"KIta temui orang itu di rumahku," kata Rajapati. Rajapati dan beberapa orang kepercayaannya segera bergerak menuju rumah Rajaoati. "Itu dia orangnya, aku masih belum mempercayainya sepenuhnya jadi aku mengikatnya agar tidak pergi kemana-mana. Tetapi ternyata dia tidak berusaha kabur, berarti dia memang benar-benar memerlukan bantuan kita," kata Rajapati. Rajapati membuka ikatan di tangan Kebo Mudarang lalu berkata "Nah,sekarang katakan saja kau ingin kami melakukan apa?" Tanya Rajapati. "Buat kehidupan rakyat Singasari kacau dan buatlah seolah-olah semua ini karena ketidak pedulian Kertanegara terhadap kehidupan rakyatnya. Dia terlalu sibuk dengan ekspedisi Pamalayunya dan pesta liarnya setiap malam. Buatlah agar rakyat Singasari membenci Kertanegara dan mulai mendukung Jayakatwang. Jika terjadi peperangan, aku ingin kalian berperang bersama kami menghabisi orang-orang Singasari," kata Kebo Mudarang. "Soal itu mudah bagi kami karena kami sudah sering melakukannya, Apalagi kami
Lampu di teras rumah Gajah Pagon sudah dipadamkan sehingga situasi gelap gulita, Wirota mengetuk pintu rumah atasannya dan tak lama kemudian Gajah Pagon muncul membukakan pintu. "Maafkan kami Ndoro Pagon sehingga mengganggu waktu istirahat anda, tapi ada hal penting yang harus kami laporkan," kata Wirota. "Baiklah, sebentar aku nyalakan lampu dulu," kata Gajah Pagon sambil beranjak ke dalam lalu menyalakan kembali lampu minyaknya. "Kalian sepertinya habis bertarung, sebentar aku ambil kendi dan cawan," kata Gajah Pagon. Wirota buru-buru berkata "Tidak usah repot-repot Ndoro Pagon, kami sudah biasa seperti ini. Begini, tadi sewaktu hendak pulang ke Kasatriyan, kami melihat ada orang berkedok berbaju serba hitam berkelebat dari komplek rumah Perwira dan Pejabat. Kami mengikutinya dan di sudut yang sepi orang itu bertemu dengan seorang pria yang datang dari luar tembok keraton." Gajah Pagon terkejut lalu bertanya "Orang itu pasti memiliki ilmu silat yang tinggi sehingga
Arya Rahu terkesiap ketika selendangnya terlepas dan melayang jatuh ke tanah. Di bahu kanannya terdapat bekas cengkeraman tangan Wirota yang membiru bercampur luka karena cakaran. Namun Wirota hanya tersenyum sinis dan berkata"Ndoro Rahu, siapa yang membuatmu terluka di bahu? Kemana saja anda semalam?" Tanya Wirota.Gajah Pagon terkejut melihat luka di bahu Arya Rahu, apa yang telah dikatakan Wirota benar, di bahunya terdapat bekas cengkeraman tangan. Namun Gajah Pagon tahu apa yang harus dilakukan. Buru-buru dia turun ke gelanggang dan berkata"Mpu Rahu, maafkan atas kekurangajaran prajurit saya, mungkin dia terlalu bersemangat karena gembira mendapat kesempatan bertarung dengan seorang perwira tinggi. Dia memang keterlaluan, seharusnya dia tidak melepas selendang di bahu anda," ujar Gajah Pagon sambil memberikan selendang Arya Rahu pada pemiliknya.Setelah itu dia berpura-pura memarahi Wirota"Wirota, minta maaflah pada Mpu Rahu karena kau telah bersikap tidak sopan kepadanya!""M
Gajah Pagon maju ke depan dan berkata"Gusti Prabu, saat ini begitu banyak masalah yang kita hadapi, kami sudah lama mencurigai Arya Rahu. Dia sebenarnya adalah telik sandi dari Gelang-gelang. Kami telah memata-matai pergerakan Arya Rahu dan kami menemukan bukti bahwa memang benar dia bekerjasama dengan Jayakatwang."Sontak semua orang di paseban geger, mereka hampir tak percaya, Arya Rahu yang juga sudah banyak berjasa bagi Singasari tega menjadi mata-mata pemberontak. Orang masih bertanya-tanya motivasi Arya Rahu menjadi mata-mata Jayakatwang. "Baiklah Pagon, kumpulkan bukti keterlibatan Arya Rahu dengan Jayakatwang sambil melakukan patroli malam di kampung-kampung dan kota di wilayah Singasari bekerja sama dengan penduduk setempat!" Perintah Kertanegara.Kali ini Kertanegara mulai percaya bahwa Jayakatwang telah merencanakan sebuah pemberontakan. Hatinya geram manakala menyadari dirinya sudah ditipu mentah-mentah oleh sepupu, ipar sekaligus besannya."Terkutuklah kau Jayakatwang,
"Ya, aku ingat ada yang berkata seperti itu. Kurasa lebih baik kita mencari sarang gerombolan itu dan menghabisi mereka," kata Wiragati."Coba kita cari petunjuk tentang mereka," kata Wirota sembari menggeledah mayat para perampok.Mereka bertiga mulai menggeledah, namun tidak ada petunjuk apapun yang ditemukan kecuali kantong-kantong uang milik para perampok."Ki Sanak, apakah mereka sudah mati?" Tanya Kepala Desa itu dengan takut-takut."Ya, mereka sudah mati, tolong besok kuburkan mereka di pasetran, Besok pagi kami harus segera kembali ke ibu kota untuk melaporkan semua ini. Ini uang untuk pemakamann mereka," kata Wiragati sambil memberikan sejumlah uang.Wirota menghampiri keluarga korban perampokan lalu memberikan kantong uang yang dikumpulkannya dari para perampok tadi. "Ki Sanak, ambilah uang ini dan pakailah untuk biaya berobat," kata Wirota.Bapak tua dan seorang pemuda tadi mukanya sudah bengep, badannya babak belur di hajar perampok. Bapak tua itu menerima uang dari Wiro
Seorang pemuda maju mengajukan diri, dan berkata"Kepala Desa, saya bersedia pergi ke Singasari menghadap Gusti Prabu Kertanegara dan melaporkan serangan pasukan Gelang-gelang.""Perjalanan ini cukup beresiko. Jika terjadi sesuatu pada dia, masih ada orang yang bisa menyampaikan berita ini kepada Gusti Prabu!" Kata Kepala Desa. Tak lama kemudian 2 orang pemuda desa maju mengajukan diri mereka"Kepala desa, kami bersedia melakukan perjalanan ke Singasari menghadap Gusti Prabu Kertanegara untuk melaporkan keadaan ini. Tapi kami memerlukan kuda agar dapat melakukan perjalanan lebih cepat."Kepala desa merasa lega karena akhirnya ada yang bersedia pergi meminta bantuan ke Singasari."Masalah kuda gampang, ada beberapa.penduduk yang bersedia meminjamkan kudanya. Segeralah menghadap dan berhati-hatilah, banyak musuh yang sedang mengincar kita ketika keluar dari sini!" Kata Kepala desa. Para pemuda itu segera mengambil kudanya dan menghela kudanya pergi ke Singasari. Sementara itu Bango
"Bersiaplah, kita akan menyerang ke Singasari dan membuat kekacauan di sana. Setelah mereka berhadapan dengan kita, segeralah lari, tunggu aba-abaku untuk kembali ke Daha."****Setelah Wijaya dan Ardharaja pergi menghadang musuh yang masuk ke kota, Patih Kebo Anengah berkata"Gusti Prabu, sebaiknya Gusti Ardharaja tidak perlu ikut dalam penyerbuan ke Memeling. Aku yakin pasti dia tetap membela ayahnya. Coba jika mereka yang menang, apakah Jayakatwang masih bersedia mengampuni anda? Lagipula aku sempat melihat keraguan Ardharaja ketika anda memerintahkanhya memerangi ayahnya," ujar Kebo Anengah pada Kertanegara.Mendengar perkataan Kebo Anengah, Kertanegara mulai merasa kuatir. Bagaimana jika mereka sampai kalah dari Jayakatwang? Maukah Jayakatwang mengampuninya jika mereka sampai kalah? "Ya, entah mengapa perasaanku tidak enak, perang kali ini berbeda dari biasanya. Seharusnya aku mewaspadai juga situasi di dalam negeri dan tidak mengirim terlalu banyak prajurit ke Swarnadwipa."A
Di sebuah lembah, rombongan pasukan Wijaya dan Ardharaja tidak bertemu musuh. Mereka beristirahat sebentar sambil makan bekal. Saat itu Wirota, Banyak Kapuk dan Lembu Sora merasakan keanehan dalam peperangan itu."Paman Kapuk, menurutku serangan ini aneh, tidak mungkin jika mereka ingin melakukan pemberontakan mengirimkan pasukan yang menurutku bukanlah pasukan unggulan Gelang-Gelang. Lihat saja cara mereka bertarung, setelah menggebuk, mereka akan larii ke utara, seolah berusaha menjauhkan kita dari Singasari. Jika kita berhenti menyerang, mereka tiba-tiba muncul di depan kita dan memancing kita untuk menjauh ke utara," ungkap Wirota.Banyak Kapuk tertegun, apa yang dikatakan Wirota sesuai dengan yang dipikirkannya"Kau benar, aku juga merasa aneh dengan serangan itu, sekarang kita sudah jauh dari kota Singasari dan tak ada satupun musuh di sini," ujar Banyak Kapuk."Bagaimana jika kira sampaikan pada Gusti Wijaya agar kembali saja ke Singasari, saya kuatir kalau ternyata pasukan Gel