Share

Menyusup ke Kota

Penulis: Freya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-04 17:21:48

"Dimana temanmu yang lain?" Tanya Gajah Pagon.

Tak lama kemudian datanglah Medang, Lembu Peteng, Jaran Bangkal dan Windan menemui Gajah Pagon. Wajah mereka tampak sedih, tubuh mereka penuh luka cacahan pedang dan tusukan tombak.

"Gusti Pagon, Ardharaja telah berkhianat, kami tidak sanggup menghadapi pasukan Gelang-Gelang sehingga akhirnya Wiragati dan Nandi gugur setelah mengorbankan diri mereka agar kami dapat lari kembali ke pasukan induk," kata Jaran Bangkal dengan sedih.

Gajah Pagon tertegun, Wiragati salah satu Lurah Prajurit kesatuan Cahya Raja kesayangannya sudah gugur. Padahal dia sudah merencanakan akan memberikan kenaikan pangkat dan sejumlah hadiah kepadanya seusai penyerangan ini.

"Mereka gugur sebagai Ksatria, semoga kelak mereka terlahir kembali dalam keadaan yang lebih baik dan lebih suci," kata Gajah pagon lirih.

"Kita kembali ke Singasari," kata Gajah Pagon.

"Hari sudah malam Gusti Pagon, sebaiknya kita menginap di sini dan menunggu pagi datang. Besok pagi kita kirim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kabar dari Keputren

    "Hah, sejak kapan kau melakukannya?" tanya Lembu Peteng dengan heran."Sejak aku menyamar sebagai abdi dalem dan menyusup sebagai penghuni gelap istana. Saat itu aku sering mengajak Gusti Wijaya keluar istana jika sedang bosan. Aku sering mencuri makanan di istana dan terakhir aku sempat akan mencuri perhiasan di Keputren tapi keburu ketahuan. Beruntung ada Gusti Aria Wiraraja yang menyelamatkan aku dari hukuman dan menjadikan aku sebagai prajurit di Kasatriyan," tutur Wirota.Wirota mencongkel beberapa batu bata di pagar keraton dan tampaklah sebuah lubang yang cukup untuk menerabas masuk istana. Tempat itu terletak jauh di sudut belakang keraton, tempatnya agak sedikit angker karena beberapa meter di belakang ada komplek pasetran (kuburan dan tempat perabuan jenazah) untuk makam para abdi dalem. Dengan mengendap-endap, Wirota dan Lembu Peteng masuk istana dan langsung menuju ke tempat menginap para abdi dalem. Seperti biasa, Wirota mencari jemuran untuk mencuri samir tanda pengenal

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Evakuasi Penghuni Keputren

    Dalam hati Wijaya hanya ada keinginan menyelamatkan para puteri keraton yang masih tertahan di keputren. "Saat ini istana dijaga ketat, bahkan kita juga kesulitan menyusup ke kota karena penjagaan begitu ketat. Lalu bagaimana caranya kita bisa masuk dengan aman?" Tanya Wijaya."Tidak ada jalan lain selain menggunakan ilmu sirep agar kita dapat melewati para penjaga gerbang dan keputren dengan mudah," ujar Lembu Sora."Tapi siapa yang bisa menguasai ilmu sirep yang handal? Menyirep satu bergada pasukan bukanlah hal yang mudah. Apalagi di sana juga ada Kebo Mudarang dan para pengageng lainnya yang berilmu tinggi," kata Wijaya."Untuk menyirep sekian banyak orang bisa dilakukan dengan cara menyirep bersama-sama. Aku menguasai ilmu sirep jadi aku perlu satu orang lagi untuk membantuku menyirep para penjaga Keputren," kata Wirota.Lembu Peteng mengangkat tangannya dan berkata"Gusti Wijaya, saya kebetulan menguasai ilmu sirep, biar saya dan Wirota yang akan menyirep mereka,.""Baiklah, n

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Penyerbuan Kedua

    Mereka bertahan di dalam hutan di pinggir desa Memeling sambil beristirahat dan memulihkan prajurit yang terluka. Para Puteri Keraton telah dititipkan kepada Kepala Desa Memeling yang masih setia kepada Singasari Wijaya sangat tidak sabar menanti kabar daritelik sandi yang dikirim ke kota. Hingga dua hari kemudian dia menerima kabar dari telik sandi yang datang ke hutan melaporkan situasi di Singasari."Gusti Wijaya, Jayakatwang telah memindahkan pusat pemerintahannya di Daha dan kabarnya Gusti Putri Gayatri dan para abdi dalemnya akan dipindahkan ke Daha..""Benar dugaanku, dia pasti akan memindahkan kerajaannya di Daha, kerajaan asal leluhurnya dulu.,"kata Wijaya."Lalu kapan dia akan memindahkan sandera di keputren?" Tanya Wijaya."Dua hari lagi mereka akan memindahkan para sandera yang masih tersisa.""Bagaimana menurut pendapat Paman Sora, apakah kita akan menyerang mereka lagi?""Kita akan kembali menyerang mereka sebelum mereka ke Daha. Masih ada waktu untuk bersiap. Semoga saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-07
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kerjasama Politik

    Wijaya sangat cemas dengan kondisi Gajah Pagon, dia sudah kehilangan banyak darah sehingga wajahnya tampak pucat."Kita tidak dapat bertahan dalam kondisi seperti ini. Pasukan kita sudah semakin berkurang. Kalau kita masih nekat berperang, anda tidak punya lagi pasukan. Lebih baik kita mundur untuk sementara sambil menyusun kekuatan," ujar Gajah Pagon."Gusti Wijaya, tidak ada jalan lain, kita harus mengajak seseorang yang memiliki fasilitas uang dan pasukan untuk bekerjasama menggulingkan Jayakatwang," kata Lembu Sora."Tapi siapa yang bisa kita ajak bekerjasama? Sekarang tak seorangpun yang berani menentang Jayakatwang. Para Pengangeng dan Nayaka Praja sudah pasti takut menentang Jayakatwang," tanya Wijaya.Lembu Sora tersenyum dan berkata"Ada satu orang yang bisa kita ajak bekerjasama."Wijaya tampak kaget dan bertanya lagi"Siapa dia?" Tanya Wijaya."Dia Aria Wiraraja, kakak ipar saya, dia bisa kita ajak bekerjasama," jawab Lembu Sora,Wijaya mengerutkan keningnya dan bertanya"T

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-07
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rajapati

    "Wijaya, kau sudah tidak dapat lari dari kami, sekarang lebih baik serahkan ketiga putreri keraton itu pada kami atau kami akan membunuh kalian semua!""Siapa kalian? Apakah kalian prajurit dari Daha atau Gelang-Gelang?" Tanya Lembu Sora."Ha ha ha ha kami bukan prajurit Daha ataupun Gelang-Gelang. Kami adalah orang-orang bebas, bekerja berdasarkan pesanan. Kalau kalian butuh orang untuk membunuh Jayakatwang kami bisa melakukannya asal ada imbalannya," kata salah satu dari mereka."Tidak usah berbelit-belit, siapa kalian sebenarnya?" Tanya Wijaya."Aku adalah Rajapati pemimpin gerombolan Pring Wulung, kami dibayar Jayakatwang untuk membantu pasukannya memberontak terhadap Singasari. Sekarang tugas terakhir kami adalah memburu kalian dan menumpas sisa-sisa pendukung wangsa Rajasa sampai musnah. Tidak ada lagi wangsa Rajasa di Jawa, dan wanita-wanita keturunan wangsa Rajasa akan kami jual sebagai wanita penghibur di rumah plesir. Ha ha ha ha!" Kata Rajapati sambil tertawa keras."Ndoro

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Jurang Penyelamat

    Saat itulah, sesuatu yang tak terduga terjadi, pedang Wirota berhasil menembus dada Rajapati. Matanya melotot memandang Wirota penuh dendam "Kau...darimana kau tahu kelemahan ku?" "Kesaktianmu kau peroleh dengan cara yang tak biasa, maka aku harus membunuhmu dengan cara yang tak biasa juga. Yaitu membunuh dengan tangan kiri!" Jawab Wirota. Setelah itu tubuh Rajapati ambruk ke tanah. Para anggota Pring Wulung lainnya terkejut ketika melihat pimpinannya ambruk. Mereka menatap Wirota dengan pandangan terkejut. Tiba-tiba terdengar aba-aba "Serbu!" Wirota terkejut para perampok itu tiba-tiba mengejarnya. Wirota berlari masuk ke dalam hutan, menyelamatkan diri. Dia tak ingin kembali ke pasukan induk. Karena jika dia kembali ke pasukan induk, Wijaya dan teman-temannya yang lain akan terancam bahaya. Bukan tidak mungkin mereka akan ditumpas habis oleh gerombolan liar yang dendam karena pimpinannya terbunuh. "Medang cepat lari!" Seru Wirota. "Tidak Wirota, pergilah sendiri!" Wirota te

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Ilmu Bunga Besi

    Tiba-tiba dari luar kamar terdengar suara merdu "Romo, apakah tamu kita sudah siuman? Aku mendengar kau berbicara dengan seseorang." Resi Triguna menoleh kepada Wirota "Dia Lipursari anakku, isteriku sudah meninggal tinggal kami berdua tinggal di sini." "Ya Nduk, dia sudah sadar, tolong buatkan racikan jamu Sambung Nyawa untuk tamu kita dan bawakan kain pembalut baru dan bubuk obat luka," perintah Resi Triguna. "Ngger, tunggu sebentar ya, aku buatkan racikan jamu untuk luka-lukamu setelah itu aku akan mengganti pembalut lukamu," ujar Resi Triguna sambil kembali meraih mangkok bubur dan menyuapi Wirota. Untuk sejenak ingatan Wirota melayang kembali saat pertama dia bertemu Jayendra dalam keadaan terluka. Jayendra dengan telaten merawat lukanya bahkan menyuapinya. Mendadak dia merindukan kehadiran Jayendra di sisinya. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki mendekat membuyarkan lamunan Wirota, seorang gadis cantik masuk ke kamar membawa nampan berisi secawan jamu, guci berisi ob

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Persyaratan Wiraraja

    Sementara Wirota di rawat oleh Resi Triguna dan putrinya, Wijaya dan sisa-sisa pengikutnya telah tiba dengan selamat di Madura. Setelah pertempuran di tepi hutan melawan orang-orang Pring Wulung, Wijaya dan sisa-sisa pengikutnya singgah di desa Kudadu. Mereka diterima dengan baik di rumah Macan Kuping Kepala Desa Kudadu yang ternyata masih setia kepada Prabu Kertanegara. Macan Kuping mempersilahkan mereka menginap di rumahnya dan memberi mereka makanan dan pakaian. Wijaya yang sangat mencemaskan luka di betis Gajah Pagon yang parah, akhirnya memasrahkan Gajah Pagon pada Macan Kuping untuk dirawat. Gajah Pagon ditinggal di desa Kudadu sedangkan Wijaya meneruskan perjalanannya ke Madura bersama pengikutnya. Macan Kuping bahkan memberikan bantuan berupa kapal untuk melakukan perjalanan ke Madura.Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku karena harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pasukan Daha, akhirnya sampailah mereka di Madura. Di sana Aria Wiraraja mene

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10

Bab terbaru

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

DMCA.com Protection Status