Share

BAB >< 006

Author: fhyfhyts_
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dari sekian banyak hobi, untuk ukuran seorang remaja yang hidup di jaman milenial, bermain bola mungkin akan menjadi pilihan terakhir. Ketika sekarang, dunia sudah mulai bergantung pada digital terutama ponsel.

Sebut saja Tiktok. Aplikasi yang hampir dimiliki setiap orang di ponsel mereka. Segala hal bisa ditemukan di sana. Mulai dari sekedar berjoget, turorial memasak, atau menjual barang dagangan.

Atau kalau mau bermain game. Banyak jenis game online yang bisa dimainkan di ponsel. Free Fire, PUBG, atau Mobile Legend sudah mulai dimainkan anak usia lima tahun.

Tapi, untuk seorang Keanu Atlan Bumi, hobi yang selalu ia senangi sejak kecil hingga berusia tujuh belas tahun tidak pernah berubah, yaitu bermain bola. Dengan cita-cita serupa, yaitu menjadi pemain bola. Meski kata orang kebanyakan, menjadi seorang pemain bola tidak menjamin masa depan yang cerah.

Atlan, sapaan akrab cowok bertubuh tinggi seratus tujuh puluh lima sentimeter itu sudah dua puluh kali mengelilingi lapangan futsal sekolah sambil menggiring bola di kakinya. Jika sudah berurusan dengan bola, ia akan menjadi lupa dengan kondisi sekitar termasuk panggilan sahabatnya untuk beristirahat.

"Udahan dulu, woi. Lo mau buat lapangan futsal ini banjir sama keringat Lo?" teriak seseorang dari pinggir lapangan.

"Bentar, lima putaran lagi," jawab Atlan tanpa menghentikan larinya.

Orang yang berteriak tadi adalah Putra Aydin Arman yang akrab dipanggil Aydin tak lain dan tak bukan adalah sahabat sekaligus partner bermain Atlan.

Jam pelajaran kosong di kelas mereka, membuat keduanya melarikan diri ke lapangan futsal indoor SMA Pelita Husada. Niatnya hanya untuk mengisi waktu kosong dengan bermain bola, tetapi Atlan justru kebablasan dengan berlatih cukup keras dan membiarkan seragam sekolahnya basah oleh keringat. Dan jika bukan karena tarikan Aydin yang menyuruhnya beristirahat, mungkin Atlan akan terus bermain hingga bel pulang berbunyi.

"Kasian gue liat Lo. Udah kayak tikus habis kecebur got. Basah satu badan sama keringat." Aydin menutup hidungnya. "Mana bau lagi."

Untuk kalimat terakhir tentu saja Aydin berbohong. Meski sudah bermandikan keringat, Atlan sama sekali tidak bau. Jika orang mandi menggunakan air, mungkin jika ada yang mengatakan bahwa Atlan mandi menggunakan parfum, Aydin akan percaya karena seluruh badan cowok itu harum sepanjang hari meski sudah berkeringat sangat banyak.

"Berisik Lo." Atlan menenggak air pemberian Aydin hingga habis dalam satu kali tegukan. Terbayang bagaimana hausnya dia, tapi tetap memaksakan diri untuk terus bermain.

"Lagian Lo latihannya keras banget, kan gak ada jadwal main futsal juga deket-deket ini." Aydin terus mengoceh bagaikan ibu-ibu menceramahi anaknya. Bahkan bisa dikatakan selain bundanya, Aydinlah orang tercerewer yang pernah Atlan kenal.

Napas Atlan masih terengah ketika membaringkan badannya di lantai. Seragam putih yang sudah basah oleh keringat ia lepaskan lebih dulu menyisakan kaos berwarna navy.

Mungkin benar kata Aydin, bahwa dirinya berlatih cukup keras, sehingga merasa kelelahan.

"Jangan tidur," kata Aydin sambil melemparkan botol kosong ke arah perut Atlan. "Lo gak pernah denger dari nenek Lo, dilarang tidur di jam-jam sembilan, sepuluh, sebelas. Nanti diganggu makhluk halus."

Selain cerewet, Aydin juga selalu percaya mitos. Yang tentu saja tidak dipercayai oleh Atlan. Terlebih nenek Atlan memang tidak pernah menceritakan hal yang sering Aydin dengar dari neneknya.

Mungkin karena lelah memberitahu, namun Atlan sama sekali tidak peduli, Aydin pun memilih ikut berbaring di samping cowok itu.

"Eh, Lan," panggil Aydin. Cowok itu sepertinya memang tidak suka dengan keheningan. Atau karena dia tidak suka melihat Atlan beristirahat sebentar saja. "Kira-kira lomba futsal persahabatan antar sekolah kita bakal diikutkan, gak? Kita kan udah kelas dua belas, pasti disuruh fokus belajar."

Mata Atlan yang sejak tadi tertutup terbuka. Bersamaan dengan badannya yang bangkit setelah berbaring. Setelah seragam, kini ia membuka kaosnya dan membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos.

"Itu Lo tau, repot-repot nanya lagi." Atlan berlalu menuju ke ruang istirahat tim futsal Pelita Husada. Selain loker, di ruangan itu juga terdapat satu kamar mandi yang biasa digunakan untuk mereka.

Aydin ikut bangkit dan mengikuti Atlan setelah memungut sampah dari botol minuman mereka lalu membuangnya di tempat sampah. Ketika berhasil menyusul, rupanya Atlan sudah masuk ke kamar mandi.

"Kebiasaan banget, mau mandi tapi pintunya gak ditutup. Kalo ada yang masuk gimana. Ya kalo gue sih aman soalnya gue gak doyan cowok," rancau Aydin. Setelah menutup pintu ruang istirahat itu, ia beranjak ke sebuah bangku panjang dan duduk di sana sambil menunggu Atlan selesai mandi.

Setelah lima menit, Atlan kembali keluar dengan seragam sekolah yang baru. Seragamnya yang basah sudah disatukan di dalam kantong plastik dan memasukkan ke loker. Ia akan mengambilnya sepulang sekolah nanti.

Atlan lagi-lagi keluar dari ruang istirahat tanpa mengajak Aydin. Padahal cowok itu sudah menunggunya hingga selesai mandi. Tapi meski begitu, Aydin tetap mengikuti Atlan dari belakang.

Ketika keluar dari lapangan futsal, bel penanda istirahat juga berbunyi nyaring. Atlan yang awalnya ingin kembali ke kelas harus berbelok ke arah kantin karena tarikan Aydin.

"Karena gue udah traktir Lo minum, sekarang Lo yang traktir gue makan," ujar cowok itu.

Hal itu jelas tidak adil. Aydin hanya membelikan Atlan sebotol air putih seharga lima ribu, lalu cowok itu meminta ditraktir makanan seharga lima belas ribu. Namun karena Atlan bukan tipe orang yang pelit dan suka perhitungan, ia mengiyakan saja permintaan Aydin.

Lapangan futsal yang mereka datangi tadi berada di lantai satu, sementara kelas mereka di lantai tiga karena sudah kelas dua belas. Di Pelita Husada ada dua kantin. Yaitu di lantai satu di mana anak-anak kelas sepuluh sering makan. Dan di lantai dua tempat anak-anak kelas sebelas dan dua belas menghabiskan jam istirahat. Tentu saja Aydin dan Atlan harus naik ke lantai dua untuk sampai ke kantin.

Karena bel istirahat baru saja berbunyi, kantin masih sepi. Banyaknya meja yang kosong membuat keduanya leluasa memilih untuk duduk di mana. Tetapi bagi Atlan, posisi ternyaman untuk makan adalah di meja paling sudut. Yang jarang diduduki orang lain.

"Karena kali ini Lo yang traktir jadi gue ikut aja Lo mau duduk di mana. Tapi besok-besok kita duduk di tengah, biar lebih bebas liatin cewek-cewek," ucap Aydin sebelum berlalu untuk memesan makanan di stan penjual bakso.

Sepeninggal Aydin, Atlan menyibukkan diri dengan bermain game di ponselnya. Tentu saja permainannya tidak jauh-jauh dari bola yang selalu berhasil mengambil alih seluruh perhatian cowok itu. Sampai-sampai ia tidak sadar siapa saja yang sudah menduduki meja di sampingnya.

"Tunggu gue pesen dulu. Bakso, kan?"

Atlan mendongak ketika mendengar seseorang bicara. Suara itu berasal dari meja di sampingnya. Ketika menoleh, ia melihat seorang siswi berambut sabahu yang duduk seorang diri sambil memperhatikan sekitar. Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik sebelum perhatian Atlan teralihkan oleh kedatangan Aydin.

"Aroma kuah baksonya selalu bikin perut gue keroncongan," ujar cowok itu sambil menata dua mangkok bakso di meja.

Aydin tidak mau membuang waktu terlalu lama untuk mendiami makanan lezat dihadapannya. Setelah mencampur kecap, saus, dan jeruk nipis untuk menambah cita rasa, ia pun segera menyantap makanan berkuah itu. Hal serupa dilakukan oleh Atlan tetapi tidak seburu-buru Aydin. Ia makan dengan pelan atau kuah yang panas akan membuat lidahnya terluka.

"Yah, Nei. Sausnya habis. Gue gak bisa makan tanpa saus."

Suara di seberang meja kembali terdengar. Lagi-lagi Atlan menoleh dan kini melihat siswi berambut sebahu tadi sudah tidak sendiri. Ada siswi berambut sepunggung yang menemaninya.

"Biar gue ambil dulu sama ibu kantinnya."

"Enggak perlu," cegah siswi berambut sepunggung. "Biar gue ambil di meja lain aja."

Saat itulah Atlan melihat siswi berambut sepunggung itu berjalan ke mejanya.

"Gue minta sedikit saus kalian yah, di meja gue abis soalnya," kata siswi itu.

Atlan tentu mengenal siswi berambut sepunggung yang kini berdiri di depan mejanya. Dia adalah Wawa anak kelas IPA 3 dan siswi berambut sebahu itu adalah Neira, peraih juara tiga umum sejurusan IPA yang juga satu kelas dengan Wawa.

Ketika Wawa sudah bersiap membawa botol saus itu ke mejanya, tiba-tiba Aydin mencegah dan menariknya kembali. "Yang ngizinin Lo bawa siapa?" 

"Gue udah minta sama Atlan, dan dia ngebolehin kok," ujar Wawa. Ia ingin kembali ke mejanya tapi Aydin lagi-lagi menahan.

"Lo gak boleh bawa sausnya, kalo gue mau nambah gimana?"

Wawa menggeram. Meladeni Aydin membuat waktu makannya tertunda. "Lo tinggal ambil di meja gue, atau gue bawa lagi pas selesai gue pake."

Tawaran itu terdengar masuk akal, tapi Aydin tetap saja menolak memberikan botol sausnya hingga terjadilah perdebatan antar keduanya.

"Wa, udah. Biar gue yang minta saus di ibu kantin," kata Neira melerai. Jika masih memperebutkan saus itu, maka mereka tidak akan makan sampai bel masuk berbunyi.

"Pelit banget sih Lo, Udin. Nih, makan tuh saus." Wawa kembali ke mejanya setelah memasukkan saus sebanyak mungkin di mangkok Aydin.

"Dasar nenek lampir. Emang suka nyari gara-gara Lo yah sama gue. Kalo naksir bilang aja," balas Aydin tidak mau kalah.

Di meja seberang Wawa hanya bisa mendengus. Memilih mengalah daripada harus menahan lapar karena terus meladeni Aydin.

Di saat Aydin dan Wawa sibuk berdebat, Atlan justru sudah lebih dulu menyelesaikan makannya. Ia pamit kembali ke kelas lebih dulu setelah memberi Aydin uang pecahan lima puluh ribu. Dengan begitu, ia tidak akan mendengar perdebatan Aydin dengan Wawa lagi.

🥀🥀🥀

Fhyfhyt Safitri

12 November 2021

Related chapters

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 007

    Selepas dari kantin, Atlan tidak langsung kembali ke kelas. Setelah tiba di anak tangga terakhir lantai tiga, cowok itu berbelok ke kanan. Di mana jalanan itu mengarah ke gudang dan rooftop. Lorong itu jarang terjamah, bahkan merupakan area bebas siswa-siswi. Karena gudang adalah tempat penyimpanan benda-benda penting sekolah. Siswa-siswi dilarang berkeliaran di sana untuk menghindari adanya oknum yang iseng merusak peralatan sekolah.Tetapi meski sudah ada aturan agar menjauhi area itu, tetap saja ada siswa yang suka melanggar peraturan. Contoh kecilnya adalah Atlan. Cowok itu memang tidak ingin masuk ke gudang, melainkan ke tempat yang hampir tidak pernah didatangi siapapun selain dirinya, yaitu rooftop.Atlan menaiki satu per satu tangga menuju rooftop tanpa halangan berarti hingga dirinya tiba di depan sebuah pintu. Dulunya pintu itu terkunci agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk. Tetapi sekali lagi, Atlan selalu punya cara agar apa yang ia ingin

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 008

    Hal apa yang paling menyenangkan dari menjadi anak tunggal di keluarga kaya raya? Harta warisan yang sangat banyak bahkan lebih dari cukup untuk tujuh turunan?Tapi, apa gunanya semua itu jika hidup tetap kesepian. Anak yang selalu ditinggal sendiri oleh orangtuanya karena sibuk bekerja akan menjadi anak yang penyendiri dan hilang kasih sayang.Kebanyakan mungkin begitu, tapi bagi Atlan semua itu tidaklah ada bedanya.Selama ini Atlan tidak pernah mempermasalahkan jika kedua orangtuanya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga jarang berada di rumah dan hampir tidak pernah menemani Atlan bermain.Dari kecil Atlan diasuh penuh oleh mamanya hanya sampai usia tiga tahun. Ketika Atlan kecil mulai masuk sekolah PAUD, segala keperluannya diambil alih oleh asisten rumah. Mulai dari memandikan, memberi makan, mendongengkan sebelum tidur, mengantar ke sekolah, sampai bermain semua dilakukan oleh asisten bundanya.Tapi, tentu F

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 009

    🥀 KISAH DI PENGHUJUNG SMA (9)Frida tidak pernah mengingkari janjinya. Apalagi jika itu berhubungan dengan Atlan. Sore hari di jam lima, Frida dan Haidar tiba di rumah bertepatan dengan Atlan yang baru bangun tidur akibat kekenyangan.Di atas meja ruang tamu, sudah tertata rapi beberapa kotak kue dengan merek toko ternama di Jakarta Pusat, dan semua itu adalah kesukaan Atlan."Lain kali Bunda gak usah repot-repot begini. Belinya banyak banget lagi, siapa yang bakal habisin," ujar Atlan ketika tiba di ruang tamu.Frida yang sedang dibantu Bi Rumi dan dua asisten lain membereskan belanjaan untuk dibawa ke dalam menoleh lalu menghampiri Atlan dan memeluk putranya itu."Bunda kangen banget loh sama kamu. Kangen gak sama bunda?" Pelukan Frida sudah seperti mereka tidak bertemu berbulan-bulan."Iya, Bunda. Sama Ayah juga kangen," balas Atlan memeluk sama eratnya.Baru saja namanya disebut, Haidar tiba-tiba muncul di balik pintu. "Sep

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 010

    Menjadi siswa peraih juara umum satu jurusan IPA seangkatan kelas dua belas bukan berarti Atlan selalu suka berurusan dengan buku apalagi perpustakaan. Selama hampir tiga tahun bersekolah di Pelita Husada, bisa dihitung jari berapa kali Atlan menginjakkan kaki di ruangan itu. Jangankan di perpustakaan sekolah, perpustakaan di rumahnya saja jarang ia masuki. Dan sekarang jika bukan karena Ibu Tiwi yang meminta tolong mengembalikan buku paket fisika yang mereka ambil tadi untuk belajar, mungkin Atlan tidak akan berada di sana. Mengantri untuk bertanda tangan sebagai bukti bahwa buku yang kelas dua belas IPA 1 pinjam telah dikembalikan. Prinsip Atlan ini tentu berbanding terbalik dengan kebanyakan siswa yang justru suka berada di perpustakaan. Selain untuk membaca buku, tujuan lain mereka pasti untuk menikmati WiFi gratis, juga sejuknya AC yang tentu tidak didapatkan di kelas. Atlan sudah mengantri cukup lama, jika siswi yang berdiri di depannya t

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 011

    Perjalanan panjang dengan cuaca yang sangat panas siang itu, membuat Neira rasanya ingin membawa motornya terbang dan langsung tiba di depan rumah. Bukan hanya itu, ia juga ingin memborong semua es batu kemudian memasukkannya ke bathtub lalu berendam di sana.Sungguh, meski kulitnya terlindungi oleh jaket yang tebal, tetap saja panas matahari terasa seperti akan membakarnya sampai ke tulang-tulang. Untung saja gerbang rumahnya sudah terlihat di depan mata. Dan ia pun bisa bernapas lega.Tidak seperti di sekolah di mana akan selalu ada security yang siap membukakan gerbang. Di rumahnya, Neira harus turun lebih dulu dari motor, lalu menarik gerbang itu terbuka. Setelah masuk, ia kembali harus menutupnya.Garasi yang terbuka membuat Neira bisa langsung membawa motornya masuk tanpa harus memarkirkan kendaraan itu di depan rumah. Ia juga memilih masuk lewat pintu samping yang langsung tiba di dekat dapur. Tujuannya memang itu, masuk ke dapur lalu mengam

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 012

    Banyak hal yang bisa terjadi secara tiba-tiba. Termasuk perubahan cuaca dalam sekejap mata. Jika siang hari sangat panas, maka malam hari justru menghembuskan angin dingin hingga menusuk kulit.Di atas meja belajar sudah ada segelas susu coklat hangat yang sengaja dibuat Neira untuk menemaninya mengerjakan tugas.Meski tugas itu dikumpul Minggu depan, tetapi Neira mengerjakannya sekarang untuk mengisi waktu kosong. Selagi ingat ia akan segera mengerjakannya sebelum lupa.Kelima belas soal tugas itu dikerjakan Neira dalam waktu kurang lebih satu jam tanpa istirahat. Jika berhubungan dengan buku dan tugas, Neira seperti tidak akan merasa lelah. Ia justru menganggapnya olahraga tangan karena terus bergerak sepanjang menulis.Neira mengakhiri jawaban terakhir dengan titik. Ia bisa tersenyum lega karena akhirnya tugas itu telah rampung. Dengan ini ia tidak akan merasa gelisah lagi sebab semua tugasnya telah dikerjakan.Buku paket dan buku

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 013

    Selain takut berbohong, Neira juga takut untuk menyembunyikan hal sekecil apapun dari sahabatnya, Wawa. Karena seperti pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, maka pasti akan tercium juga. Atau alasan lainnya adalah karena Neira benar-benar payah dalam menjaga sikapnya ketika gelisah. Ia selalu menampakkan gerak-gerik yang membuat Wawa curiga bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.Seperti saat ini ketika Wawa mengajak Neira bicara, gadis itu selalu kehilangan fokus dan menjawab dengan terbata-bata. Karena tingkat kepekaan yang dimiliki Wawa begitu tinggi, ia langsung mengklaim bahwa Neira memang sedang tengah memikirkan sesuatu."Gue tau Lo mau ngomong, tapi gue gak tau apa yang buat Lo ragu," ujar Wawa sambil memandangi Neira dengan tangan yang terangkat dan terlipat di depan dada.Sikap Neira sudah aneh sejak tadi pagi ketika gadis itu tiba di sekolah. Tetapi Wawa masih menahan diri agar tidak bertanya. Tetapi

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 014

    Meski ajakan ke kantin tidak bisa ditolak, Atlan tetap tidak membiarkan Jelita untuk merangkul, memegang tangan, bahkan bergelayut di lengannya. Alhasil gadis itu harus berpuas hati hanya dengan berjalan di samping cowok itu."Gue seneng, akhirnya Lo mau juga gue ajakin ke kantin, meskipun masih ada pengganggu, sih." Jelita melirik Aydin yang sejak tadi berjalan di belakang mereka.Sejak tadi, Aydin berusaha menahan diri agar tidak mengajak Jelita beradu mulut. Tetapi sekarang justru gadis itu yang memancing perdebatan. Dan rasanya Aydin sangat ingin mendorong Jelita menjauh dari Atlan."Lo harusnya bersyukur ada gue. Karena kalo gak, Atlan mana mau ke kantin sama Lo," ujar Aydin yang kini maju untuk mensejajarkan langkah di samping Atlan.Jelita membuang muka dan memilih tidak menanggapi ucapan Aydin. Akhirnya mereka hanya berdiam diri sampai tiba di kantin yang terlihat sudah sangat ramai.Bagai magnet, kedatangan mereka langs

Latest chapter

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   EPILOG

    Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 080

    Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 079

    Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 078

    Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 077

    Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 076

    Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 075

    Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 074

    Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t

  • KISAH DI PENGHUJUNG SMA   BAB >< 073

    Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka

DMCA.com Protection Status