Share

Meminta Tolong Zany!

Author: ikan kodok
last update Last Updated: 2022-08-03 09:36:39

Part 7 (Meminta Tolong Zany!)

"Zany kunci rumah sudah kamu ganti?" Aku bertanya pada Zany melalui sambungan telepon.

"Sudah Bu, tadi ada sedikit masalah. Mertua Ibu datang kemari."

Begitulah cerita dari Zany, bisa kusimpulkan. Keluarga Mas Iden sekarang sedang ketar-ketir.

"Apa yang Ibu mertua saya lakukan?"

"Mengamuk Bu, dia hampir memecahkan jendela rumah. Beruntung para tetangga dan Pak RT datang."

Aku menghela napas, menutup tirai jendela.

"Bodyguard yang kamu sewa belum datang?"

"Sudah Bu, sekarang mereka sedang berjaga."

"Baguslah, kamu cepat antar mobil saya ke rumah Papa yah."

"Siap Bu,"

"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati di jalan, Zan,"

"Siap Bu."

Setelah mendengar jawaban Zany aku memutuskan panggilan. Berjalan ke arah ranjang, dan merebahkan tubuhku di sana.

Aku membuka aplikasi galeri, mencari foto Sheri yang sedang berpagutan dengan pria lain.

Foto ini bisa kujadikan senjata. Bisa kugunakan sebagai alat untuk mencari bukti-bukti lain.

Aku diam, bukan berarti aku kalah. Aku sedang menunggu hari yang bagus melempar bom pada kalian. Terutama padamu, Mas Iden.

Wanita yang kamu cintai ini tidak seperti ekspetasimu, Mas. Kamu terlalu tinggi bermimpi, setelah kedok wanita itu terbongkar. Apa masih bisa kamu tersenyum sumringah. Semoga saja tidak ada drama. Aku ingin kembali padamu, Mauren. Aku menyesal. Omong kosong.

Aku turun dari ranjang, mengeluarkan berkas-berkas penting yang ada di dalam koper.

Janji pra nikah sudah berhasil kuduplikatkan. Yang aslinya ada di tanganku, untuk sementara ini aku menggunakan salinannya untuk mengelabui mertua dan Iparku. Di mana yang palsu kuletakkan di lemari rumah. Aku yakin, Ibu dan Kak Meli pasti berpikir aku tak membawa berkas itu. Makanya mereka berusaha memasuki rumah.

Aku melirik ponselku yang berdering. Kak Meli?

Ada apa dia menghubungiku?

Aku mengabaikan panggilan dari Iparku tersebut. Memasukan berkas-berkas penting ke dalam lemari, lalu menguncinya.

"Mauren, apa Papa boleh masuk?" Aku menoleh, mendapati Papa sudah berdiri di ujung pintu kamarku.

"Masuk lah Pa,"

"Kamu sedang apa?"

"Menghibur diri," jawabku.

Papa tertawa, pria yang selalu menyayangiku itu duduk di tepian.

"Kamu sudah urus perceraian kamu dengan Iden?"

"Sudah Pa, itu suratnya." Aku menunjuk ke arah amplop cokelat yang ada di nakas, Papa melihatnya. Senyum yang semula mengembang kini luntur.

"Aku baik-baik saja. Aku percaya, saat kita melepas sesuatu, Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik." Aku menghampiri Papa, mendaratkan pantat ini disebelahnya.

"Papa mengajariku menjadi kuat, untuk itu Papa tidak boleh lemah. Ayolah Pa, jangan menangis. Papa ini seperti Mama saja, dikit-dikit menangis."

Aku meledek Papa, mengusap ujung matanya yang digenangi butiran bening.

"Apa yang bisa Papa lakukan untukmu, Mauren?"

"Support aku, jangan biarkan aku sendirian."

"Tentu Nak, apa perlu Papa hajar Iden?"

Aku menggelengkan kepala, ribuan pukulan tidak akan menyembuhkan luka ini. Aku ingin kehancuran Mas Iden, aku ingin melihatnya dan seluruh keluarganya itu menderita.

"Aku sudah menamparnya, Pa. Jejak tamparanku di pipinya belum hilang,"

"Maafkan Papa,"

"Ini bukan salah Papa, jadi Papa tidak perlu meminta maaf."

"Papa akan perketat keamanan rumah. Papa akan selalu jaga kamu, lindungi kamu. Tetap kuat yah Nak, kelak pasti akan ada pria yang takut kehilangan dirimu."

Aku membalas pelukan Papa, merasakan belain dipunggung.

"Terima kasih, Pa."

"Kamu bisa istirahat sekarang, ini sudah malam."

"Iya Pa,"

"Papa keluar yah."

Aku menganggukkan kepala, Papa bangkit, ia melangkah meninggalkan kamarku.

****

Aku mendengar suara deru mobil lekas keluar kamar. Sedikit berlari aku menuruni anak tangga. Lalu berjalan menuju pintu rumah.

"Zany."

Pria itu keluar dari mobilku. Ia menyeka peluh di keningnya.

"Maaf lama, Bu. Tapi ada Pak Iden yang menghadang saya di jalan."

Aku tertegun, mataku langsung menelisik Zany.

"Tapi kamu gak pa-pa kan?"

"Saya baik-baik saja Bu. Pak Iden sempat tanya sama saya, Ibu di mana sekarang?"

"Kamu jawab apa?"

"Saya tidak menjawab pertanyaan Pak Iden, Bu."

Aku menerima kunci mobil yang Zany ulurkan. Nampak ia merogoh saku celananya.

"Ini kunci rumah Ibu yang baru, dan ini yang lama," ujarnya sambil memberiku dua buah kunci.

"Makasih banyak Zan,"

"Sama-sama Bu,"

"Saya boleh minta tolong lagi?" tanyaku sambil menaikan sebelah alis.

"Minta tolong apa, Bu?"

"Kamu tolong carikan informasi tentang pria ini." Aku menyalakan ponsel, menunjukkan foto pria yang bersama Sheri pada Zany.

Pria itu membulatkan mata, ia menatapku dan foto ini bergantian.

"Gimana Zan? Kamu mau gak?"

"Tunggu Bu, sepertinya saya kenal perempuan ini?"

"Kamu kenal Zan?"

"Kenal Bu, dia Sheri kan?"

Kuanggukan kepala. Tak lama kemudian Zany menjelaskan tentang wanita ini. Aku tertawa dalam hati, bisa-bisanya Mas Iden kembali pada mantannya yang ternyata murahan itu.

"Kamu tolong carikan lebih banyak foto-foto mereka. Pose apa saja, pokoknya bisa bikin Mas Iden jantungan. Dan kamu carikan juga nomor Sheri."

"Baik Bu, nanti nomornya saya kirim ke Ibu."

"Kamu bisa pulang sekarang."

Aku tersenyum miring, Zany berpamitan padaku. Pria itu lekas masuk ke dalam mobilnya.

"Hati-hati Zany, tugasmu jangan lupa."

Setelah mobil itu menghilang dari pandanganku. Diri ini memutar badan menghadap pintu, lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Permainan akan segera dimulai Mas, aku akan membongkarnya setelah kita resmi bercerai.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
kok mandek, mana lanjutannya?!
goodnovel comment avatar
Yulitati Djalaluddin
bagus dan alur nya tidak berbelit belit...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Memiliki Keduanya?

    Part 8 (Memiliki Keduanya?)****Aku tidak menyangka kalau Mas Iden akan mendatangi kediaman Papa. Kendati demikian, kehadirannya di rumah ini membuat suasana menjadi tegang. Terlebih dia datang bukan sendirian, melainkan bersama Ibu dan saudara perempuannya."Ngapain kalian datang ke sini?" tanya Papa, sorot matanya tajam bak seperti pedang. Aku berdiri di ambang pintu, Mama dan Papa berusaha menghalangi Mas Iden masuk. "Kita ke sini mau ketemu, Mauren!" tutur Ibu mertuaku. "Buat apa? Sudah cukup kalian menyakiti putri saya?" murka Papa. "Aku minta maaf, Pa. Tolong biarkan aku bicara dengan Mauren!" Mas Iden memohon pada Papa. Memasang raut wajah memelas, dan ada sedikit penyesalan. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Pergi kalian dari rumah saya!""Om Dedi jahat banget, masih untung kita datang ke sini baik-baik! Mauren udah ambil mobil Iden, usir Iden dari rumahnya sendiri!" ketus Kak Meli."Omong kosong!""Kalian salah paham. Mauren saja yang berlebihan, anakmu itu tidak

    Last Updated : 2022-08-20
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Rahasia Meli

    Part 9 (Rahasia Meli)**** "Terima kasih banyak, Pak," ucapanku pada Pak Ibrahim. Kami baru saja selesai berdiskusi. "Sama-sama, Bu, nanti jika ada berkas yang kurang. Saya akan langsung menghubungi Ibu," jawabnya. Aku menganggukkan kepala, memberikan senyuman tipis pada pria tampan yang ada di depanku ini. Kuperkirakan usianya sepantaran dengan Mas Iden. "Siap, Pak," "Kalau begitu saya pamit, Bu," "Hati-hati di jalan Pak." Kini giliran pria itu yang menganggukkan kepala. Ia lekas mengambil tas kerja miliknya di atas meja, lalu melangkah menjauh dariku. Setelah memastikan punggung itu menghilang dari penglihatanku. Diri ini kembali duduk. Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Beberapa kali suara deringan berasal dari benda pipih ini. [Paket sudah sampai pada tujuan. Bu Meli histeris saat membuka paket tersebut.] Aku mengerutkan kening, tanpa bisa kutahan lengkungan tipis tertarik di sudut bibir. [Rekam dan kirim videonya pada saya.] Aku membalas cepat pesan yang Hengki kir

    Last Updated : 2022-08-21
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Kebakaran?

    Part 10 (Kebakaran?) **** POV Iden. Aku masih tidak menyangka, kalau Mauren akan tahu hubunganku dengan Sheri. Rahasia yang selama ini kusembunyikan darinya terbongkar sudah. Dan ini lah yang terjadi, pernikahan kami sekarang ada di ambang kehancuran. Kalau boleh jujur, aku tidak mau kehilangan Mauren, tapi aku juga tidak bisa melepas Sheri. Aku ingin memiliki keduanya. Andai Mauren mau berbaik hati menerima pernikahan keduaku ini. Mauren benar-benar egois. Selama ini aku sudah berusaha mencintainya, akan tetapi bayang-bayang Sheri terus menari dalam benak ini. Aku yang tidak tahan lagi, akhirnya kembali dalam dekapan masa lalu. Harusnya Mauren mengerti. Apa tidak bisa memaklumi kekhilafanku ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang? "Kembali lah pada masa lalumu. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku di sini baik-baik saja. Terkadang sudah memiliki pun belum tentu dicintai. Jika suatu hari kamu menyesal, ingat aku tidak pandai memungut sampah." Dengan susah payah aku menel

    Last Updated : 2022-08-21
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Marah-marah Tidak jelas

    Part 11 (Marah-marah Tidak jelas) **** Taksi yang kutumpangi berhenti di lokasi kejadian. Tempat di mana toko milikku kebakaran. Buru-buru aku keluar dari taksi. Melihat si jago merah sudah melahap habis tokoku. "Shit, masalah apa lagi ini?" gerutuku. Keramaian mengisi tempat ini, suara kebisingan dari pemadam kebakaran mendominasi. Tersisa bangunan yang hendak roboh, dan asap yang mengepul di udara. Isinya? Jangan tanya lagi. Sudah pasti hangus. Aku terus memaki dalam hati, segera mencari Seno. "Kamu di mana sekarang?" Aku menelepon Seno lantaran tidak menemukannya. "Ada di belakang toko, Pak," jawabnya. Setelah itu panggilan telepon langsung terputus. Aku mempercepat langkah, urat-urat leherku menegang. Belum selesai masalahku dengan Mauren. Kini toko ini malah kebakaran. Sesampainya di belakang toko, aku mengedarkan pandangan, mencari Seno di sekeliling. "Seno." Suaraku yang lantang memanggil namanya. Sesaat, pria itu menoleh. "Pak Iden," gumamnya sambil menghampiriku.

    Last Updated : 2022-08-21
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Paket Yang Dikirim Mauren

    Part 12 (Paket Yang Dikirim Mauren) **** POV Mauren. Diruang tamu aku dan Zany sedang berdiskusi. Ada banyak hal yang sedang kami bahas. Melupakan sejenak urusanku dengan Mas Iden. Tadi siang ia menghubungiku, bertanya kenapa aku berubah. Memang ada orang yang baik-baik saja setelah dikhianati. "Bagaimana kalau foto ini, Zan?" Aku menunjukan foto Sheri pada Zany, meminta pendapat pria tersebut. "Yang ini, Bu?" tanya Zany mengambil foto tersebut dari tanganku. Hari ini rencananya, aku akan membuat Iparku dan Sheri itu makan tidak kenyang, tidur tidak pulas. Biar mereka tahu rasa sakit yang kurasakan sekarang. "Iya Zan." "Apa tidak ada foto lain, Bu. Foto ini kurang panas menurut saya," tutur Zany menekan kata panas. Aku memicingkan mata mendengar jawaban Zany, lalu menggelengkan kepala. "Tidak ada foto lain, Zan. Menurut saya foto itu yang paling panas," sambungku. Aku menatap kembali deretan foto yang ada di meja, foto-foto tersebut kudapatkan dari Hengki dan juga Zany. Aku

    Last Updated : 2022-08-22
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Paniklah!

    Part 13 (Paniklah!) **** "Bagaimana ini? Aku takut Mas Andriansyah akan tahu semuanya. Aku tidak mau hamil," lirih Meli pelan. Ia memeluk guling sambil menggelengkan kepala. Menurutnya, hamil hanya akan membuat tubuhnya jelek, tidak lagi seksi, dan lain sebagainya. "Kalau rahasiaku diketahui Mas Andriansyah. Aku pasti akan langsung diceraikan. Dan aku akan jadi janda." Meli bangun, lantas bersandar pada ranjang. Kepalanya berdenyut. Ia panik saat rahasia yang ia tutupi dari orang lain diketahui seseorang. Meli menatap ponselnya, layar benda pipih miliknya rentak. Beruntung ponsel tersebut masih bisa menyala. Ada beberapa notifikasi dari suaminya tertera di sana. [Meli, Mas hari ini pulang. Mas akan jemput kamu.] [Sayang, kamu sudah makan?] [Mas belikan kamu oleh-oleh. Kamu pasti suka.] Dan masih banyak lagi deretan pesan yang Andriansyah kirim. Meli bergeming, ia menatap memori card yang dikirim seseorang untuknya. Kira-kira siapa pelakunya, dari mana orang itu tahu rahasiany

    Last Updated : 2022-08-23
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Andriansyah Mulai Curiga?

    Part 14 (Andriansyah Mulai Curiga?) ***** Malam harinya. Iden tidak bisa tidur, ia terus memikirkan Mauren. Ada saja perhatian Mauren yang membekas di ingatannya. Ia tidak pernah segelisah ini. Mauren tidak berarti apa-apa baginya. Namun semua itu berubah saat mereka berjauhan. Entahlah, Iden seakan sedang dilanda kerinduan yang mendalam. "Ada apa denganku?" Iden bertanya sambil menatap langit-langit kamar. Ia melirik ke kiri, melihat istrinya, Sheri tidur sambil memeluk Dea, putri kecilnya. "Kalau aku dan Mauren resmi bercerai? Apa Sheri bisa mengurusku seperti yang Mauren lakukan?" tanyanya lagi. Iden bangun, bersandar pada kepala ranjang. Kepalanya nyut-nyutan. Belum lagi pikirannya berkeliaran, di pandangnya Dea sekali lagi. "Aku mencintai Sheri, tapi aku tidak bisa kehilangan Mauren! Ahh, aku ini sebenarnya kenapa?" Kesal, Iden menarik rambutnya kasar. Ia dibuat bingung akan perasaanya. Apalagi sekarang, masalah datang bertubi-tubi menghampirinya. Badai yang sebelumnya ta

    Last Updated : 2022-08-24
  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Bertemu Denganmu?

    Part 15 (Bertemu Denganmu?)**** Keesokan paginya, Iden mendapatkan pesan dari Mauren. Hal sekecil itu membuat lengkungan tipis di sudut bibirnya terukir. Ia seperti orang yang mendapat undian berupa mobil. [Mas, kita bisa ketemu hari ini?] Begitulah kira-kira pesan yang Mauren kirim. Iden terlonjak, ia segera mengirim pesan balasan. Tidak bisa menyembunyikan raut kebahagiaannya. Aneh, dia yang tidak cinta, dia pula yang menahan rindu yang menyesakkan dada. Apa ini yang orang bilang, cinta datang terlambat. Ah, semoga ini bukan cinta. [Bisa.] Cukup lama Iden menunggu balasan dari Mauren. Ia menyeruput kopi sambil mengusap punggung si kecil yang ada di pangkuannya. Ting! [Di rumah kita, bawa anak kamu. Aku pengen kenalan. Cuma kita bertiga, jangan bawa siapa-siapa lagi selain putrimu.] Iden tersentak, ia memicingkan matanya. [Maksudnya, aku cuman boleh bawa Dea?] [Iya. Kalau kamu gak mau juga nggak pa-pa.] [Bukan begitu, Mas akan pulang ke rumah kita.] [Oke.] Balas Mauren c

    Last Updated : 2022-08-25

Latest chapter

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Ending (Akhir Yang Bahagia)

    Ending (Akhir Yang Bahagia) Waktu terus berlalu, hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, dan seterusnya. Setelah menunggu hampir lebih dari tiga bulan. Perempuan itu akhirnya memantapkan diri menjatuhkan pilihan pada Andriansyah. Dan hari ini mereka akan melangsungkan pernikahan di salah satu hotel bintang lima. Mauren tidak bisa mendeskripsikan perasaannya. Ia senang sekaligus gugup. Hatinya berbunga-bunga, momen sakral yang dulu pernah ia rasakan kini terulang kembali, dan tentunya bersama dengan pria yang takut kehilangan dirinya. Selama menunggu masa Iddah selesai, Mauren dan Andriansyah semakin dekat. Mereka kian lengket. Siapa sangka, yang awalnya hanya menganggap layaknya adik-kakak. Kini mereka telah melangkah ke jenjang pernikahan. Status mereka berubah. Andriansyah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga dan menyayangi Mauren dengan segenap hati dan jiwanya. Bismillahirrahmanirrahim. "Saya nikahkan dan saya kawinnya engkau Andriansyah Nugroho dengan anak saya, M

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Restu Dan Kabar Kematian

    Part 38 (Restu Dan Kabar Kematian) "Andriansyah, apa benar kamu melamar putriku?" tanya Bram, pria itu melipat kedua tangannya sambil bersandar pada kursi. Ia memanggil Andriansyah ke ruangannya karena desakan dari sang istri. Pasalnya, sepulang dari apartemen Andriansyah, Mauren terus tersenyum. Putrinya itu terlihat sedang berbunga-bunga dan dimabuk asmara. Membuat hati Bram menghangat melihat Mauren perlahan bangkit dari keterpurukan. Meski putrinya harus tertatih dalam membuka hati dan berdamai dengan luka lamanya. Its okey, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing. "Benar, Pak." Bram memicingkan mata, ia menatap Andriansyah dengan tatapan tajam. Pria itu sudah siap mengajukan banyak pertanyaan pada calon menantunya. Mauren bilang ia nyaman, sementara Andriansyah sendiri sudah beberapa kali meminta putrinya untuk dijadikan pendamping hidup. Namun, Bram tetaplah Bram. Dia berkaca dari apa yang pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. "Kamu yakin dengan keputusanmu? Mengi

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Di atas Kebahagiaan Masih Ada Derita

    Part 37 (Di atas Kebahagiaan Masih Ada Derita) Mauren menelepon Venya, ia menceritakan masalahnya mulai dari A sampai Z. Termaksud kegelisahanya mendapati Andriansyah baru beberapa menit yang lalu melamarnya. "Jadi begitu Ma, aku bingung harus jawab apa?" Mauren menarik kursi, ia menunggu air mendidih. "Kamu nyaman tidak sama dia?" tanya Venya. Sesaat Mauren terdiam, perempuan itu menopang dagunya dengan tangan kanan. "Jujur sama Mama, kamu nyaman sama Andriansyah atau tidak?" Venya mengulang pertanyaan, Mauren mengangguk kecil. "Nyaman Ma." "Menurut kamu Andriansyah itu orangnya seperti apa?" Mauren merasa Venya seperti sedang mengintrogasinya sekarang. Memberi pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal. Apa coba maksud Mama bertanya seperti itu padaku? gerutu Mauren dalam hati. "Mauren," "Menurut pandanganku yah Ma, Andriansyah itu orangnya baik. Dia bertanggung jawab, terus pekerja keras. Dan aku lihat, dia setia kok orangnya," ungkap Mauren. Venya menahan senyum, ia men

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Isi Hati?

    Part 36 (Isi Hati?) Sore itu Mauren mengunjungi apartemen Andriansyah. Ia mengantar kue kering titipan Venya. Dan langsung syok mendapati Andriansyah sakit. Punggung tangan Mauren bergerak menyentuh kening Andriansyah. Seketika hawa panas bercampur dingin menyapa permukaan kulitnya. Dia demam? "Kakak demam, kita ke rumah sakit ya," usul Mauren. Andriansyah yang menggigil dibalik selimut menggelengkan kepala. Pria itu tak punya tenaga untuk sekadar bangun, tubuhnya benar-benar lemas. Belum lagi wajahnya yang pucat. Dan hawa panas menyerang tubuhnya secara tiba-tiba. "Kakak sudah minum obat?" tanya Mauren. Andriansyah menoleh, sekali lagi ia menggeleng lemah. Menggigit bibirnya sambil meringis. "Kenapa belum minum obat? Kakak sudah makan belum?" Berbagai pertanyaan Mauren lontarkan. Tidak ada jawaban membuat perempuan cantik itu kalut. Rasa khawatir datang membabi-buta, sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Apa mungkin Andriansyah sakit karena kehujanan, dan

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Karma Untuk Sheri?

    Part 35 (Karma Untuk Sheri?) Kini Andriansyah dan Meli telah dinyatakan resmi bercerai. Baru beberapa menit yang lalu hakim persidangan mengetuk palu, membuat ikatan diantara mereka terputus. Meli menangis, ia tidak sanggup lagi membendung kesedihannya. Ingin sekali Meli menahan Andriansyah. Tapi apa daya, lihatlah dirinya, ia bahkan harus duduk di kursi roda, tidak bisa bicara. Jangankan melontarkan sepatah dua patah, untuk bergerak saja Meli kesusahan. Kenapa Andriansyah pergi meninggalkannya? Kenapa ia tega mengakhiri hubungan mereka di saat kondisinya seperti ini? Kenapa. Kenapa dan kenapa? Andriansyah menoleh ke kiri, bertepatan dengan Meli yang masih memandangnya. Tatapan mereka bertaut, Meli ingin marah. Tapi kondisinya membuatnya kesulitan. Semesta seolah sedang menghukumnya, takdir macam apa yang sekarang ia jalani. Hakim persidangan bangkit setelah mengatakan sidang hari ini selesai. Menyisakan keheningan di antara mereka berdua. "Maaf Mel, semoga kamu bisa menerima

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?

    Part 34 (Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?) Malam itu Bu Sani mencoba menghubungi Andriansyah. Ia mendapatkan nomor Andriansyah dari Iden. Ia tidak tega melihat putrinya, sepanjang hari Meli menangisi pernikahannya yang ada di ujung tanduk. Sayang, kalimat maaf yang keluar dari mulut Bu Sani tidak mampu membuat menantunya luluh. Sidang perceraian mereka tetap akan dilangsungkan besok di pengadilan agama. Mau tak mau, Meli harus menerima kenyataan ini bahwa pernikahan mereka cukup sampai di sini. "Andriansyah Ibu mohon, jangan tinggalkan Meli. Kasihan dia, dia butuh kamu, Nak." Sambil berlinang air mata Bu Sani mengatakannya. Andriansyah berdiam diri, ia tidak menanggapi penuturan Bu Sani. Mertuanya itu tidak pernah mencoba memahami dirinya. Apa pun kesalahan Meli, di mata Bu sani tetaplah benar. Lagi pula untuk apa ia mempertahankan hubungannya dengan Meli, jika bukan Meli yang bertakhta di hatinya. "Tolong Andriansyah, Meli membutuhkanmu. Dia mencintaimu, maafkan putriku. S

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Dia Menalakku?

    Part 33 (Dia Menalakku?) Terhitung sudah tiga hari Meli berada di rumah sakit, kini perempuan itu sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Selama ia berada di sana, sekali pun Andriansyah tidak pernah datang menjenguknya, membuatnya kalut dan dihantui oleh rindu yang menggebu-gebu. "Pelan, pelan, Den," ucap Bu Sani. Iden menganggukkan kepala, dengan hati-hati pria itu mendudukan kakaknya di jok belakang. "Kakak jangan menangis lagi, apa pun yang terjadi. Ini lah yang terbaik." Iden mengusap bekas air mata di pipi Meli. Kakak perempuannya itu masih belum bisa menerima keputusan Andriansyah, masih ada secuil harapan Andriansyah akan datang kembali padanya. Memeluknya, dan mengatakan, kita akan mulai semuanya dari awal. "Kamu harus kuat Mel, Ibu akan rawat kamu sampai sembuh. Kamu bisa, Nak." Bu Sani menyahut, wanita itu lantas ikut masuk ke dalam mobil. Merangkul pundak putrinya. Ia bisa merasakan sakit yang putrinya rasakan. Ibu mana yang tidak terluka, mendapati anaknya seperti bosan

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Pemohonan Rujuk!

    Part 32 (Pemohonan Rujuk!) Andriansyah duduk menghadap Iden, posisi mereka hanya terhalang oleh meja berukuran sedang. "Ada apa, Iden?" tanya Andriansyah tanpa basa-basi. Tidak ada senyuman, tampangnya benar-benar dingin. Iden mengangkat kedua tangannya di atas meja. Gurat kelelahan terlihat jelas di wajahnya. Banyak beban yang kini Iden pikul, semenjak berpisah dengan Mauren ia kehilangan arah, kehilangan tempat bersandar. Parahnya ia harus menerima kenyataan kalau Sheri ternyata selingkuh dengan sahabatnya, dan Dea bukan putrinya. Belum lagi masalah kakaknya, dan Ibunya yang kini harus berbaring di rumah sakit. "Kenapa Abang ceraikan Kak Meli?" Andriansyah mendongak, ternyata benar dugaannya. Iden belum mengetahui alasannya mengunggat cerai Meli. Perempuan itu. Ujar Andriansyah gemas. "Apa Ibu dan Kakakmu tidak cerita?" Alih-alih akan menjawab, Andriansyah justru melemparinya dengan pertanyaan. Kening Iden mengernyit heran, ia menggeleng cepat. "Ibu tidak cerita apa-apa pada

  • KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG   Menjilat Ludah?

    Part 31 (Menjilat Ludah?)[Bang, siang ini ada waktu luang tidak. Aku ingin mengajak Abang ketemuan?]Andriansyah berdiam diri beberapa saat, ia baru saja mendapatkan pesan dari adik iparnya yang mengajaknya bertemu. Iden menghubunginya melalui aplikasi berlogo biru. Dan hal itu membuatnya cukup terkejut. Sepertinya permasalahannya dengan Meli telah merambat kemana-mana. Atau bisa jadi, Meli tidak menceritakan kebenaran pada adiknya. "Ada apa Kak?"Andriansyah mendongak, pandangan matanya bertemu dengan mata Mauren yang teduh. "Ini mantan suamimu ngajak Kakak ketemuan."Mata Mauren memicing, ia mencondongkan tubuhnya sedikit. "Untuk apa?""Palingan juga bahas Meli.""Temui saja, selesaikan masalah ini baik-baik.""Adikku yang manis, kamu pengertian sekali."Dengan gemas Andriansyah mencubit pipi Mauren. Jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa ia selalu merasa nyaman saat berada di dekat mauren. "Kakak akan temui Iden, kamu temani ya?"Mauren mengangkat wajahnya, ia mengunyah ku

DMCA.com Protection Status