"Kau dari mana saja? Mama berusaha menghubungimu beberapa hari ini, tapi ponselmu mati. Mama mengerti jika kau sedang senang karena kau bisa bersama kembali dengan Dirga. Tapi, kau juga harus tau jika kalian belum resmi menikah.
"Apa kau tidak memikirkan dampaknya? Sekarang ini Pak Lingga ayah Liliana sedang di rumah sakit. Itu gara-gara papimu. Dia marah karena kau bercerai dengan David."
Nadine terbelalak, ia baru saja pulang setelah menghabiskan beberapa hari bersama dengan Dirga di Puncak.
"Apa yang papi lakukan, Mami?" tanya Nadine.
"Papimu itu tanggung, mau jahat tapi melihat yang mau dijahati pingsan dia kabur. Lalu sekarang bingung sendiri. Mami tidak tau lagi bagaimana menghadapi papimu yang seperti anak kecil itu," keluh Nadila.
"Ya mau bagaimana lagi, Mami. Aku juga bingung ... jujur aku juga merasa takut."
"Kalau kau takut jangan buat gara-gara!" hardik Nadila.
&nbs
Pagi itu, Lingga sudah sadar dan bisa bicara dengan David dan juga Liliana dengan jauh lebih tenang. Awalnya Lingga memang kecewa, tapi sejak lama ia sudah menyiapkan hati karena memang sudah merasa curiga dengan pernikahan Liliana yang begitu mendadak.“Maafkan kami, Ayah. Kami tidak bermaksud seperti ini apa lagi menyebabkan Ayah jatuh sakit,” kata Liliana sambil menggenggam tangan Lingga. Lingga hanya tersenyum dan membelai rambut sang putri dengan lembut.“Ayah hanya takut jika kau berpura-pura bahagia, Nak. Tapi, ayah juga sadar tidak mungkin David sampai mengajakmu bulan madu keluar negeri jika dia tidak mencintaimu,” jawab Lingga.“Hanya satu yang Ibu ingin protes, kenapa kau tidak mengatakan jika ibu dan ayah akan segera mendapatkan cucu,” kata Arini.“Tadinya ... hmm, maafkan aku, Bu,” jawab Liliana.
Lingga menatap wajah David yang tampak gelisah dan panik itu. Tak terkecuali Liliana."Mas, ada apa?" tanyanya."Li, apa kau ingat saat kau mulai bekerja di kantorku? Waktu itu aku akan meluncurkan produk baru, kan? Produk itu bermasalah. Besok aku harus kembali ke Jakarta. Apa kau tidak masalah jika kau di Bandung dulu untuk sementara? Aku tidak mau masalah yang saat ini terjadi membuat kandunganmu bermasalah.""Apa Mas akan baik-baik saja?" tanya Liliana."Dampingi suamimu, Nak. Kalian ini pasangan suami istri, sudah seharusnya seorang istri ada bersama suaminya saat suami dalam masalah. Ayah akan baik-baik saja, bukankah tadi pagi juga dokter sudah mengatakan jika ayah hanya perlu beristirahat saja paska operasi?" tukas Lingga dengan tegas. David menatap Lingga, "Tapi, bagaimana dengan kandungan Liliana, Ayah? Saya khawatir jika Lili lelah dan-""Lili kan tidak ikut de
Pagi hari itu David membuka mata dan melihat Liliana sedang menunaikan ibadah salat subuh. Ia menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Semalam, ia dan Liliana ikut dengan mobil Dirga ke Jakarta untuk menyelesaikan masalah pagi ini di kantor. Arnold sendiri sudah dihubungi dan ia mengatakan dua atau tiga hari lagi baru bisa kembali. Sementara Sanjaya, dia menyatakan siap diperiksa karena memang produk itu ia yang bertanggung jawab. “Mandi, salat, aku siapkan sarapan,” kata Liliana. David hanya diam, melihat suaminya diam, ia langsung duduk kembali. “Kau … baik-baik aja, Mas?” tanya Liliana, memandangi David dengan seksama. Dia ingin memastikan jika suaminya baik dan kuat menghadapi segala masalah yang saat ini sedang ia hadapi “Maaf sudah merepotkanmu.” David berusaha membangunkan dirinya dari posisi tidur.  
"Papa harus mau kembali ke Indonesia. Dia anak papa dan saat ini entah kekacauan apa yang tengah dia perbuat. Papa harus kembali bersama kami dan memberikan pengertian kepada anak papa."George menatap putranya, usianya kini sudah tidak muda, tapi perasaan bersalah selalu saja mengikuti. Selama ini ia sudah memendam semua rahasia, bahkan kepada almarhum istrinya."Sampai kapan papa akan berlari dan menghindar dari tante Kadita? Dia sekarang sakit, stroke, tidak bisa bicara. Jay bilang dia akan membawa ibunya berobat, tapi saat ini dia sedang berusaha menghancurkan perusahaan milikku yang dipegang oleh David, cucumu. Papa mau diam di sini terus? Hanya papa yang bisa menyelesaikan," kata Arnold. George terdiam, ah ternyata efek dari apa yang ia lakukan dulu berimbas sampai anak cucu."Apa dia- Kadita ... dia ada di Jakarta?" tanyanya. Arnold menganggukkan kepalanya."Ya, dia ada di
“Aku akui jika tadinya aku berniat untuk mengubah formula kosmetik kita karena ....”“Karena Om tau jika Papa adalah kakak Om. Om mempunyai dendam sendiri kepadaku dan juga papa, bukan?” tembak David. Sanjaya terdiam, ia menatap keponakannya itu dalam-dalam.“Kau sudah tau?”“Papa sudah tau jika Om adalah adiknya sejak Om dan Oma Kadita pergi. Itu sebabnya saat kalian bertemu kembali enam tahun lalu Papa bersedia membeli perusahaan Om yang bangkrut. Papa menikahkan aku dengan Nadine, memberi Om lima belas persen saham La Rue. Semuan karena Papa sudah tau sejak lama jika Om adalah adiknya. “Papa tidak tau bagaimana cara mengatakan kepada Om jika Om adalah adiknya. Saat ini , Papa sedang di Thailand dan meminta agar Opa mau kembali ke Indonesia.”Sanjaya terdiam, “Jadi ....” David mengembuskan
“Kau ... Kau yang aku inginkan sejak lama, Liliana. Jika bukan karena kau aku tidak mau menerima tawaran kerjasama dengan Pak Danu,” kata Bagas sambil menatap layar ponselnya. “Aku ingin kamu, Liliana.” Bagas memandang wajah Liliana yang ada di dalam ponselnya.“Aku sudah menunggu saat ini. Saat di mana David, bos sombong itu hancur dan aku akan datang sebagai dewa penyelamatmu.” Bagas tersenyum penuh percaya diri seolah-olah sedang belajar merayu Liliana. Tanpa Liliana sadari, Bagas adalah dalang di balik masalah yang terjadi pada David. Bagas yang sudah lama mencintai Liliana merasa dendam karena David yang pada akhirnya bisa menikahi Liliana. Pada saat ia merasa galau dan sakit hati itulah ia bertemu dengan Kartika. Gadis cantik itu adalah mantan sekretaris David yang juga merasa sakit hati karena cintanya dulu bertepuk sebelah tangan dan akhirnya dip
Liliana mulai menemukan titik terang dari masalah yang sedang menimpa David lewat kata-kata Bagas. Dengan berani dan tanpa berpikir panjang ia pun segera datang ke alamat yang dikirimkan oleh Bagas. Sepanjang jalan, Liliana sudah berusaha untuk menghubungi David. Tetapi, ponsel David mati. Liliana hanya berharap jika terjadi sesuatu dengan dirinya David bisa melacak keberadaannya. Liliana tau David sudah memasang GPS pelacak di ponselnya. Jadi, dia yakin David akan menemukannya dengan mudah.“Ah, begitu cintanya kah kau pada suamimu sehingga kau tanpa berpikir panjang datang kemari sendiri, Liliana sayang?” tukas Bagas sambil tersenyum licik.“Apa yang kau inginkan?” Liliana menantang Bagas.“Kau. Sejak awal aku sudah menaruh hati padamu, tapi aku melihat kau begitu dekat dengan bos. Sampai akhirnya kita sempat makan bersama, tiba-tiba David datang. Dua kali seperti
David benar-benar panik, ia tidak menyangka jika Liliana nekad. Belum selesai masalah yang satu mengapa harus muncul masalah yang lain. Saat ponselnya menyala David terkejut saat membaca pesan dari Liliana.“Bagas,” gumamnya.“Bagas itu anak HUMAS, kan, Dave?” tanya Sanjaya. David mengangguk, “Ada hubungan apa Bagas dengan masalah sabotase ini. Apa dia adalah orang yang dibayar untuk menghancurkan aku?”“Apa kau pernah bermasalah dengannya, Dave?” tanya Sanjaya. David menghela napas, ia ingat jika ia pernah memergoki Liliana dan Bagas makan bersama. Apakah Bagas memiliki perasaan kepada Liliana?Tiba-tiba saja, ponsel David kembali berdering“Hallo ...”**&n