“Nggak ada balasan sama sekali dari Raline.”
Samudra menunggu kabar dari Raline, kekasihnya. Ia menghubungi sang kekasih lewat ponsel Rajasa. Namun sayangnya, tidak ada reaksi apapun dari sang kekasih yang berada di New City.Samudra sedang berada di perhelatan acara fashion show. Di saku jasnya, terdapat ponsel Nami yang bergetar sejak tadi. Sudah sejak subuh tadi, benda persegi panjang itu sangat sibuk. Tidak ada pesan memaki dari mamanya Nami. Malah beruntun pesan dari atasan dan rekan-rekan kerja si pemilik ponsel.Samudra harus meneruskan semua informasi kepada Nami. Dengan mata yang masih enggan terbuka, Samudra lagi-lagi menjumpai kehidupan lain dari seorang Nami dalam bentuk lingkungan kerja yang toksik.(“Nam, printernya kok rusak lagi? Aku harus ngeprint kerjaan, nih!”)(“Halo, Nami! Dimana, woy?! Pak Kaze nagih laporan kemarin. Udah kamu kerjain, kan?”)(“Nam, beliin sarapan sama kopi. Pake uang kamu dulu.”)(“Kerjaan kamu yang kemarin, nggak ada yang bener. Kamu gimana, sih?”)Samudra tidak tahu mengapa saat mengenal singkat seorang Nami membuat dirinya memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Samudra mengintip cukup banyak pesan-pesan yang masuk di grup chat kantor Nami dan terkuaklah semua pesan yang mendominasi Nami diperlakukan layaknya babu.Samudra tidak bisa yakin menebak, apa sebenarnya pekerjaan Nami? Namun Samudra bisa mencium sistem kerja paksa di sini.Bukan itu saja yang membuat Samudra mengernyit. Yang satu ini lebih membuatnya bergidik ngeri. Kontak itu bernama Pak Kaze.Samudra sudah tahu jika Pak Kaze ini adalah atasannya Nami di kantor dari pesan-pesan di grup chat karyawan. Isi pesan Pak Kaze cenderung melecehkan Nami.(“Nami itu singkatan dari Anak Manis, kan? Hehe. Makan siang bareng mau? Atau tadi saya dengar kamu kebingungan sama job desk baru kamu? Sini saya ajari sambil makan siang di ruangan saya. Sambil pangku juga boleh.”)(“Saya kasihan liat kamu disuruh-suruh sama rekan-rekan kamu. Makanya kamu terima aja jadi asisten saya. Yang nyuruh kamu cuma saya. Mereka pasti nggak berani lagi sama kamu. Nanti saya kasih apapun yang kamu mau. Jadi asisten saya aja, kamu saya sayang-sayang. Apalagi jadi istri saya. Hehe.”)Sebagai seseorang yang pernah menjadi pimpinan agensi selama tiga tahun, Samudra tidak pernah mendapati bagian kepala di perusahaannya melakukan hal demikian terhadap karyawati. Jika ketahuan, Samudra tidak akan segan memberi sanksi sampai memecatnya.Samudra memang sudah berhenti sebagai CEO di agensi miliknya. Samudra menunjuk seseorang yang mumpuni untuk menduduki posisi tersebut. Sementara dirinya, masih menjadi produser tetap di sana. Samudra merasa tidak cocok mengurus tetek bengek bisnisnya. Ia hanya ingin bermusik. Tak pernah berubah dari dulu.Selesai menghadiri acara fashion show. Samudra yang sudah di hotel dan sedang makan, menyempatkan diri untuk bertanya kabar pada Nami. Tak lupa, dirinya juga meminta Rajasa untuk terus menghubungi Raline. Sungguh Samudra rindu sang pacar yang masih tak ada kabar.(“Nona Nami, apa anda sibuk bekerja?”)Samudra tak mengharapkan balasan cepat sebenarnya. Namun tanggapan Nami datang terlalu cepat.(“Masih di kantor, Mas. Nggak tau bisa pulang tepat waktu atau lembur.”)Samudra mengetikkan balasan, tapi ia menghapusnya. Sepertinya kurang enak kalau membahas soal rekan kerja yang menyebalkan. Maka Samudra pun memikirkan hal lain yang mungkin bisa sedikit menghibur Nami di New City sana.“Kak Rajasa,” panggilnya pada sang manager.“Ya. Pacarmu belum ada kabar.”“Tolong, minta bantuan pada siapa saja yang di Jakarta untuk mengirimkan ice cream truck ke …. “ Samudra baru sadar jika dirinya belum tahu dimana Nami bekerja.Samudra terpaksa menanyakan alamat kantor Nami. Namun agar tidak terlalu kentara, Samudra memodifikasi pertanyaannya.(“Nona bekerja di perusahaan apa?”)Nami langsung membacanya dan Samudra tersenyum tanpa sadar melihat balasan Nami.(“Perusahaan penghasil peralatan kantor, Mas. Yang di Cempaka itu. Gudangnya perkantoran segala aspek. Kenapa, Mas?”)Samudra tak membalasnya.Ketika Nami di tanah air mendapatkan kiriman yang tak terbayangkan olehnya seumur hidup. Nami seketika menanyai Samudra tentang kiriman ice cream truck tersebut setelah diberitahu identitas pengirimnya oleh si penjaga ice cream truck.(“Mas ngirim ice cream truck buat saya?”)Samudra mengacungkan jempol pada Rajasa. Rasanya senang, karena sudah berhasil menyenangkan orang lain.(“Iya. Semoga kamu happy hari ini.”)Nami membalas bila hal yang dilakukan Samudra itu berlebihan. Namun ia tetap berterima kasih.“Dia istimewa banget, ya? Kamu seharian cuma melototin ponsel demi nunggu sesuatu dari orang asing.”Rajasa wajar saja heran. Samudra menatap ponsel yang sama persis dengan ponselnya lima detik sekali.“Aku hanya menunggu pesan dari orang-orang yang mungkin membutuhkanku.”“Raline artinya nggak butuh kamu.”“Hey!”“Kenapa menyangkalnya? Kamu dan Raline seperti orang yang nggak punya hubungan apa-apa. Jarang bertemu padahal nggak sedang dalam ranah hubungan jarak jauh. Sekali bertemu juga harus di tempat private. Publikasi? Nggak ada.”Meski Rajasa tidak memaparkannya pun, Samudra sudah cukup melek jika cara pacarannya dan Raline berbeda dengan pasangan kasmaran di luar sana. Profesi Samudra yang merupakan seorang penyanyi jebolan anggota boyband bernama Squirrel Crush, mengantarkannya pada kepopuleran tanpa henti. Penggemar garis kerasnya bejibun dan didominasi oleh para gadis muda sampai wanita paruh baya.Karir yang ia panjat pun tidak langsung meroket dan membuatnya ongkang-ongkang kaki bak selebriti sultan. Debut di agensi yang mirip ruko ketimbang perusahaan musik, melahirkan banyak pembenci daripada penggemar. Sampai dihapus dari daftar artis yang akan tampil di acara TV pernah dialami. Caci maki, hinaan, ejekan, dan sindiran tajam adalah makanan yang akrab membersamai dirinya dalam meniti karir. Sekarang Samudra diibaratkan mereguk hasil dari kerja kerasnya terdahulu.Wajar bukan apabila dirinya menyembunyikan Raline dari khalayak? Samudra tidak ingin kehilangan karir yang telah ia bangun dari minus. Menjadi penyanyi, produser musik, dan memiliki agensi sendiri merupakan cita-cita yang tidak ia raih dalam semalam. Samudra tidak ingin jika hubungan asmaranya terpublikasi dan berpotensi menghancurkan karir yang sudah membesarkan namanya.Salah besar jika Samudra dianggap gila popularitas. Dirinya sama seperti manusia lain. Berusaha hidup lebih baik dengan upgrade kehidupan. Ia hanya berusaha mempertahankan yang telah ada.“Aku tidak ingin gegabah, Kak. Aku yakin tidak ada yang harus dikorbankan untuk mendapatkan cinta. Bukan cinta jika kita harus mengorbankan sesuatu.”“Gitu, ya? Lantas karir yang kamu raih sekarang juga buah dari pengorbanan. Kamu dan yang lain kurang tidur, maksain diri dan hati biar sekuat baja. Apa Raline bukan gadis yang pantas meraih pengorbananmu?”Samudra menyeringai kecil,”Jika aku mengorbankan karir. Keluarganya Raline langsung mencabut restu.”“Omonganmu macam pernah melamar secara resmi aja.”“Eh, simpanan bos dapat ice cream truck dari sugar daddy yang mana lagi, nih?”Nami salah besar jika niatnya untuk berbagi kepada teman-teman sekantornya malah berbalik menjadi penghinaan yang sudah biasa ia terima. Nami salah mengira jika dengan berbagi, maka rekan-rekan kerjanya akan lebih lunak bersikap kepadanya. Lagipula siapa yang bisa menghabiskan es krim seorang diri?“Tapi nggak papa. Siapa, sih, yang nolak es krim gratis?”“Bilangin sama papah gula kamu buat ngirimin food truck besok.”“Pak Kaze nggak cemburu, kamu punya papah gula yang lain? Atau ternyata … emang truck ini dikirimin sama beliau?” Salah satu dari ketiga gadis yang merupakan rekan kerja Nami, berlagak kaget. Kedua gadis di sampingnya cekikikan seraya memesan ice cream tanpa rasa malu. Nami hanya bisa menahan kesal. Ia tak ingin melawan bukan karena takut, tapi ia tidak ingin menciptakan masalah di tempat kerja. Bagaimanapun, Nami butuh pekerjaan ini agar bisa membiayai ibunya yang suka meminta uang tanpa t
(“Hai, selamat pagi. Boleh izin membuka galeri foto? Tadi saya selfie beberapa kali. Saya harus mengunggah sesuatu untuk pekerjaan.”)(“Rencananya hari ini, saya ingin membeli ponsel baru.”)Nami yang masih bekerja, sontak menyambar ponsel dan membuka pesan dari Mas Dirga secepat kilat. Nami tidak mengerti, apa yang membuatnya sumringah seketika hanya karena membaca pesan berbahasa kelewat formal dari Mas Dirga?Selamat pagi? Nami terkekeh dengan sebelah tangan menutupi mulut. Di New City sudah jam setengah dua belas siang. Namun Nami tidak akan mempermasalahkan sapaan tersebut. Nami mengerutkan kening dan tak sengaja membuat bibirnya sedikit mengerucut saat membalas pesan Mas Dirga.(“Buka aja, Mas. Tapi maaf kalau nggak sengaja liat foto-foto absurd saya. Emm, kenapa mas beli ponsel baru? Padahal sisa empat hari lagi, ponsel mas udah balik ke tangan mas.”)Nami memikirkan kalimat balasannya sekali lagi. Sepertinya ia tidak perlu bertanya tentang alasan Mas Dirga membeli ponsel. Dir
(“Ngelus dada, ya, Mas … abis baca curhatan teman saya?”)Aneh. Padahal Samudra tidak kenal dengan temannya Nami. Namun entah mengapa ketika membaca cerita tentang seorang gadis yang mengejar cinta teman Nami tersebut, padahal si gadis sudah punya pacar-mau tak mau membuat Samudra tersentil dengan setiap jawaban yang diberikan Nami. (“Saya tertampar, Nona. Saya sangat jarang memiliki waktu untuk pacar saya. Sekarang saya mendadak kepikiran dengan pacar saya yang tidak ada merespon semua pesan saya. Saya percaya dia sebelum ini, tapi saya lupa jika pacar saya mungkin memiliki batas kesabaran.”)Samudra yang biasanya bercerita tentang pacarnya kepada teman-teman satu grupnya. Sekarang meloloskan pemikirannya pada Nami begitu saja. Kadang kegundahan yang dialami manusia, membuatnya mudah percaya pada orang lain. Sementara Nami yang mengetahui apabila cinta pada pendengaran pertamanya sudah memiliki pacar, hanya bisa tersenyum miris. Untung masih sekadar naksir. Belum yang baper sampai
“Nembus M!” Nami tanpa sadar memekik hingga terdengar ke meja samping kanan kirinya. Nami tidak berhenti terkejut setelah berhasil masuk ke akun m-banking milik Mas Dirga. Bagaimana tidak terkejut, jika jumlah saldo yang dimiliki pria asing tersebut bisa membuat Nami berfoya-foya sampai anak cucu?“Kerjaan kamu udah selesai? Kalau udah, mending kamu bantuin kami. Biar kami bisa cabut ke kondangan.”“Belum, Kak.” Nami menjawab dengan sesopan mungkin,”Maaf, kalau tadi berisik. Saya diberi tugas dadakan oleh Pak Kaze.”Nami mempertahankan wajah pura-pura bodohnya. Para rekan kerjanya menggerutu hingga terdengar ke telinganya. Nami coba mengabaikan, meski rasanya menyakitkan. Nami tidak sepasrah itu sebenarnya diperbudak. Ia tetap mampu menolak, meski tidak pakai kekerasan dan acara menangis penuh dramatis.Ada yang lebih penting untuk Nami lakukan sekarang, yakni mengirim uang kepada Benua Armada Putra. Tidak b
(“Mas, nama pacarnya Raline, ya?”)Nami tidak bisa sabar sepertinya untuk mengetahui identitas Mas Dirga yang sebenar-benarnya dari sumbernya langsung. Begitu selesai dirinya mengobrol singkat dengan ibunya Samudra. Nami langsung menghubungi si mengaku yang namanya adalah Dirga. Tak disangka pula, Nami mendapat panggilan video langsung dari nomornya sendiri alias Dirga. Jantung Nami berdegup kencang. Ia harus mengobati rasa penasarannya dan panggilan video pun diterima. Oh, damn!Sosok yang terlihat di layar ponselnya sekarang benar-benar Samudra Dirgantara, idolanya atau pria yang sering Nami jadikan inspirasi kehaluannya dalam mengetik karya fanfiction yang hanya bertujuan untuk hiburan sesama penggemar Squirrel Crush.“Nona Nami?” Bibir tebal Samudra tersenyum simpul. Jangan tanya kondisi Nami sekarang. Gadis itu antara bengong, tidak percaya dan terkesima menatap sang idola yang sibuk memanggil namanya. Sepertiny
(“Nona, pacar saya selingkuh.”)Nami mengabaikan ponsel Samudra cukup lama hari itu. Pekerjaan di kantor seolah menerjangnya sampai bernapas pun ngos-ngosan. Belum lagi Nami harus menghindari Pak Kaze yang terlalu ingin berinteraksi secara tidak professional. Satu deret pesan yang muncul dari Samudra, baru saja Nami baca. Nami mengetikkan balasan beberapa kali. Akan tetapi, ia merasa tidak yakin dan berujung menghapus berulang. Sampai akhirnya Nami memutar otaknya untuk memilih respon yang tepat untuk segelintir informasi yang sejujurnya tidak mengejutkan lagi bagi Nami. Nami sudah mengetahui jika kekasihnya Samudra berselingkuh. Semua itu bermula ketika dirinya ditemui Rauf di kantor waktu itu. Mereka memutuskan untuk makan siang bersama, sekalian Nami mendengarkan cerita lengkap tentang urusan asmara Rauf. Dari sanalah terkuak jika Raline, kekasihnya Samudra yang mengejar-ngejar Rauf dengan dalih cinta lama bersemi kembali setelah mengendap di balik hati selama sepuluh tahun. Rau
("Kak, tumben nggak pernah nyapa di grup lagi? Di Milan sana sibuknya sampai bikin kakak nggak bisa pegang ponsel?")Nami menerima pesan dari Junot, sang rapper di Squirrel Crush. Tampaknya Nami melakukan kesalahan dan bersikap seperti bukan Samudra. Nami pun mengirimkan pesan Junot kepada Samudra dan ia menerima sebuah voice note yang berbunyi jika Samudra sedang sibuk. Jadi belum bisa terlalu intens untuk menghubungi Junot dan yang lain.("Mas, itu suara Mas asli?")Samudra menjawab jika yang ia rekam untuk dijadikan voice note memang suaranya.("Pokoknya kalau nanti Junot mengirim pesan kepada Nona. Segera kirimkan ke saya. Maaf, merepotkan. Anaknya sedikit ... em, begitulah.")Nami lupakan sejenak mengenai suara di voice note yang dikirimkan Samudra, karena Nami harus segera meneruskan voice note tersebut kepada Junot, teman satu grup Samudra.("Coba kirim foto.")Huh!Akhirnya Nami menghembuskan n
(“Nona Nami. Maaf, soal kemarin.”)Nami tidak marah perkara Samudra yang memberikannya solusi. Wajar Samudra mengatakan hal tersebut, karena jauh di lubuk hatinya pun-Nami ingin keluar dari lingkungan kerja itu. Namun masalahnya adalah Nami tidak yakin akan menemukan kerjaan pengganti yang gajinya setara bahkan lebih besar dari pekerjaannya sekarang.Meminta tolong pada teman-temannya yang kaya? Sudah pasti bisa. Hanya saja, Nami segan untuk melakukan itu. Nami selama ini geram dengan mereka yang mendapatkan pekerjaan, karena orang dalam. Lantas jika dirinya meminta pekerjaan pada teman-temannya, bukankah itu sama saja menjilat ludah sendiri?(“Mas Dirga nggak ngelakuin kesalahan sama sekali, kok. Harusnya saya berterima kasih, karena diperhatikan idola sendiri. Hehe.”)(“Thank u, ya, Mas?”)Tidak salah sedikit bercanda agar Samudra tidak terlalu merasa bersalah. Ting!Nami kira itu notifikasi balasan pesannya tadi. Rupanya ada yang berkicau di grup chat Tupai Lapuk. Nami lekas membu
"Apa ini, Bu?"Saat jam istirahat makan siang, ibunya Samudra menemui Nami secara mendadak. Nami diajak ke cafe terdekat dari kantornya untuk makan siang. Sembari menunggu pesanan disajikan ke hadapan, ibunya Nami memberikan sesuatu kepada sang menantu."Itu tiket. Nggak mungkin kamu nggak tahu." Ibunya Samudra terkekeh kemudian.Ya. Nami tahu jika itu tiket. Namun maksudnya apa memberikan tiket kepadanya?"Kamu sama anak ibu abis bertengkar, kan? Meski sekarang udah baikan, ibu sama ayah mau ngasih dua tiket ini, biar kamu dan Samudra bisa liburan berdua. Anggap bulan madu tipis-tipis.""Bu." Nami tersenyum canggung menatap tiket dan mertuanya bergantian."Kok, ayah sama ibu repot-repot?""Nggak repot sama sekali. Ibu itu kepengen kamu dan Samudra lebih lengket aja."Nami senang, karena mertuanya untuk ke sekian kali menunjukkan kebaikannya yang hangat. Namun kali ini, Nami terpaksa menolak."Ibu, terima kasih banget sudah peduli sama kami dan sayang sama aku. Aku beruntung banget b
"Maaf soal kelakuanku di mobil."Kalau dipikir-pikir sesudah kepalanya dingin, sikap seperti tadi sungguh childish. "Mas juga minta maaf, Sayang."Samudra kapok mengambil peran untuk drama romantis setelah ini. "Harusnya aku ngerti kalau mas cuma kerja. Padahal aku masih suka dengerin lagu-lagunya mas yang dipersembahkan buat Raline dulu. Tapi anehnya aku nggak cemburu dengernya."Bahkan Samudra sempat menjadikan Raline model video klipnya. Nami masih ingat adegan per adegan romantis Samudra bersama Raline. Namun ketika otaknya memutar memori video klip tersebut, ada pertentangan yang berbeda dengan perkataannya sebelum ini."Tapi kesel, ih! Kok Mas sama Raline so sweet banget? Dibikinin lagu satu album plus dijadiin model video klip lagi."Samudra cuma bisa bengong awalnya. Sampai akhirnya ia tersadar bila harus merespon untuk menenangkan Nami yang tampaknya lelah."Sayang, lagu-laguku yang terinspirasi dari kamu, sudah melebihi dua lagu dari lagu-laguku buat Raline. Kalau kamu mau
Tak ada yang bisa menandingi bagaimana panasnya hati seorang perempuan, saat mendengar atau bersentuhan sedikit dengan kata menjijikkan bernama PELAKOR. Arsya, Arsyi, dan Leony bergerak gesit mendandani Nami agar lebih mentereng dan mencuri perhatian lebih dari Aleena Kalila acara menonton bersama episode satu yang tayang serempak hari ini. “Aku sudah mengetahui tentang semua yang dikenakan Aleena hari ini. Pemilik butik tempatnya membeli gaun, berhubungan baik dengan Kiano.” Arsya merasa bangga dan puas hati, karena bisa mendapatkan gaun yang lebih wah, tidak norak, tapi tetap elegan untuk Nami. “Hair stylistnya Aleena pun, aku mengenalnya,” sambung Arsya yang memang untuk urusan seputar fashion, sudah tentu memiliki koneksi yang luas. Itu dikarenakan pekerjaannya yang memang berkutat di bidang tersebut. Nami hari itu sungguh tampil maksimal. Perutnya yang sudah sedikit membuncit tidak menjadi halangan untuknya mengenakan gaun berwarna biru malam dengan aksen manik-manik gemerlap
Syuting sudah usai. Samudra dan Nami yang sempat berseteru dalam diam, perlahan kembali menjalin untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat dingin. Nami gerah dan cemburu mengetahui tak sedikit para penggemar dan netizen yang malah berpendapat terang-terangan jika Samudra dan Aleena sangat serasi. Lebih gilanya lagi, Samudra dan Aleena memiliki fanclub bentukan perempuan-perempuan sinting yang secara tidak langsung, seperti mendoakan Samudra dan Aleena menjadi pasangan real saja. Yang dilakukan Samudra sudah benar. Ia lebih intens memperhatikan Nami. Komunikasi mereka juga meningkat tajam. Bila Nami tidak cepat mengangkat panggilan dan membaca pesan, justru Samudra yang ketar-ketir. Saking tidak inginnya Samudra melihat istrinya sedih dan stress saat hamil, Samudra lebih gila lagi membagikan momen-momen manis Nami yang entah sendirian atau saat bersamanya dan acara kumpul keluarga. Gara-gara hal itu, netizen seperti terbagi-bagi menjadi beberapa kubu. Kubu pertama adalah kubu o
"Sayang, maaf soal Aleena.""Iya. Nggak papa, Mas.""Serius nggak masalah? Jangan bohong.""Kesal sebenarnya." Bahkan Nami gatal sekali ingin menjambak rambut panjang Aleena, kemudian menjedotkan kepalanya ke jalan aspal. Untung saja Nami bukan psikopat. "Tapi aku tahu kalau mas nggak bakalan tertarik. Lagian kalau mas khilaf, aku bisa tinggal angkat kaki."Samudra menelan ludahnya susah payah,"Jangan, Sayang. Masa aku khilaf? Nggak percaya aku memangnya?"Nami cuma tersenyum,"Percaya, kok. Aku cuma mau ngasih tahu aja kalau laki-laki selingkuh yang ngaku khilaf itu, nggak perlu didampingi.""Nggak, Sayang. Aku nggak akan berbuat sebodoh itu. Janji." Samudra sampai mengacungkan dua jarinya. "Iya. Iya."Nami tidak ingin membahasnya lagi. Hormon kehamilannya, membuatnya jauh lebih sensitif. "Gaya bicara kamu berubah banyak, Mas." Nami selama ini jarang menyinggung hal yang satu itu. "Emmm, mas harus terbiasa, Sayang. Dialog juga kebanyakan gaya bahasa informal. Sama kru syuting dan
Syuting untuk series drama pertama Samudra pun dimulai hari ini. Syuting hari pertama berjalan cukup lancar. Meski Samudra harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum ini, sebagai seorang artis, tidak dipungkiri memang urusan akting bukan hal yang pertama baginya. Namun syuting untuk series drama dengan musik video tetap ada perbedaan. Samudra harus menghapal naskah dan membangun chemistry dengan lawan mainnya lawan mainnya kali ini adalah seorang gadis bernama Aleena Kalila. Aleena memang pernah berskandal sebelumnya. Namun karena tidak terbukti, Aleena masih tetap digunakan bakatnya dalam dunia entertainment. Karena harus membangun chemistry, mau tidak mau samudra dan Aleena diharuskan lebih dekat agar proses syuting berjalan dengan baik.Tentu saja semuanya dilakukan dengan profesional. Hubungan antara Samudra dengan pemain lain dan para staf pun sangat bersahabat.Samudra juga beberapa kali mendapatkan kiriman food truck dari Mellifluous juga dari teman-teman satu grupny
“Nami.” “Eh, Arsya.” Namun Nami segera merevisi panggilannya,”Bu Arsya, selamat siang. Pak Kiano ada di dalam.” “Ck! Aku mau ngobrol bentar sama kamu. Nggak usah manggil ibu gitu, ah. Aneh dengarnya.”Nami belum mengiyakan, tapi Arsya sudah menariknya agar berdiri dari kursi kerjanya. Nami digandeng, dibawa ke cafetaria kantor. “Eh, ada Arsyi sama Leony juga. Ini mau ada apaan?”Nami akhirnya duduk bergabung bersama tiga sahabatnya. Nami merasa heran, karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan aneh. “Nami, kamu serius ngizinin Samudra main drama series?” tanya Leony memulai rapat dadakan yang entah bertujuan untuk apa. “I-iya.” Nami semakin heran jika pertemuan itu dilakukan hanya untuk membahas Samudra akan memulai debut akting di drama series. “Kenapa, Nam?” tanya Arsyi dengan kening berkerut dalam. “Ya, nggak kenapa-napa banget. Tapi justru kalian kenapa, deh?” “Nam, kamu harus larang Samudra. Mumpung belum syuting.” Arsya mendesak. Nami malah semakin tidak mengerti d
"Eh, tumben ada kembang api."Sebelum mereka kembali ke hotel, Nami dan samudra memutuskan untuk jalan-jalan di pusat keramaian di kota Seoul.Selain mereka, penduduk lokal juga banyak yang memilih untuk nongkrong di sana. Pertokoan dan tempat makan, lengkap ada di lokasi tersebut. Mungkin itu alasan lokasi tersebut ramai pengunjung."Mungkin ada perayaan."Samudra menggenggam erat tangan Nami. Mereka mendongak, menikmati pancaran kembang api yang berkilauan di atas sana. Banyak yang merekam momen indah tersebut, tak terkecuali Nami yang dengan cepat mengambil ponselnya. Otomatis pegangan tangan mereka terlepas. Samudra pun yang tidak ingin Nami tersenggol kerumunan, menarik pinggangnya untuk lebih rapat. Suasana yang indah itu, mampu membuat Samudra terbawa perasaan. Bukannya menikmati kembang api yang sedang mempercantik angkasa sekaligus menambahkan kadar polusi. Samudra memilih untuk memandangi sang istri yang sibuk merekam sembari menonton pertunjukkan kembang api. Berawal da
“Jangan diikat.”Samudra merebut ikat rambut Nami yang baru saja ingin disematkan sang istri ke rambut. “Kenapa, sih, Mas?”“Dingin. Rambutmu sudah pendek. Untuk apa diikat?”Memang tidak ada alasan khusus, tapi Nami heran saja pada Samudra yang melarangnya mengikat rambut. “Aku tidak suka lehermu dilihat oleh pria lain. Terutama tour guide kita.”Nami tidak begitu suka pria pencemburu sebenarnya. Tapi harus ia akui bila kejujuran Samudra serasa menggelitik dadanya. Senang juga dicemburui ternyata. “Ya, udah, Mas. Nggak jadi ngikat rambut.” “Oke. Kita pulang dulu istirahat. Besok jadi ke Namsan Tower?”“Jadi, dong. Aku mau gembokin namaku sama mas.”“Oh, tidak jadi dengan Kim Seokjin?”“Ih, Mas! Cuma bercanda. Jangan jealous.”Sesampainya di hotel. Bukannya istirahat, mereka kembali melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru yang baru dimabuk cinta. Benar ternyata. Yang membuat mereka tidak enjoy saat bercinta, karena fisik dan pikiran mereka sudah lelah akibat bekerj