Tanpa arah tujuan, Arzan membawa kuda besi beroda empat itu mengelilingi kota, melewati taman kota dan alun-alun yang mulai nampak berbenah, sebab waktu menujukkan hampir pukul dual belas malam.Tanpa kata, kedua insan yang ada dalam mobil ini. Yasmin dengan tangisannya, dan Arzan dengan pikirannya yang bercelaru. Sesekali ia lirik wajah gadis cantik yang duduk disampingnya.Isakan Yasmin terdengar jelas, saat mobil berhenti di lampu merah jalan Ahmad Yani. Lalu Arzan sodorkan kotak tisu pada Yasmin. Ia ingat, Shellan yang menyimpan kotak tisu itu diatas dashboard mobil hitam ini.Jari lentik itu mengambil dua lembar tisu dan mulai usapi air mata yang jatuh berguguran dikedua pipi mulusnya. Arzan menoleh sekilas dan rasa-rasanya tangannya begitu gatal ingin hapus air mata itu dari pipi mulus Yasmin.Arzan menghentikan kendaraan di depan salah satu minimarket yang tak jauh dari masjid Raya, di sebelah selatannya berjejer pedagang kuliner malam mulai dari makanan berat hingga makanan ri
Yasmin dan Arzan masih saja tertawa kecil mengingat kata-kata ibu tadi yang mengira mereka berdua adalah pasangan suami istri. Dan kompak keduanya tak menyangkal juga tak mengiyakan."Dikiranya aku lagi hamil muda, Mas." Ucap Yasmin masih dengan iringan tawa renyah yang memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapi."Hamil anak pertama kata ibu tadi," ucap Arzan sambil tersenyum. Bahkan selintas bayangan yang iya-iya tadi menggoda pikirannya."Langsung pulang aja, Mas, aku udah laper." Ucap Yasmin sedikit malu-malu. Sebab tadi habis nangis-nangis di mobil kawan abangnya ini, sekarang malah bilang lapar."Iya, aku juga lapar." Lalu Arzan sedikit menambah kecepatan mobilnya.__"Yasmin, suka?" akhirnya mereka berdua makan di ruang tamu rumah orang tua Yasmin. Arzan yang memang sering datang ke rumah ini untuk membicarakan bisnis, meminta izin untuk ikut makan dulu baru pulang. Meski tadi Yasmin sedikit ragu, sebab bang Sofyan tak ada di rumah."Nanti dicariin mbak Shella, Mas." Ucap Ya
"Mas, ak-aku." Shella tergagap, tak tahu harus berkata apa dan berbuat bagaimana. Tubuhnya masih ditunggangi dari belakang oleh pria lain, sementara suami sahnya, Arzan berdiri melihat perbuatan tak senonoh yang mereka lakukan. Perbuatan yang harusnya hanya boleh dilakukan Arzan pada tubuh Shella yang masih polos itu. Anton bahkan tak tahu harus berbuat apa. Keduanya terdiam sesaat, seperti patung. Malu dan takut.Lalu...Bugh!, bugh!, bugh!"KEPARAT, BAJINGAN, BERANI KAU BERBUAT HINA DI RUMAH INI!" Murka, kecewa, dan amarah menjadi satu di dada pria ini. Bukan cemburu. Arzan tak cemburu. Namun marah dan rasa terluka yang begitu dalam menyayat hati pria yang berstatus suami dari Shella.Pukulan dan tinju Arzan layangkan pada rahang dan perut lawan main istrinya itu. Anton tersungkur tak berani melawan, sebab malu juga menderanya."Akkhhhhhhhhh lolongan kesakitan dari mulut pria itu saat kaki Arzan yang masih mengenakan sepatu sneaker menginjak ulang-ulang tubuh Anton. Nikmatnya perzin
Angin hangat musim semi di kota ini seolah memeluk tubuh langsing milik Yasmin. Sudah seminggu Yasmin berusaha lupakan cintanya yang telah kandas. Ia hirup udara segar, mambaui wangi bunga lavender yang tercium dari pengharum ruangan dalam kamarnya.Seminggu mengurung diri dalam rumah, tepatnya mengurung diri di dalam kamar,sudah cukup buat Yasmin meratapi semuanya. Usianya yang sudah memasuki dua puluh empat tahun membuatnya cukup dewasa untuk menghadapi semuanya.Ia coba riangkan hatinya dari serpihan kesedihan. Dimulai dengan membersihkan dan membereskan barang-barang di akmarnya, ia atur ulang tataletak tempat tidur, lemari dan tv, lalu ia sapu segala sudut, membersihkan sarang laba-laba yang ada diatas plafon dan mengganti keset kaki baru di depan pintu kamar mandi. Semua Yasmin lakukan sambil mendengarkan musik yang mengalun merdu dan riang dari sebuah speaker besar di ruang keluarga yang ia putar dengan volume sesuai pendengarannya.Bik Siti yang sering bantu-bantu mencuci paka
"Ini Yasmin, Ma." Ucap Damar, memperkenalkan Yasmin pada bu Intan suatu sore.Dengan senyum yang mengembang segera Yasmin mengulurkan tangan dengan takzim ia menjabat tangan ibu dari kekasihnya."Yasmin, Bu. Ibu sehat?" tanya Yasmin, ramah."Yang kamu lihat bagaimana?" bu Intan balik bertanya dengan nada yang tak ramah. Yasmin dan Damar berpandangan sesaat, mendapat sambutan yang diluar dugaan mereka. Apalagi Damar, tentu tak menyangka sambutan ibunya di luar dugaannya, padahal dari kemarin, ia sudah memberitahukan pada ibunya, bila ia akan mengenalkan Yasmin.Yasmin sudah tak enak perasaannya, rasa bahagianya langsung menguap mendapat sambutan yang tak ramah dari ibu kekasihnya.Melihat situasi yang tak enak itu, Damar langsung mengambil inisiatif untuk menghalau jeda diantara mereka. "Ayo masuk dulu." Ajak Damar pada Yasmin. bu Intan yang melihat perhatian anaknya hanya mencelos jengkel, malah tak ikut masuk, tapi asyik menyiram bunga yang sudah disiram tadi."Mas, ibu kamu kayanya,
Angin sore berhembus cukup kencang, meniupkan daun yang gugur dari rantingnya. Awan kelabu bergumpal di langit sore yang jingganya hampir redup, menandakan langit akan mengeluarkan air matanya sore ini.Yasmin nampak kerepotan membawa barang belanjaan seturunnya dari taksi. Bukan hanya bahan makanan yang ia beli, tapi juga sepasang pakaian dalam dan sebotol parfum yang menggelitik naluri belanjanya..Cukup puas tadi Yasmin berbelanja. Cuci mata dan menyegarkan pikirannya kembali dari keterpurukan cinta.Ada sekitar lima kantong berisi bahan makanan dan satu goodie bag berisi pakaian dalam dan sekantong berisi kotak pizza di tangannya."Assalamualaikum, " ucap Yasmin pelan saat kaki jenjangnya melangkah melewati pintu berpelitur hitam itu."Darimana kamu, Yas?" Sofyan yang tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Yasmin, dengan sigap ia bantu adiknya mengambil barang belanjaan yang tadi salah satu plastik itu hampir terlepas dari tangannya."Astagfirullah, Abang ngagetin saja." Suara Ya
Shella hanya tertunduk malu di sidang cerainya dengan Arzan hari ini. Mereka berdua duduk berdampingan di depan majelis hakim yang akan memutus ikatan pernikahan mereka secara negara hari ini.Sementara di belakang sana, ada mama Atifah, mbak Mia, mas Malik juga Sofyan yang menemani Arzan di pengadilan. Sofyan datang sebagai kawan yang memberi dukungan moril pada rekannya ini dan setelah sidang cerai, mereka sudah punya agenda khusus.Sementara dari pihak Shella ada ibu Sahria dan kedua adiknya, Leli dan Daud.Gugatan cerai Arzan telah dibacakan, alasan pengajuan cerai jelas karna perzinahan yang dilakukan pihak Shella. Bu Sahria dan kedua adik Shella, tak menyangka dengan perbuatan kakaknya. Meskipun Arzan mandul, seperti cerita Shella pada ibunya, namun perbuatan serong hingga perzinahan yang dilakukan Shella tak mereka benarkan juga. Apalagi selama menikah dengan Arzan, adik-adik Shella sangat terbantu dalam biaya sekolah, terutama Leli yang mengambil jurusan tata boga, tahun ini d
Yasmin tersenyum lega, melihat dua orang dihadapannya yang juga terlihat sama leganya. Tak disangka ternyata Arina juga tak menginkan pernikahan ini. Begitu ucapan Damar padanya lewat percakapan di ponsel malam tadi.Meski agak heran, sebab ini pertama kalinya Yasmin melihat suami istri berpisah hanya dengan kata talak tanpa disaksikan oleh keluarga mereka, namun kata-kata Arina yang mendo'akan Damar dan dirinya bahagia, cukup membuat hati Yasmin juga ikut lega. Dia bukan menjadi duri dalam rumah tangga orang lain kan. Sebab Yasmin pun tak mau bila dicurangi."Semoga mas Damar dan Mbak Yasmin, bahagia." Begitu ucap Arina sebelum keluar rumah sambil menggeret kopernya. Ucapan yang Yasmin balas dengan senyum tulus, dan berharap Arina segera menemukan kebahagiaanya juga.Gemuruh hujan mengiringi kepergian Arina. Yasmin yang khawatir sebab gemuruh hujan nampak tak ramah, buatnya meminta Damar agar mengizinkan Arina menginap malam ini di rumah kekasihnya itu, toh selama jadi suami istri Ya
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t