Share

Keputusannya!

Author: ikan kodok
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Part 4 (Keputusannya!)

"Cepat katakan, kamu pilih dia atau aku!" Aku menunjuk kearah wanita itu. Paling tidak suka jika Mas Iden mulai mengulur waktu. Tinggal bilang, bersamanya atau bersamaku.

Melihat Mas Iden diam ubun-ubunku makin panas.

"Jawab aku, Mas!"

"Pilih saja Sheri, Den, kalian sudah punya anak." Ibu menyahut, menatapku tak suka.

"Iya Mas, kita kan saling mencintai. Buat apa kamu pertahankan dia, hidup dalam kepalsuan itu melelahkan," tutur Sheri.

Aku menarik tangannya, lantas menampar pipinya lagi.

"Plak!"

Mas Iden terkejut, ia menyembunyikan Sheri di belakang punggungnya.

"Berani kamu tampar Sheri, Mauren! Kamu tampar sampai dua kali!" Ibu menatapku garang, sedangkan Mas Iden, matanya mendelik tajam.

"Baru dua kali, ribuan kali tanganku tak akan puas menamparnya."

"Cukup, Mauren. Kendalikan dirimu, Sheri tidak salah. Aku lah yang salah, aku yang datang padanya!"

"Apa katamu, Mas? Kalian berdua sama-sama salah. Dasar bajing*n."

Aku mendorong Mas Iden, pukulan keras dariku tidak membuatnya beranjak.

"Dosa apa Iden sampai nikah sama kamu, wanita bar-bar yang tidak punya sopan santun!" hardik Kak Meli.

Aku menatap mereka bergantian, hal yang tidak pernah terbesit dalam pikiran. Sialan, awas saja mereka. Akan kuberi mereka rasa sakit yang tidak ada obatnya.

"Kamu pilih dia kan Mas, mana kunci mobil. Berikan padaku?" Aku mengulurkan tangan. Kening Ibu mengernyit heran.

"Kunci mobil buat apa?"

"Aku sama Mas Iden punya janji pra nikah. Ibu bisa tanya langsung padanya."

Aku menyambar kunci mobil yang ada di meja, ini kunci mobil Mas Iden.

"Tolong beri aku waktu untuk berpikir," ucapnya.

"Mas,"

"Kita akan bercerai, aku yang akan mengurusnya nanti. jangan pulang ke rumah. Kamu bisa ambil barang-barangmu di teras rumah, aku akan mengemasinya!"

Aku berbalik badan, Kak Meli menahanku.

"Tidak bisa Mauren! Rumah itu punya Iden!"

"Kalian punya telinga kan, tanyakan pada Mas Ide. Baru menyerangku. Maaf, aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya,"

"Mauren!"

Aku mengangkat telapak tangan. Berjalan mendekati Mas Iden yang mematung.

"Plak!"

Tamparan keras kulayangkan dipipinya.

"Sudah cukup untuk sandiwara yang kamu lakukan, Mas. Pernikahan kita berakhir, jika suatu hari kamu menyesal. Ingat, aku tidak akan pernah menerimaku kembali." Aku mendorong tubuh Mas Iden, lalu mengambil dompetnya dari tangan Ibu.

"Kartu Atmmu kuambil, sesuai kesempatan kita. Yang selingkuh harus pergi dengan tangan kosong."

Kakiku berjalan mendekati Sheri. "Dan untukmu pelak*r, kamu menang memiliknya. Tapi aku, aku akan berusaha menghancurkan impianmu! Tunggu pembalasanku," bisikku tepat di telinga Sheri. Kurasakan ia tercengang, kedua netra-nya membulat.

Aku meninggalkan mereka, tidak kugubris teriak Ibu. Atau umpatan Kak Meli.

Aku keluar dari rumah ini.

Apa kalian pikir aku akan melepaskan kamu begitu saja, Mas. Aku akan mencari tahu siapa Sheri itu. Akan kupastikan kamu menyesali keputusanmu.

****

Aku masuk ke dalam mobil Mas Iden, Taksi yang tadi kupesan sudah pergi.

Segera aku menyalakan mesin mobil, Ibu keluar dari rumah.

"Keluar kamu Mauren! Dasar licik!"

"Mauren!"

Sedikit pun aku tidak menanggapi ucapan Ibu. Memilih melajukan mobil Mas Iden meninggalkan halaman depan rumah ini.

Dadaku rasanya di himpit batu besar, sesak terasa membelenggu jiwa. 10 bulan mereka menikah, dan aku tidak tahu apa-apa.

Aku memukul stir, berusaha fokus mengemudi.

Ya Tuhan, dia kembali pada masa lalunya.

Aku tidak keberatan, asal jangan biarkan aku hancur sendirian.

Aku menambah kecepatan mobil. Membiarkan ponsel yang ada di tasku terus berdering.

Selama ini kasih sayangnya itu palsu. Kelembutan, dan sikapnya itu hanya tipuan semata.

Tidak Mauren, ini bukan dirimu.

Jangan menangis, ayolah, harusnya pengkhianat itu yang tergugu pilu.

Setibanya di halaman depan, aku langsung masuk ke dalam rumah. Kukeluarkan semua pakaian Mas Iden dari dalam lemari. Lalu kumasukan ke dalam koper. Setelah semua beres, aku menurunkan koper tersebut.

Aku berjalan meninggalkan kamar, mengayun langkah cepat. Kulempar begitu saja koper Mas Iden di depan rumah. Jika ia datang nanti, dirinya tidak perlu masuk ke dalam. Aku pun tak ingin bicara apa pun padanya.

Ini semua belum berakhir Mas, akan kutujukan siapa diriku. Pelakor itu telah berhasil mengambilmu dariku. Tidak apa, dari pada memilikimu dan hidup dalam kepalsuan. Lebih baik aku kehilanganmu, dan memberimu pelajaran. Maaf, aku tidak mau hancur sendirian. Kalau aku hancur, kamu juga harus hancur, bagaimana pun caranya!

Related chapters

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Dianggap Apa Aku Selama Ini?

    Part 5 (Dianggap Apa Aku Selama Ini?)Kudengar suara gedoran pintu, kemudian di susul dengan suara teriak dari luar. "Mauren, keluar! Kita bicara baik-baik!"Begitu lah kalimat yang keluar dari mulutnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Mas Iden. Apa kurang jelas perkataanku saat singgah di rumah istri keduanya. Tok ...Tok ..."Mauren, Mas mohon keluar. Masalah ini bisa diselesaikan baik-baik. Jangan kekanak-kanakan." Aku memicingkan mata, apa katanya? Kekanak-kanakan. Coba dia yang diselingkuhi. Pasti kata-kata itu akan ditarik dari mulutnya. Sedikit pun aku tidak menanggapi. Memilih menyantap semangkuk mie instan yang baru selesai kubumbui. "Mauren, Mas tahu kamu ada di dalam. Ayolah keluar, apa susahnya sih bicara sebentar!"Kesekian kalinya Mas Iden berteriak. Apa tenggorakannya itu tidak kering, aku yang mendengarnya saja sudah jengah. "Mauren!"Kutarik napas dalam-dalam, kepalan tanganku makin kuat. Sialan!Bukannya dia sudah menjatuhkan pilihan. Dan memilih kembali pada

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   “Ma, Pa, Aku Pulang!”

    Part 6 (“Ma, Pa, Aku Pulang!”)****Aku menarik koperku sambil menjinjing tas. Memasukannya ke dalam bagasi mobil Mas Iden. "Tolong, kamu jual mobil suami saya. Kalau ada yang minat, suruh hubungi saya. Untuk sementara waktu saya pakai dulu mobilnya," ucapku pada Zany, dia orang kepercayaan Papa yang kusuruh datang ke rumah. Sejauh ini aku belum menceritakan masalah ini pada Papa. Masih ada beberapa langkah yang harus kuambil sebelum papa tahu jika pernikahan putrinya ada diujung tanduk. "Baik Bu,""Tolong kamu antarkan mobil saya pulang ke rumah Papa yah." Aku memberikan kunci mobilku pada Zany. Rencananya setelah dari pengadilan agama aku akan pulang ke rumah orang tuaku. Rumah ini akan kujual, hasilnya untuk modal usaha. "Siap Bu,""Kamu sudah sewa orang untuk jaga rumah ini?" Aku bertanya sambil menatap Zany, pria berambut gondrong itu menganggukkan kepala. "Sudah Bu, mereka sebentar lagi sampai.""Terima kasih yah, kalau begitu saja jalan duluan."Aku memegang pintu mobil. Na

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Meminta Tolong Zany!

    Part 7 (Meminta Tolong Zany!)"Zany kunci rumah sudah kamu ganti?" Aku bertanya pada Zany melalui sambungan telepon. "Sudah Bu, tadi ada sedikit masalah. Mertua Ibu datang kemari."Begitulah cerita dari Zany, bisa kusimpulkan. Keluarga Mas Iden sekarang sedang ketar-ketir."Apa yang Ibu mertua saya lakukan?""Mengamuk Bu, dia hampir memecahkan jendela rumah. Beruntung para tetangga dan Pak RT datang."Aku menghela napas, menutup tirai jendela. "Bodyguard yang kamu sewa belum datang?""Sudah Bu, sekarang mereka sedang berjaga.""Baguslah, kamu cepat antar mobil saya ke rumah Papa yah.""Siap Bu,""Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati di jalan, Zan,""Siap Bu."Setelah mendengar jawaban Zany aku memutuskan panggilan. Berjalan ke arah ranjang, dan merebahkan tubuhku di sana. Aku membuka aplikasi galeri, mencari foto Sheri yang sedang berpagutan dengan pria lain.Foto ini bisa kujadikan senjata. Bisa kugunakan sebagai alat untuk mencari bukti-bukti lain. Aku diam, bukan berarti aku

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Memiliki Keduanya?

    Part 8 (Memiliki Keduanya?)****Aku tidak menyangka kalau Mas Iden akan mendatangi kediaman Papa. Kendati demikian, kehadirannya di rumah ini membuat suasana menjadi tegang. Terlebih dia datang bukan sendirian, melainkan bersama Ibu dan saudara perempuannya."Ngapain kalian datang ke sini?" tanya Papa, sorot matanya tajam bak seperti pedang. Aku berdiri di ambang pintu, Mama dan Papa berusaha menghalangi Mas Iden masuk. "Kita ke sini mau ketemu, Mauren!" tutur Ibu mertuaku. "Buat apa? Sudah cukup kalian menyakiti putri saya?" murka Papa. "Aku minta maaf, Pa. Tolong biarkan aku bicara dengan Mauren!" Mas Iden memohon pada Papa. Memasang raut wajah memelas, dan ada sedikit penyesalan. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Pergi kalian dari rumah saya!""Om Dedi jahat banget, masih untung kita datang ke sini baik-baik! Mauren udah ambil mobil Iden, usir Iden dari rumahnya sendiri!" ketus Kak Meli."Omong kosong!""Kalian salah paham. Mauren saja yang berlebihan, anakmu itu tidak

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Rahasia Meli

    Part 9 (Rahasia Meli)**** "Terima kasih banyak, Pak," ucapanku pada Pak Ibrahim. Kami baru saja selesai berdiskusi. "Sama-sama, Bu, nanti jika ada berkas yang kurang. Saya akan langsung menghubungi Ibu," jawabnya. Aku menganggukkan kepala, memberikan senyuman tipis pada pria tampan yang ada di depanku ini. Kuperkirakan usianya sepantaran dengan Mas Iden. "Siap, Pak," "Kalau begitu saya pamit, Bu," "Hati-hati di jalan Pak." Kini giliran pria itu yang menganggukkan kepala. Ia lekas mengambil tas kerja miliknya di atas meja, lalu melangkah menjauh dariku. Setelah memastikan punggung itu menghilang dari penglihatanku. Diri ini kembali duduk. Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Beberapa kali suara deringan berasal dari benda pipih ini. [Paket sudah sampai pada tujuan. Bu Meli histeris saat membuka paket tersebut.] Aku mengerutkan kening, tanpa bisa kutahan lengkungan tipis tertarik di sudut bibir. [Rekam dan kirim videonya pada saya.] Aku membalas cepat pesan yang Hengki kir

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Kebakaran?

    Part 10 (Kebakaran?) **** POV Iden. Aku masih tidak menyangka, kalau Mauren akan tahu hubunganku dengan Sheri. Rahasia yang selama ini kusembunyikan darinya terbongkar sudah. Dan ini lah yang terjadi, pernikahan kami sekarang ada di ambang kehancuran. Kalau boleh jujur, aku tidak mau kehilangan Mauren, tapi aku juga tidak bisa melepas Sheri. Aku ingin memiliki keduanya. Andai Mauren mau berbaik hati menerima pernikahan keduaku ini. Mauren benar-benar egois. Selama ini aku sudah berusaha mencintainya, akan tetapi bayang-bayang Sheri terus menari dalam benak ini. Aku yang tidak tahan lagi, akhirnya kembali dalam dekapan masa lalu. Harusnya Mauren mengerti. Apa tidak bisa memaklumi kekhilafanku ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang? "Kembali lah pada masa lalumu. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku di sini baik-baik saja. Terkadang sudah memiliki pun belum tentu dicintai. Jika suatu hari kamu menyesal, ingat aku tidak pandai memungut sampah." Dengan susah payah aku menel

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Marah-marah Tidak jelas

    Part 11 (Marah-marah Tidak jelas) **** Taksi yang kutumpangi berhenti di lokasi kejadian. Tempat di mana toko milikku kebakaran. Buru-buru aku keluar dari taksi. Melihat si jago merah sudah melahap habis tokoku. "Shit, masalah apa lagi ini?" gerutuku. Keramaian mengisi tempat ini, suara kebisingan dari pemadam kebakaran mendominasi. Tersisa bangunan yang hendak roboh, dan asap yang mengepul di udara. Isinya? Jangan tanya lagi. Sudah pasti hangus. Aku terus memaki dalam hati, segera mencari Seno. "Kamu di mana sekarang?" Aku menelepon Seno lantaran tidak menemukannya. "Ada di belakang toko, Pak," jawabnya. Setelah itu panggilan telepon langsung terputus. Aku mempercepat langkah, urat-urat leherku menegang. Belum selesai masalahku dengan Mauren. Kini toko ini malah kebakaran. Sesampainya di belakang toko, aku mengedarkan pandangan, mencari Seno di sekeliling. "Seno." Suaraku yang lantang memanggil namanya. Sesaat, pria itu menoleh. "Pak Iden," gumamnya sambil menghampiriku.

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Paket Yang Dikirim Mauren

    Part 12 (Paket Yang Dikirim Mauren) **** POV Mauren. Diruang tamu aku dan Zany sedang berdiskusi. Ada banyak hal yang sedang kami bahas. Melupakan sejenak urusanku dengan Mas Iden. Tadi siang ia menghubungiku, bertanya kenapa aku berubah. Memang ada orang yang baik-baik saja setelah dikhianati. "Bagaimana kalau foto ini, Zan?" Aku menunjukan foto Sheri pada Zany, meminta pendapat pria tersebut. "Yang ini, Bu?" tanya Zany mengambil foto tersebut dari tanganku. Hari ini rencananya, aku akan membuat Iparku dan Sheri itu makan tidak kenyang, tidur tidak pulas. Biar mereka tahu rasa sakit yang kurasakan sekarang. "Iya Zan." "Apa tidak ada foto lain, Bu. Foto ini kurang panas menurut saya," tutur Zany menekan kata panas. Aku memicingkan mata mendengar jawaban Zany, lalu menggelengkan kepala. "Tidak ada foto lain, Zan. Menurut saya foto itu yang paling panas," sambungku. Aku menatap kembali deretan foto yang ada di meja, foto-foto tersebut kudapatkan dari Hengki dan juga Zany. Aku

Latest chapter

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Ending (Akhir Yang Bahagia)

    Ending (Akhir Yang Bahagia) Waktu terus berlalu, hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, dan seterusnya. Setelah menunggu hampir lebih dari tiga bulan. Perempuan itu akhirnya memantapkan diri menjatuhkan pilihan pada Andriansyah. Dan hari ini mereka akan melangsungkan pernikahan di salah satu hotel bintang lima. Mauren tidak bisa mendeskripsikan perasaannya. Ia senang sekaligus gugup. Hatinya berbunga-bunga, momen sakral yang dulu pernah ia rasakan kini terulang kembali, dan tentunya bersama dengan pria yang takut kehilangan dirinya. Selama menunggu masa Iddah selesai, Mauren dan Andriansyah semakin dekat. Mereka kian lengket. Siapa sangka, yang awalnya hanya menganggap layaknya adik-kakak. Kini mereka telah melangkah ke jenjang pernikahan. Status mereka berubah. Andriansyah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga dan menyayangi Mauren dengan segenap hati dan jiwanya. Bismillahirrahmanirrahim. "Saya nikahkan dan saya kawinnya engkau Andriansyah Nugroho dengan anak saya, M

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Restu Dan Kabar Kematian

    Part 38 (Restu Dan Kabar Kematian) "Andriansyah, apa benar kamu melamar putriku?" tanya Bram, pria itu melipat kedua tangannya sambil bersandar pada kursi. Ia memanggil Andriansyah ke ruangannya karena desakan dari sang istri. Pasalnya, sepulang dari apartemen Andriansyah, Mauren terus tersenyum. Putrinya itu terlihat sedang berbunga-bunga dan dimabuk asmara. Membuat hati Bram menghangat melihat Mauren perlahan bangkit dari keterpurukan. Meski putrinya harus tertatih dalam membuka hati dan berdamai dengan luka lamanya. Its okey, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing. "Benar, Pak." Bram memicingkan mata, ia menatap Andriansyah dengan tatapan tajam. Pria itu sudah siap mengajukan banyak pertanyaan pada calon menantunya. Mauren bilang ia nyaman, sementara Andriansyah sendiri sudah beberapa kali meminta putrinya untuk dijadikan pendamping hidup. Namun, Bram tetaplah Bram. Dia berkaca dari apa yang pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. "Kamu yakin dengan keputusanmu? Mengi

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Di atas Kebahagiaan Masih Ada Derita

    Part 37 (Di atas Kebahagiaan Masih Ada Derita) Mauren menelepon Venya, ia menceritakan masalahnya mulai dari A sampai Z. Termaksud kegelisahanya mendapati Andriansyah baru beberapa menit yang lalu melamarnya. "Jadi begitu Ma, aku bingung harus jawab apa?" Mauren menarik kursi, ia menunggu air mendidih. "Kamu nyaman tidak sama dia?" tanya Venya. Sesaat Mauren terdiam, perempuan itu menopang dagunya dengan tangan kanan. "Jujur sama Mama, kamu nyaman sama Andriansyah atau tidak?" Venya mengulang pertanyaan, Mauren mengangguk kecil. "Nyaman Ma." "Menurut kamu Andriansyah itu orangnya seperti apa?" Mauren merasa Venya seperti sedang mengintrogasinya sekarang. Memberi pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal. Apa coba maksud Mama bertanya seperti itu padaku? gerutu Mauren dalam hati. "Mauren," "Menurut pandanganku yah Ma, Andriansyah itu orangnya baik. Dia bertanggung jawab, terus pekerja keras. Dan aku lihat, dia setia kok orangnya," ungkap Mauren. Venya menahan senyum, ia men

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Isi Hati?

    Part 36 (Isi Hati?) Sore itu Mauren mengunjungi apartemen Andriansyah. Ia mengantar kue kering titipan Venya. Dan langsung syok mendapati Andriansyah sakit. Punggung tangan Mauren bergerak menyentuh kening Andriansyah. Seketika hawa panas bercampur dingin menyapa permukaan kulitnya. Dia demam? "Kakak demam, kita ke rumah sakit ya," usul Mauren. Andriansyah yang menggigil dibalik selimut menggelengkan kepala. Pria itu tak punya tenaga untuk sekadar bangun, tubuhnya benar-benar lemas. Belum lagi wajahnya yang pucat. Dan hawa panas menyerang tubuhnya secara tiba-tiba. "Kakak sudah minum obat?" tanya Mauren. Andriansyah menoleh, sekali lagi ia menggeleng lemah. Menggigit bibirnya sambil meringis. "Kenapa belum minum obat? Kakak sudah makan belum?" Berbagai pertanyaan Mauren lontarkan. Tidak ada jawaban membuat perempuan cantik itu kalut. Rasa khawatir datang membabi-buta, sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Apa mungkin Andriansyah sakit karena kehujanan, dan

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Karma Untuk Sheri?

    Part 35 (Karma Untuk Sheri?) Kini Andriansyah dan Meli telah dinyatakan resmi bercerai. Baru beberapa menit yang lalu hakim persidangan mengetuk palu, membuat ikatan diantara mereka terputus. Meli menangis, ia tidak sanggup lagi membendung kesedihannya. Ingin sekali Meli menahan Andriansyah. Tapi apa daya, lihatlah dirinya, ia bahkan harus duduk di kursi roda, tidak bisa bicara. Jangankan melontarkan sepatah dua patah, untuk bergerak saja Meli kesusahan. Kenapa Andriansyah pergi meninggalkannya? Kenapa ia tega mengakhiri hubungan mereka di saat kondisinya seperti ini? Kenapa. Kenapa dan kenapa? Andriansyah menoleh ke kiri, bertepatan dengan Meli yang masih memandangnya. Tatapan mereka bertaut, Meli ingin marah. Tapi kondisinya membuatnya kesulitan. Semesta seolah sedang menghukumnya, takdir macam apa yang sekarang ia jalani. Hakim persidangan bangkit setelah mengatakan sidang hari ini selesai. Menyisakan keheningan di antara mereka berdua. "Maaf Mel, semoga kamu bisa menerima

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?

    Part 34 (Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?) Malam itu Bu Sani mencoba menghubungi Andriansyah. Ia mendapatkan nomor Andriansyah dari Iden. Ia tidak tega melihat putrinya, sepanjang hari Meli menangisi pernikahannya yang ada di ujung tanduk. Sayang, kalimat maaf yang keluar dari mulut Bu Sani tidak mampu membuat menantunya luluh. Sidang perceraian mereka tetap akan dilangsungkan besok di pengadilan agama. Mau tak mau, Meli harus menerima kenyataan ini bahwa pernikahan mereka cukup sampai di sini. "Andriansyah Ibu mohon, jangan tinggalkan Meli. Kasihan dia, dia butuh kamu, Nak." Sambil berlinang air mata Bu Sani mengatakannya. Andriansyah berdiam diri, ia tidak menanggapi penuturan Bu Sani. Mertuanya itu tidak pernah mencoba memahami dirinya. Apa pun kesalahan Meli, di mata Bu sani tetaplah benar. Lagi pula untuk apa ia mempertahankan hubungannya dengan Meli, jika bukan Meli yang bertakhta di hatinya. "Tolong Andriansyah, Meli membutuhkanmu. Dia mencintaimu, maafkan putriku. S

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Dia Menalakku?

    Part 33 (Dia Menalakku?) Terhitung sudah tiga hari Meli berada di rumah sakit, kini perempuan itu sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Selama ia berada di sana, sekali pun Andriansyah tidak pernah datang menjenguknya, membuatnya kalut dan dihantui oleh rindu yang menggebu-gebu. "Pelan, pelan, Den," ucap Bu Sani. Iden menganggukkan kepala, dengan hati-hati pria itu mendudukan kakaknya di jok belakang. "Kakak jangan menangis lagi, apa pun yang terjadi. Ini lah yang terbaik." Iden mengusap bekas air mata di pipi Meli. Kakak perempuannya itu masih belum bisa menerima keputusan Andriansyah, masih ada secuil harapan Andriansyah akan datang kembali padanya. Memeluknya, dan mengatakan, kita akan mulai semuanya dari awal. "Kamu harus kuat Mel, Ibu akan rawat kamu sampai sembuh. Kamu bisa, Nak." Bu Sani menyahut, wanita itu lantas ikut masuk ke dalam mobil. Merangkul pundak putrinya. Ia bisa merasakan sakit yang putrinya rasakan. Ibu mana yang tidak terluka, mendapati anaknya seperti bosan

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Pemohonan Rujuk!

    Part 32 (Pemohonan Rujuk!) Andriansyah duduk menghadap Iden, posisi mereka hanya terhalang oleh meja berukuran sedang. "Ada apa, Iden?" tanya Andriansyah tanpa basa-basi. Tidak ada senyuman, tampangnya benar-benar dingin. Iden mengangkat kedua tangannya di atas meja. Gurat kelelahan terlihat jelas di wajahnya. Banyak beban yang kini Iden pikul, semenjak berpisah dengan Mauren ia kehilangan arah, kehilangan tempat bersandar. Parahnya ia harus menerima kenyataan kalau Sheri ternyata selingkuh dengan sahabatnya, dan Dea bukan putrinya. Belum lagi masalah kakaknya, dan Ibunya yang kini harus berbaring di rumah sakit. "Kenapa Abang ceraikan Kak Meli?" Andriansyah mendongak, ternyata benar dugaannya. Iden belum mengetahui alasannya mengunggat cerai Meli. Perempuan itu. Ujar Andriansyah gemas. "Apa Ibu dan Kakakmu tidak cerita?" Alih-alih akan menjawab, Andriansyah justru melemparinya dengan pertanyaan. Kening Iden mengernyit heran, ia menggeleng cepat. "Ibu tidak cerita apa-apa pada

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Menjilat Ludah?

    Part 31 (Menjilat Ludah?)[Bang, siang ini ada waktu luang tidak. Aku ingin mengajak Abang ketemuan?]Andriansyah berdiam diri beberapa saat, ia baru saja mendapatkan pesan dari adik iparnya yang mengajaknya bertemu. Iden menghubunginya melalui aplikasi berlogo biru. Dan hal itu membuatnya cukup terkejut. Sepertinya permasalahannya dengan Meli telah merambat kemana-mana. Atau bisa jadi, Meli tidak menceritakan kebenaran pada adiknya. "Ada apa Kak?"Andriansyah mendongak, pandangan matanya bertemu dengan mata Mauren yang teduh. "Ini mantan suamimu ngajak Kakak ketemuan."Mata Mauren memicing, ia mencondongkan tubuhnya sedikit. "Untuk apa?""Palingan juga bahas Meli.""Temui saja, selesaikan masalah ini baik-baik.""Adikku yang manis, kamu pengertian sekali."Dengan gemas Andriansyah mencubit pipi Mauren. Jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa ia selalu merasa nyaman saat berada di dekat mauren. "Kakak akan temui Iden, kamu temani ya?"Mauren mengangkat wajahnya, ia mengunyah ku

DMCA.com Protection Status