ucapku. Damar duduk kembali di hadapanku. Sepertinya aku memang harus banyak berkomunikasi padanya tentang M
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS bag 20**PoV Sandrina. "Sand, apakah harus malam ini ku kerjakan?" "Ya, kamu sadar, Mas. Kamu tadi gak ngantor?" "Kepalaku pusing, Sand. Sakit sekali rasanya. Aku juga gak tahu kenapa aku begini," kata Mas Alif masih memegang pelipisnya. "Tanya sama Ratmini, adik kandung mu. Dia yang membuatmu celaka!" sentakku ke Mas Alif. "Apa maksud mu?"Belum sempat aku menjelaskan, suara pintu kamar kami di gedor-gedor. Aku mendengkus kesal. Siapa di situ? "Apa?" sentakku setelah membuka pintu. Ibu sudah berkacak pinggang di depan pintu. "Sandrina. Tanggung jawab kamu!" katanya padaku secara tiba-tiba. "Apa maksud Ibu?" "Sampai sekarang Ratmini belum sadar juga!" sentaknya marah. "Sabar saja. Mas Alif lebih dahulu pingsan dari dia. Ratmini akan sadar sebentar lagi," ucapku santai. "Keterlaluan kamu. Kamu sengaja mau membunuh anakku!" "Tolong berbicara di kondisikan, Bu! Anak mu yang mau mencelakakan aku, kalau aku mau sekarang juga dia bisa aku seret keluar da
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 21.**PoV Sandrina"Sandrina!" kata mereka kaget melihat kedatanganku. "Sedang apa kalian di sini. Apakah di tempat ini kalian merencanakan sesuatu?" tanya ku. Wajah mereka pias mendengar tururku. "Sejak kapan kamu ada di sini, Sand?" tanya Mas Alif merasa takut. "Sejak tadi," balasku tenang. Wajah mereka memerah dan Ratmini menundukkan wajahnya. "Hahahah, aku baru saja sampai. Kenapa wajah kalian merah padam seperti itu?" Ibu menelan salivanya merasa tak enak hati. "Jangan main-main, Sand. Kamu buat kami takut aja!" Miranti buka suara. Aku memandang jengah dirinya karena dia tadi mengaku kalau anak itu adalah anak Mas Alif dan Ibu mertua mengatai ku mandul.Apa salah jika kami baru dua tahun belum punya anak? Ada yang lebih lama tidak punya anak tetapi mereka bersabar. Apakah karena ini Mas Alif menyelingkuhi aku? Suamiku juga tak mau beberapa kali berobat dan program anak ke dokter. Alasannya sibuk dan sibuk. Namun untuk Miranti dia tak sibuk. Dasar
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 22**"Sand, berapa kali aku sampaikan padamu kalau aku dan Miranti gak ada hubungan. Aku minta sama kamu. Kamu buang rasa cemburu di hati kamu, Sand. Gak perlu cemburu dengan sahabat kamu sendiri," kata Mas Alif dengan lemah lembut. Cih, menjijikkan. Aku muak sekali padanya. "Kamu juga gak perlu cemburu dengan Damar. Karena dia cuma sekretaris aku. Sedangkan kamu secara terang-terangan menggendong dan perhatian dengan Miranti di depan mataku!" ucapku dengan pandangan tajam. "Karena dia butuh pertolongan, Sand!" Mas Alif masih berusaha berkelit. "Sekarang tolong keluar dan tinggalkan aku!" perintahku ke Mas Alif. Dia menghembuskan napas kasar sebelum keluar dari ruangan ku. "Kamu masih istriku, Sand. Ingatlah itu!" katanya sebelum menutup pintu. Aku mendengkus kesal benar-benar lelaki yang egois. Dia boleh berselingkuh sedangkan aku tak bisa dekat dengan lelaki lain. Meskipun aku tak melakukannya karena masih ingat dosa. Orang tuaku akan menderita di ala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 23. **Aku merasa hampa sambil memandangi kota lewat balkon hotel. Teringat ucapan Mas Alif sebelum aku pergi tanpa dirinya. "Sand, kamu akan setia pada ku, 'kan?" "Untuk apa berkata seperti itu. Aku selama ini jujur, tetapi kamu tidak jujur pada ku!" "Aku tidak jujur bagaimana, Sand? Aku selama ini selalu jujur sama kamu," kata Mas Alif lembut. "Kamu gak perlu membohongiku lagi. Aku muak sama kamu!" ujarku pada Mas Alif. "Kenapa kamu tiba-tiba marah seperti ini, Sand. Apa salah aku?" Dia masih berusaha meminta penjelasan. "Kamu tanya diri kamu, Mas. Apa salah kamu. Asal kamu tahu perselingkuhan tak ada tempat. Apalagi kalau berzina, dalam agama hukumannya rajam!" ujarku berlalu, wajah Mas Alif gusar. Dia mencoba mengejarku."Apa maksudmu? Kamu nuduh aku?" Mas Alif mencengkram tanganku kasar. Aku merasa sakit saat dia melakukan itu. "Lepaskan aku, Mas!" "Gak akan sebelum kamu katakan apa masalahmu!" "Kamu pikirkan aja sendiri!" Aku melepas kasar
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 24.**PoV Alif "Sand. Aku minta maaf sama kamu kalau kamu marah sama aku. Mungkin karena aku perusahaan Papa mu nyaris bangkrut. Tetapi mengapa hanya karena masalah itu kita harus berpisah. Aku masih mencintai kamu, sayang. Aku akan lakukan apapun untukmu. Aku akan bekerja lebih keras agar Perusahaan itu kembali bangkit, Sand." Aku berkata panjang di telepon. Berharap Sandrina, istriku mau mendengarkan. "Tetapi gak ada tempat untuk seorang pengkhianat di hatiku, Mas!" "Aku gak mengkhianati kamu, Sand. Aku bahkan cinta sekali padamu, sayang." "Cukuplah kebohongan mu, Mas. Aku bahkan gak tahu apa itu cinta dan kebohongan. Mengapa kamu mengkhianati aku. Aku minta sama kamu. Kamu bersiap untuk angkat kaki dari rumahku!" "Sand. Aku gak mau bercerai tanpa alasan yang jelas. Aku gak bisa kamu menceraikan jika kamu ingin bersama sekretaris sialan mu itu!" Aku yakin Sandrina punya hubungan khusus dengan sekretarisnya. Apakah istriku berani mengkhianati aku?
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 25**PoV SandrinaAkhirnya semua berjalan lancar. Kerja sama untuk produk baru di setujui. Aku akan pelan-pelan memulihkan lagi Pabrik Papa ku yang nyaris bangkrut. Terkadang mengurus Perusahaan ini menyita waktuku. Aku juga tak sempat lagi berkarya sebagai desainer. Meski rindu sangat menyapa untuk aku terjun lagi ke sana. Aku tak bisa fokus karena usaha almarhum Papa membutuhkan perhatian, ditambah Mas Alif dan keluarganya. Berkat laporan yang dia buat juga akhirnya permohonan kami di setujui. Aku sudah berhasil perlahan meski harus lebih banyak bersabar. Sekarang, aku tak lagi butuh Mas Alif. Sudah cukup mereka menyakiti aku. "Bu ...." Damar menyapa ku yang sedang berdiri di balkon. Aku tersentak kaget membalik badan tanpa sadar kalau aku sedang memegang teh hangat. Entah bagaimana teh itu tersiram ke lengannya karena pikiranku tak fokus. Aku meringis karena kemeja tangan panjang yang di pakai Damar di bagian tangan basah karena ulahku. "Aduh, maaf, D
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 26. **PoV Alif."Kamu mau kita bercerai, Mas? Terus aku dapat apa? Ingat ini adalah anak kamu!" kata Miranti dengan wajah garang padaku saat kami berada di kafetaria setelah periksa di klinik.Aku menyampaikan padanya kalau kami lebih baik berpisah saja. Sandrina akan menggugat cerai dan menyuruh kami semua angkat kaki. Aku bukan tak mau melawan tetapi aku juga tak bisa melawan karena semua kuasa Perusahaan ada di tangan Sandrina. Rumah juga adalah milik almarhum orang tua Sandrina. Istilahnya aku adalah lelaki mokondo yang numpang hidup dengan Sandrina. Aku tak berpikir sampai jauh kalau Sandrina akan memblokir rekening Perusahaan. Uangku sudah kuberikan pada Ibu dan Miranti sementara yang lain hendak aku ambil namun aku kalah cepat dengan Sandrina yang sudah lebih dulu memblokirnya. Istriku itu sangat keterlaluan. Dia benar-benar membuat aku miskin. Dia juga memanfaatkan aku untuk bekerja. Setelah berkas yang ku kerjakan di terima kerja samanya, tak
Setelah kejadian itu Miranti bercerita kepadaku kalau dia sudah ditalak Mas Alif. Dia ditalak Mas Alif saat mereka mengunjungi laki-laki itu di penjara. Miranti bersedih. Namun dia menerimanya dengan kepahitan. Hubungannya dari awal tidak baik dengan cara merebut suami orang dan ini adalah balasan yang setimpal yang dirasakannya atas perbuatannya. "Kamu serius mau pergi? Aku nggak masalah kalau kamu mau tinggal di sini dan merawat anak kamu di sini." "Tidak Sandrina. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu. Aku tahu mungkin kamu juga tidak suka kepadaku. Aku merasa risih juga karena perbuatanku yang sudah menyakiti kamu. Aku minta maaf sekali lagi sama kamu. Walaupun pertemanan kita tidak akan sama seperti dulu. Aku masih berharap kita berteman seadanya.""Ya, Semoga kamu dan anak kamu sehat. Kamu menemukan kebahagiaan di tempat yang baru. Aku hanya ingin kamu tidak menyalahgunakan kepercayaan orang lain untuk kepentinganmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu di sana, Mir."
"Apa-apaan ini, Pak! Kenapa Bapak jebloskan saya ke penjara. Padahal selama ini saya juga bekerja untuk Bapak!" "Bekerja? Kamu sama sekali tidak bekerja untuk saya. Tapi kamu menipu saya. Sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Kamu hampir membuat perusahaan saya bangkrut dengan tidak melakukan produksi barang dan kamu menyelundupkan uangnya. Dasar kamu maling!" kata Pak Rifat menunjuk Alif. Karena Pak Rifat adalah orang penting. Dia juga punya teman seorang aparat. Pak Rifat juga sudah melaporkan perbuatan Alif ke pihak yang berwajib. Datanglah Polisi untuk menangkap Alif. Pak Rifat sebelumnya sudah memberikan bukti-bukti kepada polisi kalau Alif seorang penjahat. Lelaki tambun bersama Mona sengaja menjebak Alif dan membuat dia mengaku di depan keluarganya. "Apa-apaan ini, Pak!" Mata Alif mendelik ketika melihat Polisi datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka kalau Polisi datang kemari atas undangan Pak Rifat. Padahal dia berpikir untuk menyelesaikan masala
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 60. **PoV Author. Alif sebenarnya ingin pergi dari sana karena situasinya tidak kondusif. Mereka semua berkumpul seperti ingin menyidang dirinya dan menyalahkan dirinya atas segala hal yang terjadi selama ini. Alif merasa posisinya tidak aman sekarang. Namun mau pergi juga tidak bisa. Tiba-tiba tangannya dipegangi oleh kedua Bodyguard Pak Rifat. Mereka membentak Alif. Laki-laki itu tak berkutik akhirnya dia menurut saja duduk seperti yang diinginkan mereka semua. Kedua Bodyguard tetap setia berada di sisi kanan dan kirinya. Alif beberapa kali berusaha melihat kesempatan untuk kabur Namun sepertinya tidak bisa. Dia terus di pegangi dengan kasar. Seketika dia saat ini pasrah, mereka semua duduk memandangi dirinya untuk bertanya macam-macam. "Ada apa ini, Mona? Kamu menyuruh aku datang ke tempat ini. Aku berpikir kita akan berbicara berdua di sini. Tapi aku nggak nyangka di sini banyak orang. Ada Sandrina dan yang lainnya kenapa kamu suruh aku datang kemari?
Mona berkata miris. Teringat kembali kebohongan-kebohongan yang diberikan Alif kepadanya. Dengan bodohnya dia percaya kepada laki-laki yang sudah banyak menipunya. "Kamu ini bicara apa sih. Itu sama sekali nggak benar. Alif itu sangat baik lagi pula dia tidak sengaja. Mungkin karena ada sesuatu hal yang membuat dia berbohong." Bu Rifah meringis bingung. "Aku ingin bertanya kepadamu, Bu. Apakah benar dia Alif dan bukan Putra?!" tanya Mona kembali. "Itu ...." Bu Rifah bingung mau menjawab apa. "Jawab dong, Bu!" kali ini Miranti yang berbicara. Bu Rifah menatap Miranti jengkel. Mau ikut campur saja urusannya. "Nak, Mona. Ibu belum tahu pasti, apakah dia Alif atau Putra seperti yang kamu bicarakan. Cuma Ibu memang benar-benar harus melihat dia secara langsung untuk memperjelas. Apakah dia anak Ibu Alif atau bukan," ucap Bu Rifah. Wanita itu berusaha mencari jalan tengah. Baginya terserah Alif saja. Kalau mau mengaku Putra, demi uang dan harta maka dia tak masalah anaknya berbohong.
Hanya itu yang Mona katakan. Dia mematikan gawainya. Rasa sakit hatinya sudah begitu dalam. Dia tidak mau berbicara panjang lebar lagi kepada Alif. Teringat ucapan Papanya, Alif itu adalah laki-laki yang cerdik. Dia sangat pintar bermanis mulut dan kalau dia sudah bermanis mulut maka Mona masih bisa ditipunya dengan berbagai tipu daya dan bualan-bualan seorang lelaki untuk memanfaatkan dirinya. Alif adalah penipu ulung. Beberapa saat Mona berpikir. Akhirnya dia mendapatkan ide. Dia tahu di mana Panti asuhan Sandrina. Karena penasaran dengan Sandrina Mona sempat memata-matai Sandrina. Jadi dia tahu di mana butik Sandrina dan Panti asuhan Sandrina. Mona yakin kalau sore hari Sandrina dan suaminya ada di sana. Mona berpikir lagi. Tidak mungkin Sandrina tidak mengenal wanita bernama Miranti yang tadi merusak pernikahannya. Pasti Sandrina mengenalnya jadi Mona harus banyak berkomunikasi dengan Sandrina tentang Alif dan apa langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Wanita itu kemudian kel
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 59. **POV AUTHOR. Sebelumnya Alif beberapa kali menghubungi Mona untuk menyampaikan permintaan maafnya tetapi Mona tidak mengangkat gawainya. Walaupun Mona tidak mematikan panggilannya karena dia mau melihat seberapa banyak Alif menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan yang tak terjawab. "Sayang, Untuk apa kamu menangisi laki-laki yang menipu kamu. Belum apa-apa saja dia sudah membohongi kamu. Bagaimana kalau nanti kalian menikah dan pasti masih banyak sekali kebohongan dalam dirinya. Papa juga menyesal membantunya kalau seperti ini keadaannya." "Terus apa yang harus aku lakukan, Pa? Aku juga bingung. Aku mencintainya tapi dia sudah membohongi ku.""Sebenarnya ada yang ingin Papa katakan kepadamu. Kalau produksi barang kita banyak yang gak berjalan. Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki. Ternyata Putra dalang dari semua ini. Perusahaan Papa mengalami kerugian yang tidak sedikit. Kerugian itu banyak. Papa nggak menyangka kalau dia melakukan in
Miranti terdiam mendengar sikap kasar Sandrina karena sebenarnya dia yakin Sandrina itu adalah teman yang baik. Namun memang dia yang sudah menghianati pertemanan mereka. Apalagi merebut suaminya dulu. Ini adalah karma atas perbuatan yang sudah dilakukannya. Wajar Sandrina marah kepadanya. Sekarang saja ketika melihat Mona merebut Alif dari dirinya, Miranti marah. Apalagi hal yang dirasakan Sandrina pernah dia lakukan dan dia menghianati temannya sendiri. "Bu tolong pergilah. Sandrina tidak suka Ibu ada di sini. Ini tempat Sandrina. Aku saja menumpang di sini dan karena kebaikan hatinya aku bisa merawat bayiku beberapa bulan di sini. Jadi aku minta ibu dan Ratmini pulang saja ke kampung atau kalian jumpai Mas Alif saja, calon istrinya yang kalian bilang kaya itu. Jumpai saja mereka. Tolong kalian pergi dari sini!" "Sekarang kamu enak sekali mengusir kami setelah kami datang dari kampung. Bagaimanapun saya harus bertemu Alif karena saya mau melihat sendiri apakah dia benar-benar Alif
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 58. **POV author. "Mir, kamu mau ke mana sekarang? Bukankah kamu juga gembel setelah lari dari rumah ibu kamu nggak punya tempat tinggal?" tanya Bu Rifah geram ke Miranti. "Ya, asal ibu tahu ya setelah lari dari rumah Ibu itu aku memang terlunta-lunta karena nggak punya keluarga lagi. Untuk pulang ke luar kota menjumpai abangku. Sama sekali aku tak ada biaya. Semua ini gara-gara mulut manis Mas Alif dan ibu tapi apa yang aku dapatkan di kampung sama sekali kesengsaraan!" "Terus, kalau kamu memang terlunta-luntas sekarang. Tapi kamu penampilannya udah jauh lebih bersih. Walaupun masih tetap saja kumuh. Kamu pasti punya tempat tinggal kan sekarang? Biarkan kami tinggal bersama kamu selama kami berada di kota. Kami juga nggak tahu kemana tujuan kami setelah Sandrina ngusir kami!" "Itu bukan urusanku, Bu! Sewa saja hotel. Kalian bisa tinggal di sana atau hubungi Mas Alif!" Bu Rifah mendengkus kesal mendengar ucapan Miranti. Mereka bingung sekarang. Padahal M
Setelah di ruangan ganti. Alif melepaskan tangan Ibunya secara kasar dan menatap tajam Miranti. Dia merasa kacau bukan main. Apakah semua kebohongannya harus berakhir sekarang? "Nak, kenapa kamu kasar banget sama Ibu!" "Udah berapa kali aku bilang kalau aku bukan Alif. Aku Putra!" kata Alif masih berusaha berbohong. "Ibu yakin kamu Alif. Kami bahagia sekali bertemu dengan kamu," lirih Bu Rifah. "Siapa yang suruh kalian datang ke sini?!" "Aku yang suruh, Mas. Aku sengaja menyuruh mereka datang untuk melihat kamu langsung. Mereka keluarga kamu dan pasti lebih mengenali! Kamu gak bisa membohongi aku juga karena aku tahu suamiku!" kata Miranti. Plak!Dengan cepat Alif langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Miranti. Miranti terkaget apalagi dia sedang menggendong bayi. Sudut bibirnya. "Berani kamu gampar aku, Mas!" "Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Alif berkilat marah. Saat itu Alif melirik Sandrina yang datang dengan Damar ke ruangan itu. "Mau apa kamu?!" kata Alif.