Share

53

Penulis: Cahyo Sumarsongko
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dua gadis kami selamatkan. Mereka ketakutan karena tersekap.

"Salah satu dari mereka adalah teman sekolah kami," ungkap salah satu gadis, "Ternyata kami dijual."

"Kenapa bisa sampai begitu?" tanyaku.

"Dia mengajak kami bertemu di daerah sini," jawabnya, "Tak tahu jika ada gudang kosong di sini. Terus kami diajak masuk kemari."

"Salah seorang temannya lalu datang," lanjutnya sedikit terisak, "Dan mulai melecehkan kami."

"Kami coba berontak," imbuh yang lain, "Tapi kalah kuat. Hingga akhirnya mereka berdua memperkosa kami. Saat kami melawan, mereka pukul dan tampar. Kami jadi takut."

"Ternyata ia menjual kami pada temannya itu," lanjutnya, "Setelah selesai, mereka mengurung dan mengancam kami. Katanya akan datang pembeli yang lain. Terus kami coba panggil superhero."

"Ah, teman jaman sekarang!" hibur Tirtasari memeluk mereka, "Jangan mudah percaya orang! Kalian kelas berapa?"

"Dua SMA!" jawab mereka.

Kami pastikan polisi datang dan menangkap para pemuda itu. Beberapa diantaranya sepe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KERIS MAN   54

    Yah, ia balas memeluk dan menciumku. Bibirnya begitu nikmat dan segar. Tubuhnya pun menempel hangat dalam pelukan. "Aku menyukaimu, Kris!" bisiknya melepaskan ciuman. Kubalas dengan ciuman yang lebih mesra dan hangat. Lalu mulai kugumuli lehernya yang indah dan bergaris-garis indah seperti kerang. Superhero cantik ini! Terlena dengan asmara, tanganku mulai meraba-raba dadanya. Tampak ia biarkan, kuremas payudara montok dan indah itu semakin kencang. Ia tersenyum dan kembali menciumiku. "Kau sudah cukup mengeluarkan cairan hari ini?!" tanyaku menggodanya. "Ha ha ha! Harus kau keluarkan!" balasnya gemas, "Dengan kerismu yang besar!""Oke!" jawabku segera membuka bajunya. Ia bantu untuk melanjangi diri. Dan kami pun segera hanyut dalam permainan asmara di ruang televisi itu. "Pelan ya, aku masih perawan!" pintanya sayu. "Pelan juga kalau mau menyemburkan cairan!" balasku, "Aku bisa terlempar!""Ha ha, dasar!" jawabnya mengapit pinggangku. Segera kunikmati keperawanan pahlawan su

  • KERIS MAN   55

    Astaga, Dina mendengar percakapan kami. Mungkinkah ia cemburu? Padahal ia tahu jika aku berpacaran dengan Selly. Untung saja ia tak tahu kejadian semalam dengan Tirtasari. Atau ia sudah tahu dari lokasiku? Sampai kapan ia akan mengetahuinya? Dan jika itu terjadi, apakah ia akan marah? Wanita memang susah ditebak. High Quality Man memandangku tersenyum. "Kami hanya bercanda, Bos!" ungkapnya pada Dina di radio, "Tapi tak ada salahnya jika memang kami mendapatkan jodoh gadis Myanmar bukan? Ha ha.""Tentu, aku akan mendukung!" jawab Dina datar.Tirtasari memandangku dengan tatapan pasrah. Seolah menggelengkan kepala di dalam hati. Mungkinkah ia juga cemburu? Apakah ia benar-benar mencintaiku? Kami pun segera memasuki wilayah daratan Myanmar. Tanah yang masih hijau dan cukup banyak terdapat hutan. Persawahan dan perumahan banyak dijumpai. Mirip di dalam negeri. Atau mungkin seperti Vietnam di film-film perang. Kami telusuri wilayah itu. Rupanya kami memang tak terdeteksi radar. Belum

  • KERIS MAN   56

    Penjaga tak juga datang. Kami pun jadi sedikit panik. Tirtasari dengan tangkas memukul kepala dokter itu.Buakk! Pria itu pingsan seketika. Nampak seperti adegan film konyol. Aku dan High Quality Man memandangi Tirtasari tertegun. "Ayo, cepat cari!" ajak perempuan itu mulai melangkahkan kaki. High Quality Man memeriksa lokasi korban lewat jam pintarnya. Perangkat yang tersambung dengan ponsel. "Terus lurus!" katanya memimpin jalan. Kami telusuri lorong rumah sakit kuno itu. Lalu tiba di sebuah kamar. "Nampaknya masuk sini!" ujar High Quality Man, "Terkunci!" "Dobrak saja!" sahut Elistrik. Pintu kuno itupun ditendang oleh High Quality Man. Langsung terbuka dan ambruk. Beberapa petugas medis di dalamnya terkejut. "Siapa kalian?!" tanya mereka. "Mana orang ini?!" tanya High Quality Man menunjukkan foto si pelanggan lewat ponsel. Para perawat yang terdiri dari satu lelaki dan dua wanita itu nampak tergeragap dan ketakutan. "Tidak tahu," jawab mereka, "Kalian harus keluar dari s

  • KERIS MAN   57

    Apa, kerbau merah?! Mereka ada di Myanmar?! Apa yang sebenarnya terjadi ini?! Apakah jangan-jangan mereka dibentuk di sini? Atau jaringannya sampai kemari?! Dan tentu menghadapi mereka tak bisa sembarangan. Mereka cukup kuat. Tanpa kekuatan super mereka susah dikalahkan. Tapi apakah mereka juga memiliki kekuatan super? Aku tak tahu itu! Harus kubuktikan! Aku melawan salah satu dari mereka. Satu lagi dihadapi Tirtasari dan High Quality Man. Pertarungan cukup sengit tanpa kekuatan super. Tubuh mereka sangat kuat. Tirtasari dan High Quality Man harus menerima pukulan dan tendangan yang cukup keras. Sementara itu, terdengar derap langkah tentara semakin mendekat. Sepertinya juga semakin banyak. "Tentara datang lagi!" ungkap Elistrik, Biar kuhadang. Kalian urus di sini!"Elistrik keluar ruangan dan menghadapi tentara yang datang. Suara tembakan mulai terdengar bertubi-tubi. Senapan otomatis. Kilatan cahaya dan suara energi listrik kemudian terdengar. Superhero itu pastilah mengelua

  • KERIS MAN   58

    Kami pun terus berlari mengikuti petunjuk Dina. Sebisa dan secepat mungkin untuk keluar kota dan menuju persembunyian pesawat. Lorong-lorong kota yang cukup sempit kami lewati untuk menghindari kejaran para tentara. Sebagian masyarakat yang memapasi kami pun terlihat bingun dan terbengong-bengong. Beberapa tentara memapasi kami. Segera kami lumpuhkan dengan kekuatan super. Kadang dengan lucuran air Tirtasari atau sengatan listrik Elistrik. Dia arahkan terus jalan yang agak berliku menuju luar kota. "Truk dan tank tentara terus berusaha mengejar kalian!" ungkapnya, "Hati-hati!""Kemana harus melangkah?" tanya High Quality Man."Terus saja ikuti petunjukku!" balas Dina, "Tapi rupanya kejaran tank dan truk akan tetap mendapati kalian suatu saat nanti. Hati-hati, mereka cepat. Mungkin terpaksa harus kalian lumpuhkan!"Kami terus berjalan cepat. Kewaspadaan harus dikedepankan. Kami tak tahu apa yang bakal terjadi. Bunyi sirine dan sahut-sahutan orang tedengar. Seperti sirine perang ata

  • KERIS MAN   59

    Kami pun segera pulang kembali. Pesawat membawa kami sampai ke kantor. Dina dan beberapa orang menyambut kami dan menyuruh kami memasuki ruang desinfeksi. Cairan disinfektan disemprotkan pada tubuh kami. "Maaf," ungkap Dina, "Ini prosedur sehabis dari negara lain. Apalagi rumah sakit."Kami memakluminya dan menjalani proses desinfeksi. Sedangkan tiga orang yang kami selamatkan diminta mandi dan berganti baju. Sebelumnya mereka mengenakan baju rumah sakit. "Selamat!" ucap Dina saat beberapa petugas membersihkan dan mengeringkan tubuh kami, "Misi yang cukup berbahaya dan seru. Syukurlah kalian selamat sampai di sini!""Cukup seru!" sahut Elistrik, "Tak setiap hari kita menghancurkan tank!""Makan dan beristirahatlah kalian," pinta Dina lagi, "Kantor akan memproses ketiga pelanggan itu kepada polisi dan dinas imigrasi. Mereka akan segera kemari. Kami pun makan siang dan beristirahat. Tattoo Kerbau Merah mengusik perhatianku. Kenapa gerombolan itu sampai ke sana? Atau apakah memang p

  • KERIS MAN   60

    "Kau tak apa-apa?" tanya Dina melihatku termenung."Kerbau Merah!" jawabku, "Itu yang mengusikku. Kenapa mereka ada di sana? Apakah memang berasal dari sana?""Tenanglah, Kris!" hiburnya mengelus pundakku. "Apa aku harus ke sana lagi?" gumamku, "Harus kuselidiki.""Bukan urusanmu, Kris," jawab Dina, "Tak ada panggilan dari sana, kita tak berhak ke sana!""Apa polisi juga tak bisa mengusutnya?""Untuk kasus hilangnya kedua teman mereka mungkin bisa bekerja sama dengan polisi Myanmar atau interpol. Tak bisa ke sana langsung."Pelik memang untuk urusan kriminal lintas negara begini. Otoritas berwenang saja tak bisa sembarangan masuk. Apalagi superhero online macam diriku. Tak hanya terbatas wilayah negara, tapi juga perusahaan. Kubayangkan suatu hari nanti superhero bisa ke negara manapun untuk menumpas kejahatan. Tak perlu tunduk pada batasan dan birokrasi. Malam hari, kembali kukunjungi Tirtasari di rumahnya. Dina katanya masih berhalangan dan tak bisa datang ke rumah. Kunikmati ma

  • KERIS MAN   61

    Kami nikmati malam di pedesaan itu di kamar. Berteman suara jangkrik dan katak yang bersahutan. Kupeluk Selly di ranjang sambil berbincang. "Kelompok Kerbau Merah?" tanyanya mendengarkan ceritaku, "Di Myanmar? Kok bisa?""Entahlah," jawabku mendesah, "Itu yang membuatku penasaran.""Jadi kau akan ke sana sama siapa?""Dengan Tirtasari.""Superhero air itu?""Yah.""Dia hebat," pujinya mengeratkan pelukan, "Berhati-hatilah. Kerbau Merah sangat kuat.""Yah, aku ingin menyelidikinya!" balasku mengecup keningnya, "Siapa dibalik kelompok itu. Apa sebenarnya tujuan mereka? Dan kenapa mereka juga ada di Myanmar?""Berhati-hatilah Kris! Kau harusnya mengajak banyak teman. Mereka berbahaya.""Tenanglah," ujarku menenangkannya, "Semua akan baik-baik saja."Kuciumi pipi kekasihku itu. "Kau akan baik-baik saja di sini?" tanyaku. "Yah, aku akan baik-baik saja. Jangan risaukan!""Anak-anak merindukanmu," lanjutnya mencium pipiku, "Tiap hari kemari. Menanyakanmu terus.""Oh ya?""Iya! Kubilang akhi

Bab terbaru

  • KERIS MAN   112

    "Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere

  • KERIS MAN   111

    Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum

  • KERIS MAN   110

    Di sekitaran minimarket, para superhero terus berupaya melawan musuh berbadan besar dan kekar itu. Namun mereka terus kewalahan. Dihajar habis-habisan dan tersungkur lemah. "Ia akan membunuh mereka!* ungkap Buaya Budiman. Dan di area kerusuhan, para superhero kian kewalahan menghadapi para perusuh yang beringas dan bersenjatakan anaka macam. Mereka kini tersungkur hendak dikeroyok. "Kita harus membantu!" desakku. "Aku juga harus turun!" sahut Tirtasari, "Memadamkan monster api itu!" "Jangan Kris!" cegah Dina, "Tirtasari!" "Mereka bisa mati!" sahutku, "Kita tak punya pilihan lain!" "Yah, kota terancam!" imbuh Tirtasari, "Tidak ada lagi yang bisa melawan monster itu!" Dina memandang pada Bos. Dan sang manajer menghela nafas berat. "Baiklah," jawabnya, "Berhati-hatilah! Jika terdesak langsung mundur! Utamakan keselamatan kalian! Dan kalau bisa, selamatkan teman-teman di sana!" "Baik Bos!" jawabku dan Tirtasari bersamaan. "Kami ikut!" pinta Buaya Budiman dan yang lain

  • KERIS MAN   109

    Yah, orang-orang senang karena kebakaran yang melanda rumah dan lingkungan mereka mereda. Tapi mereka cukup kesal dengan bau dan entitas air sungai yang kotor dan jorok. Bahkan beberapa tumpukan sampah menimpa mereka. "Uh, siapa yang buang popok bayi ke sungai?!" keluh salah seorang warga yang tertimpa bungkusan popok bayi kotor. "Juga sampah-sampah ini?!" timpal yang lain karena terkena terpaan sampah, "Dasar! Orang-orang parah, membuang sampah di sungai!" "Kita kan juga sering begitu!" balas warga yang lain. "Ah! Iya, betul juga!" "Hei, siapa yang buang bangkai ke sungai?!" gerutu warga lain kesal karena terkena bungkusan jorok, "Bangkai apa ini?! Tikus?! Menjijikkan!" Sementara itu, superhero angin terus berusaha menyemburkan air pada sang monster. Kebakaran cukup mereda dan menyisakan titik-titik api kecil saja. Ia sekarang lebih banyak menyerang sang monster dengan semburan air sungai. Namun moster itu ternyata cukup cerdas. Ia menyeberang sungai dengan nyalanya yang mela

  • KERIS MAN   108

    Yah, monster itu menyerang helikopter yang ditumpangi paparazi. Terlihat di layar, semburan api yang mengerikan menerpa mereka. Lalu suara terbakar dan teriakan-teriakan. "Ia membakar kami!" pekik sang wartawan, "Ia membakar kita!" "Sial!" umpat Dina dan teman-teman. Terlihat dari layar lain, helikopter itu terbakar dan berputar-putar tak karuan. Sepertinya rekaman live dari seorang netizen. "Lihat itu!" teriakan orang-orang di bawah, "Awas!" Pesawat itu hendak jatuh menerpa kerumunan orang di bawah. Mereka pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Superhero angin segera meluncur ke bawah. Ia gunakan kekuatan angin untuk mengangkat helikopter itu ke atas dan menghindari terjatuh menimpa orang-orang. "Wuuu!" pekik orang-orang tertegun. Dengan kekuatan angin pula, sang superhero menghembuskan api di helikopter agar padam. Sang wartawan, kameraman dan pilot melompat ke bawah. Mereka pun diselamatkan dengan energi angin sang superhero. Mendarat di jalan dengan selamat.

  • KERIS MAN   107

    Dari layar terlihat beberapa perusuh nampak aneh. Tubuh mereka kecil, layaknya orang pedesaan. Menenteng berbagai senjata. Mulai dari senjata tajam hingga tongkat kayu. "Siapa kalian?!" tanya para superhero, "Sengaja membikin rusuh?! Pulanglah! Kalian tak nampak seorang demonstran!" Mereka seolah tak mau mendengar dan terus merangsek maju sambil menyiapkan senjata. Para superhero nampak waspada. "Mereka sepertinya penyusup!" ungkap beberapa polisi yang mendekat pada superhero, "Bukan bagian dari para demonstran!" "Inilah yang ditakutkan dari aksi demontrasi!" susul polisi yang lain, "Hadirnya para penyusup dan provokator?" "Mundur kalian!" bentak para polisi, "Atau kami tindak keras!" Para penyerang tak menggubris peringatan itu dan terus maju. "Biar kami hadapi!" terang para superhero bersiap. Mereka lalu saling bertarung. Para penyerang nampak ganas dan mengarahkan senjata mereka secara membabi-buta. Para superhero pun mengerahkan tenaga dan kemampuan mereka untu

  • KERIS MAN   106

    Terlihat dari video live, para superhero bantuan mulai datang. Ada dua superhero yang hendak membantu melawan monster api. Video dari para superhero bantuan pun dapat terlihat di layar. Mereka beterbangan dan meloncat-loncat dari gedung ke gedung untuk mengatasi musuh. "Bagaimana kita akan mengatasi ini?!" tanya superhero yang datang. "Entahlah, kucoba meniupnya dengan energi yang angin milikku," jawab superhero angin, "Tapi malah tambah besar!" Kebakaran pun kian melanda di sana-sini. Beberapa gedung dan bangunan terbakar. Begitu juga dengan beberapa orang yang malang. Beberapa kendaraan, baik mobil ataupun sepeda motor juga tak lepas dari kobaran api. Para pengendaranya terlihat kocar-kacir dan sebagian terbakar. "Lihat, ada yang terjebak dalam mobil!" pekik beberapa orang di bawah. Sebagian merekamnya secara live. "Ada anak-anak di dalam!" seru yang lain, "Sepertinya satu keluarga!" "Mereka akan terbakar habis!" "Superhero," panggil Dina pada para superhero yang me

  • KERIS MAN   105

    "Mohon bantuan!" pekik Manusia Elang lewat radio komunikasi. "Ada apa?!" balas Dina dari kantor. "Ada musuh yang kuat! Ia muncul dari perampokan di minimarket dan menyerangku!" "Identifikasi penyerang!" balas Dina, "Kenapa video tak muncul dari kostummu?!" "Perangkat video mungkin rusak karena perkelahian! Dia sangat kuat dan bertubuh besar! Berbaju serba hitam!" Kami saling pandang di kantor. "Kerbau Merah?!" gumam Dina padaku. "Barangkali!" jawabku. "Kami butuh bantuan!" pekik superhero lain yang menangani kebakaran. "Apa yang terjadi?!" tanya Dina. "Musuh yang kuat!" balasnya, "Berkekuatan api!" Kami kembali saling pandang dan cemas. "Ia muncul dari api kebakaran!" lanjut sang pelapor, "Sangat kuat dan besar!" "Perangkat videomu rusak?!" tanya Dina. "Entahlah! Mungkin terbakar karena panas!" "Kita harus bantu mereka!" usulku pada Dina dan yang lain. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Kalian offline! Biar dibantu superhero lain!" "Stok superhero kita makin m

  • KERIS MAN   104

    "Semoga semua dapat kita atasi," imbuhku untuk menenangkan mereka. Kunikmati ketiga istriku dalam eksotika pemandangan kota. Chantrea dan Chanthou makin ketagihan dinikmati dalam suasana yang jauh berbeda dari pedesaannya ini. Hari berikutnya berjalan seperti sebelumnya. Kami terus waspada dan bersiaga di kantor. Hal yang cukup menjemukan bagi teman-teman yang terpaksa offline. "Jadi kapan mereka akan menyerang?!" keluh Buaya Budiman, "Nampaknya kita bosan menunggu! Apa benar mereka akan menyerang?" "Apa benar informasi yang kau dapat, Kris?!" imbuh High Quality Man. "Entahlah," jawabku, "tapi sepertinya kita harus tetap waspada!" "Jangan-jangan mereka merubah rencana?!" kesah Buaya Budiman. "Kita tak tahu apa-apa," sahut Elistrik nampak lebih santai. "Mungkin perlu kita lihat lagi laptop itu!" desak Buaya Budiman. "Kenapa?" tanya Elistrik. "Lihat saja! Barangkali ada petunjuk lain." Kami pun mengamati lagi laptop itu yang sebelumnya disimpan Tirtasari. Tak ada ya

DMCA.com Protection Status