Ada yang mengatakan bahwa feeling seorang ibu kepada anaknya sangat kuat. Meski terpisah jarak bermil-mil jauhnya, akan selalu ada firasat yang dirasakan ketika seorang anak merindukan atau memikirkan ibunya.
Seperti ikatan Elvina dan Neira. Mereka seolah sama-sama merasakan rindu sehingga berlomba untuk mengetahui kabar masing-masing.
Sebelumnya Neira yang berniat untuk menelepon Elvina. Tapi, saat baru ingin mendial nomor mamanya, wanita itu sudah lebih dulu melakukan panggilan video call.
Dengan senyum mengembang Neira menyapa Elvina dari balik layar ponsel. "Halo, Ma."
Tak berbeda jauh dengan Neira, Elvina pun nampak tersenyum bahagia. "Halo, Sayang. Apa kabar? Bagaimana hari pertamamu di rumah baru, hem?"
Neira yang awalnya duduk di sofa depan televisi, berdiri lalu berjalan menuju balkon. Cuaca cerah pagi ini sangat pas dinikmati dengan jus buah atau es krim. Tapi Neira terlalu malas untuk turun membuat jus atau membeli es krim.
"Harus
Senin kembali menyapa, rasanya satu hari libur di Minggu kemarin belumlah cukup untuk mengistirahatkan pikiran dari rumitnya pelajaran.Hal yang dirasakan Wawa ini justru berbanding terbalik dengan Neira yang begitu semangat menantikan pelajaran pertama usai mengikuti upacara bendera yang setiap hari Senin dilaksanakan oleh Pelita Husada.Bagaimana antusiasnya gadis itu dalam menata buku pelajaran matematika di atas meja sembari menunggu Pak Wahyu masuk kelas, lebih dari cukup menjelaskan bahwa Neira memang hobi belajar.Jika Neira sibuk pada bukunya, Wawa justru sedang menenggak habis air pada botol keduanya."Nei, Lo ada bawa air gak? Gue masih haus nih." Wawa memasukkan kedua botol air minum yang sudah kosong itu ke dalam laci meja tanpa repot-repot harus membuangnya di tempat sampah."Dua botol masih belum cukup?" tanya Neira heran sekaligus takjub. Bisa-bisa gadis itu akan merasakan kembung pada perutnya jika mengonsumsi banyak air.Tap
Hasil rapat OSIS sudah keluar. Untuk perayaan ulang tahun SMA Pelita Husada yang ke dua puluh lima tahun, semua sepakat untuk mengadakan lomba kebersihan dan keindahan kelas.Tidak hanya lomba, untuk membuat perayaan itu lebih meriah akan ada pesta topeng di malam hari. Sedangkan di pagi hari ada persembahan dari masing-masing kelas berupa akustik atau menyanyi solo.Karena acaranya tinggal setengah bulan lagi, semua kelas harus mulai bersiap. Tak terkecuali kelas dua belas IPA 3.Sebelumnya, Ibu Rika selaku wali kelas IPA 3 sudah menghimbau agar tidak ada yang meninggalkan kelas saat bel pulang berbunyi. Hal itu diharapkan karena ia akan memberikan arahan apa saja yang perlu mereka lakukan.Ibu Rika sudah berdiri di depan kelas seperti ketika mengajar. Namun tentu saja kali ini bukan itu yang dilakukannya, melainkan ia sedang memimpin rapat kelas."Dengar anak-anak. Kalian pasti sudah tau kan, perayaan anniversary Pelita Husada tahun ini akan diad
Di suatu siang, Neira sedang mengerjakan tugas sekolah di kamar. Hanya dia sendiri tanpa Atlan. Semua seperti sudah diatur. Ketika Atlan ada di kamar maka Neira yang berada di luar. Entah di dapur, entah di halaman samping, atau di balkon. Dan saat Neira yang mendapat kesempatan berada di kamar, maka giliran Atlan yang keluar. Tetapi hanya ada satu tempat yang menjadi favorit cowok itu belakangan ini, yakni ruang keluarga.Mereka hampir tidak pernah menghabiskan waktu berdua di kamar. Kecuali jika ingin tidur dan bangun di pagi hari. Meski tanpa membuat kesepakatan, kebiasaan ini seolah memberi waktu sendiri kepada diri mereka masing-masing.Namun, tetap saja untuk beberapa hal mereka tidak bisa menghindari pertemuan. Seperti saat ini, ketika Atlan sengaja menemui Neira yang masih berada di kamar.Usai membuka pintu, Atlan hanya mencondongkan badannya tanpa repot-repot untuk masuk. "Lo udah selesai belum?" tanyanya.Neira yang tidak mengetahui bahwa Atlan
Hari Kamis kali ini menjadi begitu berat bagi kelas dua belas IPA 1 yang baru saja selesai melaksanakan ulangan harian matematika. Pelajaran yang hampir membuat kepada Aydin pecah karena tidak berhasil menjawab satupun soal dengan benar, mengingat ia hanya mengandalkan insting.Jika Aydin frustasi karena sebentar lagi remedial menanti, Atlan justru terlihat biasa saja seolah ulangan tadi adalah tugas latihan.Aydin sudah gusar sejak Pak Wahyu keluar dari kelas mereka. Dan sekarang cowok itu mulai mengoceh tidak jelas. "Kalo kayak gini terus, kapan gue pinter."Atlan yang duduk di sampingnya mencibir. "Lo emang gak bakalan pinter kalau ulangan tanpa persiapan. Belajar, Udin."Mata elang Aydin menatap tajam ke arah Atlan. "Lo mau tukeran otak sama gue? Lo mah gampang ngomong kayak gitu, secara siswa peraih juara umum. Lah, gue?"Kali ini Atlan tertawa. "Tuhan itu ciptaan otak setiap manusia sama. Isinya doang yang beda."Mungkin Aydin tidak ta
Meski Atlan sudah mengiriminya pesan, tapi Neira tetap tidak bisa pulang bersama cowok itu.Setelah sekolah bubar, kelas dua belas IPA 3 kembali mengadakan pertemuan untuk membahas masalah lomba yang Pelita Husada adakan spesial perayaan anniversary sekolah itu yang ke dua puluh lima tahun dua Minggu lagi.Bedanya, jika kemarin mereka mendiskusikan tema untuk dekorasi kelas, hari ini mereka mulai membahas bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk dekorasinya.Akhirnya setelah Neira menyampaikan ide tema untuk kelas mereka, semua teman-temannya langsung setuju. Bahkan disambut baik oleh Ibu Rika.Tema yang Neira usulkan adalah pohon kebersamaan. Di mana nanti pada dinding belakang kelas yang awalnya polos akan digambar sebuah pohon bercabang. Setiap cabangnya nanti akan ditempeli foto masing-masing siswa-siswi dua belas IPA 3 sebagai pengganti daun.Kenapa harus pohon, Neira tentu memiliki penjelasan untuk itu. Neira menganggap bahwa pohon ada
Neira hampir lelah berdiri di atas kakinya. Beberapa menit yang lalu ia melihat Maher, Wawa, dan Dwi sudah meninggal toko itu, tapi setelah lima belas menit berlalu Atlan belum juga datang menjemputnya.Kesabarannya hampir habis, dan ia sudah berniat untuk menghubungi Atlan di saat yang bersamaan sebuah suara klakson mobil dari arah belakang membuatnya terkejut. Melihat pemilik mobil itu adalah Atlan, Neira akhirnya bisa bernapas lega."Mau terus di situ atau masuk?" Atlan berteriak tanpa keluar dari mobil.Tentu saja masuk. Neira tidak mungkin terus menjemur dirinya di bawah sinar matahari yang sudah membuat kulitnya memerah."Padahal jalanan ini deket dari rumah. Tapi, kok lama banget sampainya." Neira memang sudah merencanakan untuk mengomeli Atlan saat cowok itu datang."Sebenarnya, tadi gue masih di sekolah pas Lo chat," ujar Atlan tanpa beban.Jawaban Atlan membuat Neira menganga. "Terus kenapa Lo bilangnya udah di rumah. Tau gitu gue
Sama seperti di kelas IPA 3, di mana semua orang sibuk mendekor kelas mereka. Di kelas dua belas IPA 1 pun demikian. Tapi, jika Neira terlihat sebagai orang yang paling sibuk diantara yang lain, Atlan justru kebalikannya.Mungkin Atlan adalah siswa terpintar di Pelita Husada. Bukan hanya dibidang akademik tapi juga non akademik.Menjadi siswa peraih juara umum satu sejurusan IPA, dan jabatannya sebagai kapten futsal tentu memberikan pengaruh yang cukup besar untuk Atlan.Jika saja Pelita Husada adalah hotel, mungkin Atlan adalah tamu VVIP-nya. Yang bisa mengakses apa saja dengan mudah di tempat itu.Kepopuleran yang sudah dikantongi Atlan, tentu membuat cowok itu dengan mudah menjadi ketua OSIS, atau hal yang paling sederhana menjadi ketua kelas.Tapi, Atlan bukanlah cowok yang gila jabatan. Apalagi mendapatkan jabatan itu dengan mengandalkan tampan, kepopuleran, serta kekayaan orang tuanya. Bukan karena keahliannya dalam menjadi pemimpin.A
Neira baru saja selesai makan siang di kantin bersama Wawa. Mulai kemarin mereka berdua tidak langsung pulang ke rumah setelah menerima pelajaran, tapi tinggal di sekolah sampai sore untuk melanjutkan pekerjaan mendekor kelas.Tentu bukan hanya mereka berdua, tapi hampir semua teman satu kelas mereka juga tinggal, bahkan dari kelas lain pun begitu.Di kantin mereka makan bakso, yang satu mangkuknya sudah cukup membuat perut kenyang. Tapi meski begitu, Wawa tetap tidak kembali dengan tangan kosong. Gadis itu lebih dulu memborong beberapa camilan dan minuman untuk ia makan di kelas."Habis ini jangan lupa nimbang yah, Wa," kata Neira berniat menggoda Wawa. Melihat bagaimana banyaknya porsi makanan gadis itu, ia khawatir dengan berat badan sang sahabat."Aman. Tenang aja. Gue ini kan termasuk orang MBTK.""Apa itu MBTK," tanya Neira tidak paham."Makan Banyak Tetap Kurus."Mereka berdua tergelak. Merasa lucu dengan istilah yang dibuat Wa
Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya
Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s
Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t
Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka