Share

56

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-12 11:31:38

Penjaga tak juga datang. Kami pun jadi sedikit panik. Tirtasari dengan tangkas memukul kepala dokter itu.

Buakk! Pria itu pingsan seketika. Nampak seperti adegan film konyol.

Aku dan High Quality Man memandangi Tirtasari tertegun.

"Ayo, cepat cari!" ajak perempuan itu mulai melangkahkan kaki.

High Quality Man memeriksa lokasi korban lewat jam pintarnya. Perangkat yang tersambung dengan ponsel. "Terus lurus!" katanya memimpin jalan.

Kami telusuri lorong rumah sakit kuno itu. Lalu tiba di sebuah kamar.

"Nampaknya masuk sini!" ujar High Quality Man, "Terkunci!"

"Dobrak saja!" sahut Elistrik.

Pintu kuno itupun ditendang oleh High Quality Man. Langsung terbuka dan ambruk.

Beberapa petugas medis di dalamnya terkejut. "Siapa kalian?!" tanya mereka.

"Mana orang ini?!" tanya High Quality Man menunjukkan foto si pelanggan lewat ponsel.

Para perawat yang terdiri dari satu lelaki dan dua wanita itu nampak tergeragap dan ketakutan.

"Tidak tahu," jawab mereka, "Kalian harus keluar dari s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KERIS MAN   57

    Apa, kerbau merah?! Mereka ada di Myanmar?! Apa yang sebenarnya terjadi ini?! Apakah jangan-jangan mereka dibentuk di sini? Atau jaringannya sampai kemari?! Dan tentu menghadapi mereka tak bisa sembarangan. Mereka cukup kuat. Tanpa kekuatan super mereka susah dikalahkan. Tapi apakah mereka juga memiliki kekuatan super? Aku tak tahu itu! Harus kubuktikan! Aku melawan salah satu dari mereka. Satu lagi dihadapi Tirtasari dan High Quality Man. Pertarungan cukup sengit tanpa kekuatan super. Tubuh mereka sangat kuat. Tirtasari dan High Quality Man harus menerima pukulan dan tendangan yang cukup keras. Sementara itu, terdengar derap langkah tentara semakin mendekat. Sepertinya juga semakin banyak. "Tentara datang lagi!" ungkap Elistrik, Biar kuhadang. Kalian urus di sini!"Elistrik keluar ruangan dan menghadapi tentara yang datang. Suara tembakan mulai terdengar bertubi-tubi. Senapan otomatis. Kilatan cahaya dan suara energi listrik kemudian terdengar. Superhero itu pastilah mengelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • KERIS MAN   58

    Kami pun terus berlari mengikuti petunjuk Dina. Sebisa dan secepat mungkin untuk keluar kota dan menuju persembunyian pesawat. Lorong-lorong kota yang cukup sempit kami lewati untuk menghindari kejaran para tentara. Sebagian masyarakat yang memapasi kami pun terlihat bingun dan terbengong-bengong. Beberapa tentara memapasi kami. Segera kami lumpuhkan dengan kekuatan super. Kadang dengan lucuran air Tirtasari atau sengatan listrik Elistrik. Dia arahkan terus jalan yang agak berliku menuju luar kota. "Truk dan tank tentara terus berusaha mengejar kalian!" ungkapnya, "Hati-hati!""Kemana harus melangkah?" tanya High Quality Man."Terus saja ikuti petunjukku!" balas Dina, "Tapi rupanya kejaran tank dan truk akan tetap mendapati kalian suatu saat nanti. Hati-hati, mereka cepat. Mungkin terpaksa harus kalian lumpuhkan!"Kami terus berjalan cepat. Kewaspadaan harus dikedepankan. Kami tak tahu apa yang bakal terjadi. Bunyi sirine dan sahut-sahutan orang tedengar. Seperti sirine perang ata

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • KERIS MAN   59

    Kami pun segera pulang kembali. Pesawat membawa kami sampai ke kantor. Dina dan beberapa orang menyambut kami dan menyuruh kami memasuki ruang desinfeksi. Cairan disinfektan disemprotkan pada tubuh kami. "Maaf," ungkap Dina, "Ini prosedur sehabis dari negara lain. Apalagi rumah sakit."Kami memakluminya dan menjalani proses desinfeksi. Sedangkan tiga orang yang kami selamatkan diminta mandi dan berganti baju. Sebelumnya mereka mengenakan baju rumah sakit. "Selamat!" ucap Dina saat beberapa petugas membersihkan dan mengeringkan tubuh kami, "Misi yang cukup berbahaya dan seru. Syukurlah kalian selamat sampai di sini!""Cukup seru!" sahut Elistrik, "Tak setiap hari kita menghancurkan tank!""Makan dan beristirahatlah kalian," pinta Dina lagi, "Kantor akan memproses ketiga pelanggan itu kepada polisi dan dinas imigrasi. Mereka akan segera kemari. Kami pun makan siang dan beristirahat. Tattoo Kerbau Merah mengusik perhatianku. Kenapa gerombolan itu sampai ke sana? Atau apakah memang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • KERIS MAN   60

    "Kau tak apa-apa?" tanya Dina melihatku termenung."Kerbau Merah!" jawabku, "Itu yang mengusikku. Kenapa mereka ada di sana? Apakah memang berasal dari sana?""Tenanglah, Kris!" hiburnya mengelus pundakku. "Apa aku harus ke sana lagi?" gumamku, "Harus kuselidiki.""Bukan urusanmu, Kris," jawab Dina, "Tak ada panggilan dari sana, kita tak berhak ke sana!""Apa polisi juga tak bisa mengusutnya?""Untuk kasus hilangnya kedua teman mereka mungkin bisa bekerja sama dengan polisi Myanmar atau interpol. Tak bisa ke sana langsung."Pelik memang untuk urusan kriminal lintas negara begini. Otoritas berwenang saja tak bisa sembarangan masuk. Apalagi superhero online macam diriku. Tak hanya terbatas wilayah negara, tapi juga perusahaan. Kubayangkan suatu hari nanti superhero bisa ke negara manapun untuk menumpas kejahatan. Tak perlu tunduk pada batasan dan birokrasi. Malam hari, kembali kukunjungi Tirtasari di rumahnya. Dina katanya masih berhalangan dan tak bisa datang ke rumah. Kunikmati ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • KERIS MAN   61

    Kami nikmati malam di pedesaan itu di kamar. Berteman suara jangkrik dan katak yang bersahutan. Kupeluk Selly di ranjang sambil berbincang. "Kelompok Kerbau Merah?" tanyanya mendengarkan ceritaku, "Di Myanmar? Kok bisa?""Entahlah," jawabku mendesah, "Itu yang membuatku penasaran.""Jadi kau akan ke sana sama siapa?""Dengan Tirtasari.""Superhero air itu?""Yah.""Dia hebat," pujinya mengeratkan pelukan, "Berhati-hatilah. Kerbau Merah sangat kuat.""Yah, aku ingin menyelidikinya!" balasku mengecup keningnya, "Siapa dibalik kelompok itu. Apa sebenarnya tujuan mereka? Dan kenapa mereka juga ada di Myanmar?""Berhati-hatilah Kris! Kau harusnya mengajak banyak teman. Mereka berbahaya.""Tenanglah," ujarku menenangkannya, "Semua akan baik-baik saja."Kuciumi pipi kekasihku itu. "Kau akan baik-baik saja di sini?" tanyaku. "Yah, aku akan baik-baik saja. Jangan risaukan!""Anak-anak merindukanmu," lanjutnya mencium pipiku, "Tiap hari kemari. Menanyakanmu terus.""Oh ya?""Iya! Kubilang akhi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • KERIS MAN   62

    Di kantor, teman-teman menanyakan tentang rencanaku. Entah dari mana mereka mengetahuinya. Dari rencana cutiku, atau dari Tirtasari? "Jadi benar kau akan ke Myanmar?" tanya High Quality Man saat kami meminum kopi pagi, "Masih penasaran dengan Kerbau Merah itu?""Akupun ingin ke sana!" timpal Elistrik, "Masih penasaran dengan kedua orang itu.""Menyamar jadi wisatawan ke sana, Kris?" tanya High Quality Man lagi. "Yah, begitulah," jawabku menghela nafas dan melirik ke arah Tirtasari. Perempuan cantik itu pun diam saja tanpa ekspresi menatapku. "Mereka tentu akan lebih waspada!" ungkap Elistrik."Yah, keamanan pasti akan ditingkatkan!" sambung High Quality Man. "Yah," jawabku, "Sepertinya begitu.""Berdua saja?" tanya Buaya Budiman, "Dengan Tirtasari?""Aku sebenarnya ingin ikut!" imbuh Elistrik."Apa kita piknik bareng saja?" kelakar High Quality Man. "Jangan," jawabku, "Nanti jika ada yang butuh superhero di sini bagaimana?""Ah, masih ada superhero lain!" balas High Quality Man,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • KERIS MAN   63

    Esok harinya kami siap untuk menyeberang ke Myanmar lewat darat. Pemeriksaan cukup ketat. Petugas imigrasi menanyakan tujuan kami datang ke sana. Kami jawab dengan berwisata. Meski terlihat raut keraguan dari petugas itu, namun kami pun berhasil menyeberang. Barangkali mereka akan mengawasi kami. Harus waspada. Biro perjalanan Myanmar rekan dari Thailand telah menjemput kami. Cukup ramah dan ceriwis. Tipikal guide turis. Bahasa dapat kuterjemahkan dengan alat. Suasana khas Asia Tenggara masih terasa di negeri ini. Memang benar, lebih alami dan sedikit tertinggal dari Thailand. Kami menginap di hotel yang direkomendasikan guide. Cukup bagus dan tak terlalu mahal. Makan siang yang tersedia pun cukup lumayan. "Lalu bagaimana kita mulai melacak?" tanya Tirtasari setelah makan siang dan menikmati pemandangan dari balkon. "Entahlah," jawabku seperti James Bond yang sedang magang, "Mungkin kita datangi daerah kemarin.""Ah, suasana di sini cukup berbeda dari Thailand," ujar Tirtasari m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • KERIS MAN   64

    Kami menuju kota terdekat. Butuh sekitar dua jam perjalanan. "Siapa namamu?" tanyaku pada si gadis yang cukup cantik itu. "Sun Ahn!" jawabnya. "Berapa usiamu?""Dua puluh tiga tahun.""Dan adikmu?""Dua puluh tahun, ini fotonya!" jawabnya menunjukkan foto adiknya yang ia simpan di dalam dompet. Kuamati foto itu. Adiknya cukup ganteng dan gagah. "Dan kedua orangtuamu?" tanya Tirtasari. "Sudah meninggal! Dulu sakit-sakitan. Lalu meninggal. Hanya adikku satu-satunya keluarga yang kumiliki."Kami pun sampai di kota berikutnya. Kami tadi sempat melewatinya saat berangkat. Pemandangan biasa dan normal. Tak nampak sesuatu yang mereka mencurigakan."Ada rumah sakit besar di sini?" tanyaku baik pada sang guide ataupun si gadis. "Rumah sakit besar?" gumam sang guide, "Sepertinya ada dua di sini. Kenapa kalian tertarik dengan rumah sakit sedari tadi?""Tak apa!" jawabku, "Antar kami ke sana!"Kami sampai di sebuah rumah sakit yang cukup besar. Kami amati bagian depannya. Tak ada aktivit

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15

Bab terbaru

  • KERIS MAN   119

    Kucium mesra pipi Cahayani. Begitu lembut dan hangat. Aroma tubuhnya pun segar. Sahabatku itu terdiam memejamkan mata. Seolah menikmati ciumanku. Aku lalu beralih pada Anginia. Kucium lembut bibirnya. Kueratkan dekapan untuk menikmati kehangatannya. Dua superhero cantik ini. Tak kalah cantik dengan ketiga istriku. Kuciumi bergantian pipi halus mereka. Tak ada protes ataupun keberatan. Anginia kemudian memandangi bibirku. Aku sudah hafal gairah wanita macam begini. Segera saja kukecup bibirnya. Ia pun membalasnya dengan hangat. Bibir yang begitu manis dan lembut. Sepadan dengan pesona dan keanggunannya. Kukencangkan ciuman, dan ia pun makin ganas melumat-lumat bibirku. Kenikmatan sabahat yang luar biasa! "Kau pencium yang hebat!" puji Anginia selepas ciuman sambil memandangiku dalam, "Tak heran punya tiga istri!" Aku tersenyum dan mengecupi bibirnya. Lalu beralih pada Cahayani di sisi lain. Superhero cantik itu terdiam dengan nafas memberat. Kupandangi wajahnya y

  • KERIS MAN   118

    Sistem informasi kantor lama ini belum secanggih kantor baruku. Untuk melacak keberadaan Gajah Man dan Jago Man pun kesulitan. "Mereka tak bisa ditemukan!" ungkap beberapa staf pegawai. "Alat pelacak kita?" tanya mantan bos "Tak terdeteksi Pak!" jawab staf yang lain. "Bagaimana bisa?!" "Entahlah Bos," "Alat komunikasi radio bagaimana?" tanya mantan bos kian resah. "Tak bisa juga!" "Coba pantau lewat media sosial dan live!" "Baik!" jawab beberapa staf pegawai yang segera memperhatikan berbagai media sosial dan siaran televisi. Kami tunggu beberapa saat. Berharap menemukan petunjuk dimana Gajah Man dan Jago Man berada. "Tak ada tanda-tanda atau liputan tentang mereka!" ungkap beberapa staf. Bos nampak kian kebingungan. "Sebaiknya kalian sementara berlindung ke kantor kami," pintaku pada Anginia dan Cahayani. "Mereka superhero-ku, Kris!" sahut mantan bos, "Biar mereka tetap dalam perlindungan kami!" "Tapi kalian tak punya sistem keamanan memadai!" balasku.

  • KERIS MAN   117

    Mereka terus maju dan berusaha menyerang kami. Segera saja kami balas untuk mengalahkan mereka. Aku dan High Quality Man menghadapi empat orang. Sementara Anginia dan Cahayani menghadapi dua yang lain. Lagi-lagi musuh yang cukup kuat. Kami harus bersiaga dan waspada. Pukulan-pukulan mereka cukup kuat dan cepat. Kami tangkis dan hindari sebagian. Berusaha kami balas serangan mereka dengan pukulan-pukulan kami. Namun nampaknya tak membuat luka berarti. Pukulan-pukulan mereka memiliki kekuatan bagai kerbau. Kadang kuat seperti gajah. Sebisa mungkin kami halau atau hindari. Satu pukulan kutangkis, dan kekuatannya cukup membuatku terhempas mundur. Lawan High Quality Man pun demikian. Kekuatannya cukup besar untuk dilawan. Untung saja sahabatku itu memiliki postur yang cukup besar untuk menanganinya. Mereka juga menggunakan serudukan dan serangan-serangan lutut yang cukup merepotkan. Benar-benar mirip kerbau atau gajah. Kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Kukerahka

  • KERIS MAN   116

    Kucumbui dan kugumuli tiga wanita menawan itu. Meredakan ketegangan dan kelelahan. Kuelus dan kuraba ketiganya penuh kasih dan hasrat. Ciuman pun mendarat di manapun gairah ini menggelora. Leher perempuan muda yang begitu menggoda untuk diciumi dan dicumbui. Lalu berlanjut ke pundak, bahu dan dada mereka. Tak tahan lagi, segera kami raih kehangatan asmara dengan ganas. Tiga istri yang menjadi sumber kebahagiaanku hingga puas. Sesuai menikmati asmara, kami pun menjalani malam untuk beristirahat. Semoga para penjahat juga beristirahat. Pagi harinya, kami jalani hari masih dalam keresahan. Masih berusaha keras menemukan teman-teman kami yang diculik. Bos memutuskan untuk melapor pada polisi. Tak lama kemudian para petugas pun datang. Dipimpin oleh seorang reserse yang terlihat cukup berpangkat. Kami paparkan segala kejadian. Termasuk memperlihatkan alat bukti rekaman kamera pengawas. "Cukup parah," gumam pemimpin aparat yang datang itu, "Baiklah, akan kami catat. Akan ka

  • KERIS MAN   115

    Aku pun kembali ke kantor. Teman-teman menanyaiku. "Bagaimana Kris?' "Aku sudah bicara dengan mereka," jawabku, "Sebagian mau offline, sebagian tidak. Tapi tetap waspada." "Yah, kucek, Anginia dan Cahayani offline," balas Dina, "Sedangkan Gajah Man dan Jago Man tetap online." "Yah, begitulah," jawabku. "Jadi kita sekarang baby sitter perusahaan sebelah?" seloroh Dina. "Yah, barangkali." "Sebaiknya kalian beristirahat!" perintah Dina pada kami, "Biar kantor dibersihkan dan diamankan ulang!" "Yah," jawabku, "Kau juga, beristirahatlah Din!" "Yah," Aku masuk ke kamar bersama tiga istriku. Begitu juga High Quality Man yang kembali ke kamarnya. Aku mandi di kamar dan segera beristirahat. Tirtasari dan si kembar melayaniku. Menghilangkan makanan dan kami santap bersama. Kami menikmati hidangan nikmat itu di meja makan kamar. "Kemana mereka menculik teman-teman?!" kesah Tirtasari. "Tenang saja, kita pasti akan menemukan mereka!" jawabku. "Yah, semoga." Seusai makan,

  • KERIS MAN   114

    Kuikuti Anginia mengembalikan tas yang dicopet kepada pemiliknya. Ia melesat terbang rendah. Kupacu ringan Motokris di belakangnya. Ibu itu berterima kasih banyak pada Anginia. "Terimakasih, aku habis mengambil uang di bank," ucapnya, "Ini sebagai ucapan terimakasih!" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang dari tasnya kepada Anginia. "Sama-sama Bu," jawab Anginia, "Ibu yang memesan lewat aplikasi?" "Bukan! Ponselku ada di dalam tas." "Saya yang memesan lewat aplikasi," papar seorang wanita muda tak jauh dari situ. "Jangan khawatir, Bu," ungkapnya pada sang korban, "Sudah kubayar lewat aplikasi." "Ah, terimakasih!" balas sang ibu menyerahkan uang pada wanita itu, "Ini untuk gantinya!" "Ah, tidak usah Bu!" balas sang wanita, "Murah saja kok pesannya! Tidak perlu diganti!" "Kau tak mau dibayar!" balas Sang Ibu, "Superhero ini juga tak mau dibayar! Lalu aku harus bagaimana?!" "Jangan pikirkan, Bu," jawab Anginia tersenyum, "Saya sudah dapat gaji dari perusahaan! Tak

  • KERIS MAN   113

    Yah, kami kembali kebingungan untuk mencari teman-teman kami. Ternyata truk itu bukan termasuk bagian dari komplotan Kerbau Merah. Sopir truk dikembalikan pada kendaraannya oleh pegawai kantor. Diberi uang kompensasi atas apa yang telah kami lakukan. "Bagaimana kita mencari teman-teman?" tanya High Quality Man. "Entahlah," jawab Dina, "Pelacakan dari laptop itu belum berhasil?" tanyaku. Kami pun kembali ke ruang kontrol dan menanyakan pada para pegawai IT, "Bagaimana?" tanya Dina, "Ada perkembangan?!" "Susah!" jawab salah satu dari mereka. "Ini memakai teknologi tinggi yang susah diretas," imbuh yang lain, "Sepertinya memakai ahli IT yang tak main-main. Sulit ditundukkan!" "Coba terus!* perintah Dina. *Hei, lihat!* ungkap salah seorang pegawai IT, "Ada sesuatu!* Kami amati layar laptop yang telah disambungkan ke sebuah layar kantor yang cukup besar. Program itu memunculkan nama-nama baru. Gajah Man, Jago Man, Anginia, Cahayani. "Astaga, mereka teman-temanku!* gum

  • KERIS MAN   112

    "Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere

  • KERIS MAN   111

    Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status