" Kenalkan bu ini Ines anak saya ... " kata Bapak keibu-ibu warung dekat PGC.
" Oallaah ini toh pak sing jenenge Ines. Ayu tenan. Memang cah edan Adi itu .. " ( Oallaah ini yang bernama Ines. Cantik bener. Memang Gila Adi itu ). Ines memandang heran ke Bapak dan si ibu. Belum habis herannya ibu itu pun berkata lagi. " Wong ayu ne koyok ngene, kok di selingkuhi, trus wedhok an ne model le ora nggenah pisan, Ooh, jan wong lanang edan mung golek bolong an ( Orang cantik begini kok diselingkuhi, selingkuhan" Loh kowe kok ngono Nduk. Koyo bela Adi, kelakuannya yo gitu. " sela Mak. " Bukan gitu Mak, kan aku cuma memastikan. " ucap Wati tidak enak hati. " Sebenarnya Adi itu menantu saya .. " .. kata Bapak dengan nada malu. " Apaa, masa Pak ? " terlihat Wati dan Mak kaget lalu saling pandang. Bapak yang paham kalau kata-kata saja tidak cukup memberikan Handphonenya, disana ada foto keluarga Bapak. " Itu foto saya dan Adi. Ini Ines istri Adi dan kedua anak kembarnya. Yang dua itu adik-adik Ines. Istri saya mamanya Ines sudah tidak ada. " kata Bapak menjelaskan.
" Assalamualaikum, wah ada tamu ini. Pagi mba Ines , Bapak . Nyusulin bang Adi ya mba ? " kata Jagoan daerah situ yang ternyata kenal Ines karena pernah berapa kali datang kerumah. " Maaf semalam bang Adi mabuk parah jadi dari pada bahaya bawa mobil, saya suruh menginap disini. Kenalkan ini Titin istri muda saya mba, pak. " Ines dan Bapak yang mendengar hal itu hanya tersenyum mengejek. " Ckck, Abang ini harusnya jadi artis bang bukan jadi preman, hebat bener dramanya. " sindir Ines. " Kalian pikir sebelum kita sampai sini, kita ngga selidiki dulu gitu, main datangin aja rumah orang sembarang. Mikir .. " ucap Ines sambil tangannya ditunjukkan ke kepalanya.
Ines heran dengan dirinya, kenapa bisa muntah dipesawat. Buat Ines naik pesawat sudah seperti naik ojek saking seringnya perempuan itu bolak balik keluar kota. Tapi tiba-tiba ia teringat.. Eh, bulan ini sudah haid belum ya ? .. Karena haid Ines tidak teratur ditambah masalah dengan Adi, Ines benar benar lupa kalau belum mendapatkan tamu bulannya. Sesampainya di bandara Kendari, Ines langsung menuju ke farmasi store untuk membeli testpack, tak hanya satu dibelinya melainkan tiga. Ines langsung tergesa ke toilet, setiba dikamar hotelnya. Walau Ines tahu waktu terbaik untuk mengecek kehamilan itu pagi, tapi rasa penasaran yang tinggi mendorong perempuan itu mengetesnya sekarang juga.
" Yaaah, Mama ngga mau ya ?. " ucap Hana sedih sambil memandang Ines dengan puppy eyesnya. " Mama mau yaa, ku mohon.. Please please please .. " sambung Hani lagi sambil memandang Ines dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Tercubit hati Ines melihat Twins sedih karena penolakan Ines. Tapi Ines tidak mau kalau moment liburan ini dijadikan senjata untuk Adi. " Makanya kalian duluan kemobil ya, mama mau ngomong dulu sama papa. " ucap Ines sambil tersenyum getir. Sedih hati Ines sebetulnya mengecewakan anak-anak tapi Ines harus tegas. Apalagi Ines takut penyakit, karena kebiasaan Adi. Twins mengangguk dengan berat hati lalu berjalan menuju parkiran bandara digandeng oleh Suster Emy. Melihat mereka sudah cukup jauh, Adi dengan gaya playing victimnya menyerang Ines terlebih dahulu.
Ines kaget saat dirasa, ada benda lembut mengecup bibirnya. Terbelak mata Ines melihat Adi sudah ada didepan matanya. Niat sekali Adi keluar dari mobil menuju ke kursi Ines. Pintu mobil disisi Ines dibiarkan terbuka, diturunkan sandaran kursi hingga posisi tidur, digesernya Ines lalu Adi ikutan berbaring. Diapit seperti itu membuat Ines tidak bisa bergerak, niat Ines untuk berontak sirna saat Ines melihat mata Adi. Ada rasa tak tega dan kasihan timbul dihatinya, apalagi saat Adi mulai menciumi lembut bibirnya. " Sayang, maafin aku. Aku ngga mau kehilangan kamu. " bisik Adi lembut. Diciumi seperti itu membuat Ines mabuk kepayang, tak terasa kewanitaan Ines berkedut-kedut.
" Ya Allah jadikanlah suamiku, suami yang baik, Imam yang baik, mencintaiku dan anak-anak ku sungguh-sungguh, tanggung jawab, mampu menafkahi kami, bisa jadi sahabat dan teman hidup sampai tua, sampai jannahmu , apabila itu suamiku berikanlah dia hidayah wal inayah kalau bukan suamiku, maka pisahkan lah kami baik-baik. - Ines - *********** Sesuai jadwal tour, Ines dan teman-temannya saat ini sudah berada di dalam pesawat menuju Malaysia, Kuala lumpur tepatnya. Sejak mendzikirkan "La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim" badan Ines terasa panas. Tapi hati Ines lebih tenang.
Setelah hampir seminggu Ines liburan, perempuan itu balik ke Indonesia dengan mood yang lebih baik. Saking happy nya bahkan Ines tak menanyakan kemana Adi kemarin. Ines pikir percuma bertanya, yang sudah jelas ketahuan saja Adi mengelak. Ines yakin Allah selalu memberikan umatnya yang terbaik. Ya mungkin terbaiknya saat ini untuk Ines ya Adi, apalagi saat ini Ines sedang hamil. Ines tidak mau fokus akan masalah, perempuan itu ingin memberikan terbaik yang dia bisa untuk anak-anak, Bapak, adik-adiknya dan untuk orang-orang yang perduli kepadanya. Untuk masalahnya dengan Adi, Ines yakin pasti akan ada jalan keluar. Toh dia tak berhenti meminta disepertiga malamnya. Sekarang tugas Ines hanya berusaha menjadi istri yang baik bukan karena Adi tapi karenaNya. ******* Hari ini hari ketiga sejak Adi izin ke Ines untuk pulang kekampung Bapaknya di Purwokerto. Usia kandun
Ines deg-degan saat menaiki lift, apapun yang terjadi nanti Ines hanya bisa pasrah. - Tok tok tok - Ines yang tidak ingin Adi tahu siapa yang mengetuk pintu menutup door viewer dengan tangannya. - Tok tok tok - Ines mengetuk lagi kali ini lebih kuat. Tapi pintu tidak juga dibuka. Mungkin Adi parno takut buka pintu. Merasa lelah mengetuk akhirnya Ines menelepon Adi. Bunyi suara telpon terdengar sampai luar kamar. [ Iyaa Ma, kenapa sih telpon trus. Papa lagi tidur ini. ] bohong Adi.
Sudah hampir satu minggu ini Hadi tidak bisa menghubungi Ines. Ditelpon kerumah ataupun kekantor jawabnya selalu sama tidak ada. Handphone Ines sendiri juga tidak aktif. Ingin mendatangi Ines tapi pekerjaan dikantor tidak ada habisnya dan tidak hanya itu Hadi juga merasa badannya kurang sehat. Tak putus asa, kali ini dikirimkan pesan ke Ines. [ Mba, aku sakit. Temenin aku ke dokter mau ? ] send. [ Kamu sakit apa mas ? Mau ke dokter mana ? ] Trunk Trunk .. bunyi pesan berbunyi. Hadi yang tadinya sudah tidak semangat, tersenyum lebar membaca pesan dari Ines. Ditelponnya pujaan hatinya itu.
" Iih-- " ucapnya sambil mencubit pinggangku. Aku tertawa lepas, belagak kesakitan. Mba Genduk-ku , mau berapapun anak aku terima, selama itu darimu monologku dalam hati. " Mba, ini kamu pegang ya ... " ucapku lalu menyerahkan kartu ATM kepadanya. " Isinya belum banyak, baru mau 50 juta, tapi insha Allah nanti tiap bulan aku tambah. Nanti kita cari rumah sama-sama. " " Loh, kok kasih aku mas. Nanti kalau aku pakai gimana ? atau aku bawa kabur hehe " candanya. " Ya bawa kaburnya sekalian yang punya tho. " sambil ku kedipkan mata. " Iih, dasar. Tapi serius mas, jangan deh. Uang itu sensitif, udah kamu pegang saja. " tolak Ines lagi. Ah, Ines kalau kemarin aku dengarkan kata orang dan tak berani mendekati mu, aku ngga akan tahu kalau kamu jauh dari kata matre dan berat di ongkos.
Ines Dewita, nama yang tidak pernah hilang dalam hati dan pikiranku. Sosoknya yang cantik, periang dan juga pintar melekat erat tak bisa pergi. Kedekatan kami yang awalnya hanya dianggap teman olehnya berubah saat ibunya meninggal. Aku yang apa adanya akhirnya berhasil menarik perhatian Ines. Hal ini terjadi setelah aku membelikan adiknya yang bernama Cici boneka Teletubbies Lala. Saat aku menyerahkan boneka itu, Ines menatapku lekat dan haru. " Makasih ya Mas. Aku belum sempat belinya. Eh kamu udah beliin. " senang sepertinya Ines, padahal aku pernah memberinya tas yang tidak akan diterimanya kalau tidak ku paksa. " Sama-sama mba. Kemarin aku pas lewat, lihat boneka ini, eh inget Cici kan dari kemarin aku denger dia merengek terus. " Jujur aku kasihan dengan Cici, anak itu masih berumur tiga tahun saa
Tapi semenjak kedekatannya yang mulai intens dengan Hadi, apalagi sudah mencari rumah bersama. Ines menjaga jarak dengan semua pengagumnya. Walau Hadi tidak pernah menyatakan cinta, tapi perhatian dan pembicaraan mereka sudah serius. Selain mencari rumah bersama, Hadi juga menitipkan atm tabungannya ke Ines. " Aku juga lagi deket sama perempuan lain .. " ucap Hadi. Ines yang kaget mengurai pelukan mereka lalu menatap tajam Hadi. " Maksudnya mas ? " Sesak rasanya hati Ines. Ines tidak habis pikir dengan kata-kata Hadi barusan. Jadi dianggap apa hubungan mereka selama ini batin Ines sedih. " Ya, aku juga lagi deket sama temen kantor. " Hadi menegaskan. Kepala Ines mulai terasa pusing, dadanya sesak. Ines teringat pembicaraan dengan tante Telly, saat dia menanyakan kedekatannya dengan Hadi. " Kalau or
Duduk disitu, saling berhadapan Hadi dan salah satu pria masa lalu Ines. " Maaf, sudah lama nunggunya mas ? " ucap Ines saat tiba di ruang depan. " Belum kok de .. " " Belum mba Genduk .. " jawab ke dua pria itu bersamaan lalu saling menatap. " Mas Tri, apa kabar ? " tanya Ines menyapa laki-laki masa lalunya. Tri yang ditanya Ines tersenyum lebar, gembira rasa hatinya melihat Ines lebih memilih menyapanya dibanding laki-laki dihadapannya. " Baik Nes, kita pulang bareng yuk. Ada yang mau aku obrolin. " " Maaf Mas, tapi aku ada acara. Mas Hadi, sini kenalin ini temenku. " ucap Ines memandang Hadi. Pria itu bangun lalu mengulurkan tangannya
" SNR selamat siang, bisa dibantu ? .. " " Siang, bisa saya bicara dengan ibu Ines ? .. " " Iyaa, saya sendiri, ini siapa ya ? " " Loh, kok cantik-cantik jadi operator tho. Katanya sekretaris.. " " Hallo, ini siapa sih ? Resek banget. " Ines dengan intonasi kesal bertanya kepada si penelepon misterius. " Hehe ojo nesu-nesu ( marah-marah ) tho mba, nanti cantiknya hilang , ini aku Hadi mba Ines. " ucap lawan bicara Ines. " Hmm, ngga jelas deh. Ada apa mas, telepon kok ngenyek ( menghina ) doank. " sahut Ines masih emosi. Jujur baru kali ini Ines diperlakukan seperti itu oleh laki-laki. Apalagi Ines tahu kalau
" Saya Adi Nugroho menceraikan Ines Dewita dengan talak satu. " Lega hati Ines mendengar ikrar talak yang diucapkan Adi. Tidak lupa Bapak memvideokan hal ini. Tak sia-sia usaha Ines dan Bapak. Pagi ini Ines dan Bapak langsung menuju kediaman Neli. Walau kaget karena datang pagi-pagi buta, Mamak menyambut Bapak dengan ramah. Tak ingin berbasa-basi diceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi. Mamak terlihat syok, Neli tak berkata apa-apa hanya masuk kekamarnya seperti orang yang tidak ingin ikut campur. Bapak mendesak untuk ada penyelesaian hari itu juga. Neli yang diperintahkan Mamak mau tidak mau keluar dari kamar, kemudian menghubungi Adi. Menunggu Adi datang, Bapak sudah me
Ines berbalik ingin menghampiri Bapak, tapi ternyata Bapak dan Oskar sudah ada tak jauh dibelakangnya. Mereka bertiga berpandang-pandangan. " Ini kamar-kamar gitu kak ? " lirih Ines, dijawab anggukan oleh Oskar. " Kita grebek aja mba, biar Bapak yang video-in. Kalau Adi tidak mau talak kamu juga, kita laporin kepolisian. " " Karena Istri bisa melaporkan suami yang berselingkuh ke polisi, terutama jika perselingkuhan tersebut telah mengarah pada perbuatan zina. Perzinaan adalah perbuatan seksual dengan orang yang bukan pasangannya yang sah. Tidak hanya Adi, tapi selingkuhannya juga bisa kita laporkan mba. " jelas Bapak panjang. " Kak, kakak saja yang ketuk pintunya. Kalau nanti sudah dibuka biar kita terobos masuk. Nanti kalau Adi protes dianggap kakak yang lapor bil
" Gilaa kamu, stoppp, jangan kasar kenapa sih, Aaahhh.. " badan Ines ditahan, ditariknya celana dalam Ines tapi kemudian Adi berhenti setelah melihat celana dalam Ines yang berpembalut merah karena darah. " Ah,sial .. " maki Adi lalu bangun dari tempat tidur dengan emosi. Ines merapat ketembok takut kena tangan Adi. Tapi kemudian.. Tok Tok Tok .. " Diii, jadi jalan kah ? " suara Oskar sambil terus mengetuk pintu. Adi membuka pintu dan menutupnya kembali. Selepas Adi pergi Ines turun dari tempat tidur, buru-buru mengganti bajunya. Dasternya yang tadi, banyak hilang kancingnya akibat ditarik paksa Adi. " Aku, mandi dulu kak "